Ikan
Kerapu (Epinephelus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai
peluang pasar cukup menjanjikan baik domestik maupun pasar internasional. Hargannya
cukup mahal dan permintaan cukup tinggi, sehingga banyak pebinis mulai banyak
yang melirik bisnis budidaya ikan kerapu. Ikan kerapu merupakan jenis ikan yang
hidup di air laut. Namun, beberapa pembudidaya dapat berhasil membudidayakannya
di darat dengan teknologi bagaimana menjadikan air tawar menjadi seperti air
laut. Ikan kerapu memiliki pertumbuhan cepat dan dapat di produksi masal untuk
melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Cara membudidayakan
ikan kerapu merupakan teknik yang harus dipelajari terlebih dahulu sebelum
terjun ki bisnis ini.
Sebelum
kita mulai membudidayakn ikan kerapu harus kita ketahui dahulu metode yang
digunakan dalam budidaya ini adalah manipulasi lingkungan untuk merangsang
terjadinya perkawinan antara jantan dengan induk betina matang kelamin
digunakan metode manipulasi lingkungan di bak yang terkontrol. Teknik pemijahan
dengan manipulasi lingkunan ini telah dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan
kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan atau kejutan faktor lingkungan seperti;
suhu, kadar garam, kedalaman air dan masih banyak faktor yang mendukung. dalam
pemijahan ikan kerapu ini mengikuti fase perederan bulan pada saat bulan terang
atau bulan gelap.
1. Pemilihan Induk Ikan kerapu
Induk
ikan kerapu yang di pijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan
padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m 3. pakan yang diberikan berupa ikan rucah
segar berkadar lemak rendah. diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang
diberikan sebesar 3-5% dari total berat badan ikan per hari. sedangkan pada
musim pemijahan diturunkan menjadi 1% disamping itu diberikan pula vitamin E
dengan dosis 10-15 mg per ekor dalam seminggu.
2. Pemijahan Ikan Kerapu
Induk
kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi
air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 �.
Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara
menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00
sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar
bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke posisi semula (tinggi air
1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara
alami. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin di suntik dengan hormon
Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya
pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah : HGG 1.000 - 2.000 IU/kg
induk Puberogen 150 - 225 RU/kg induk
Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam
hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 - 24.00 WIB.
Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan
Nopember - Januari. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera
dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.
3. Penetasan Telur Ikan Kerapu
Bak
yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak
pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan
ukuran 4 x 1 x 1 m� . Tiga hari sebelum
bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu
dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50
- 100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat
sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam
32 �
dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar
suhu badan stabil berkisar antara 27 - 28�C. Telur hasil
pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi akan
mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur
ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavin untuk mencegah
serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 - 60
butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp
sebanyak 50.000 -100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air. Telur akan menetas
dalam waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 - 28�C
dan kadar garam 30 - 32 �.
4. Pemeliharaan
Larva Ikan Kerapu
Larva
kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan
ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun
waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur
mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera
Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan
pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml.
Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara
bertahap hingga mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 - 2.10
sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang
baru menetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan naupli
artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan
kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh
belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari,
kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari
ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari.
Skema jenis dan pemberian pakan larve kerapu dapat dilihat pada Gambar 3.
Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa
larva sempurna menjadi benih ikan kerapu.
5. Perkembangan Larva Ikan Kerapu
Larva
yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak
aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk
menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.
Masa
kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari
(D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat
panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik
dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke
22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah
besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar
(whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus
tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA
yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa
sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang
cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva.
6. Pengolahan Kualitas Air
Bak
penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga
kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan
5.10 3 - 10 4 sel/ml. Phytoplankton akan meminimalisir pembusukkan yang
ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang
ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari
pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan
cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva
berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air dilakukan setiap
hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti
juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air
dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang
diganti sebanyak 40.
Demikianlah
sekilas ulasan tentang cara budidaya ikan kerapu. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment