Agrotekno Lab
Jual Aneka Culture Microbe
Telp. 087875885444
Ayam pedaging (Broiler) adalah merupakan ayam ras yang permintaannya
cukup tinggi di Indonesia, oleh karena itu pangsa pasarnya cukup besar.
Keunggulan ayam broiler adalah mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan
daging dalam waktu relatif singkat 35-40 hari. Ayam broiler mempunyai peranan
yang penting sebagai sumber protein hewani asal ternak. Di Indonesia peternakan
ayam broiler cukup banyak, baik perusahaan besar atau peternak kecil. Pasar
ayam broiler masih terbuka lebar, ini merupakan peluang bisnis yang masih
menjajikan. Sebelum memulai bisnis budidaya ayam broiler penting sekali untuk
dipertimbangkan aspek pasar yaitu kemana harus menjual hasil panen dan harga
jual, lokasi budidaya yang stategis tidak mengganggu lingkungan, teknik
budidaya, manajemen kesehatan ternak, ketersediaan pakan, dan analisa ekonomi. Secara
sederhana teknik budidaya ayam broiler adalah sebagai berikut:
A. Pemilihan Bibit
Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk
(bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata
tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih
B. Pemilihan Lokasi Ideal
Lokasi kandang. Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman
penduduk, udah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya
membujur dari timur ke barat. Pergantian udara dalam kandang. Ayam bernapas
membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen
selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik. Kemudahan mendapatkan sarana
produksi. Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana
peternakan.
C. Tata Laksana Pemeliharaan
1. Pemeliharaan awal
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa
panggung (litter). Tipe panggung lantai kandang lebih bersih karena kotoran
langsung jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan
lebih efisien, tetapi biaya pembuatan kandang lebih besar. Tipe litter lebih
banyak dipakai peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.
Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga
kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk
pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal
untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka
tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa
yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress,
pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.
2. Pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus
memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari
(Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum
(selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka
jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi
2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari),
yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut
penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %.
Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. Penambahan POC NASA lewat air
minum dengan dosis 1 – 2 cc/liter air minum memberikan berbagai nutrisi pakan
dalam jumlah cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler.
Dapat juga digunakan VITERNA Plus sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1
cc/liter air minum/hari, yang mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan
lengkap.
Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio).
Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot
ayam yang dipanen.
Contoh
perhitungan : Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg,
berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah :
Berat total ayam
hasil panen = 1000 x 2 = 2000 kg
FCR = 3125 : 2000 = 1,6
Semakin rendah
angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan
sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi). Penggunaan POC NASA atau VITERNA
Plus dapat menurunkan angka FCR tersebut.
3. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam
untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo.
Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain
B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air
minum.
4. Penyakit Pada Ayam Broiler
i. Tetelo
(Newcastle Disease/ND).
Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah.
Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang
berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 – 2 hari muncul gejala syaraf,
yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam
lain melalui kotoran dan pernafasan. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan,
maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga
agar lantai kandang tetap kering.
ii. Gumboro
(Infectious Bursal Disease/IBD).
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan
virus golongan Reovirus. Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka
bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh
bergetar-getar. Sering menyerang pada umur 36 minggu. Penularan secara langsung
melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang
tercemar. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah
pencegahan dengan vaksin Gumboro.
iii. Penyakit
Ngorok (Chronic Respiratory Disease).
Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri
Mycoplasma gallisepticum Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus
keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh
lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau,
kuning keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui
perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang
sesuai. .
iv.Berak Kapur
(Pullorum).
Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah
ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi
seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Kematian
dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran.
Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya
dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit
penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres.
Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor,
serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres
adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara
drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan.
Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang
yang baik. Pemberian multi-vitamin yang mengandung berbagai mineral penting
untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta
dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan ayam,
ketahanan tubuh ayam, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau
kotoran. Asam-asam amino utama seperti Arginin, Histidin, Isoleucine, Lycine,
Methionine , Phenylalanine, Threonine, Thryptophan, dan Valine sebagai penyusun
protein untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ tubuh Vitamin-vitamin
lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B Komplek untuk kesehatan dan ketahanan tubuh.
5. Sanitasi/Cuci Hama Kandang
Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit. Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.
No comments:
Post a Comment