Susu
adalah produk pangan hasil pemerahan hewan seperti sapi, kerbau, kuda dan
kambing. Susu memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan gizinya lengkap
dengan sifat gizinya mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Komponen-komponen
penting dalam air susu adalah protein, lemak, vitamin, mineral, laktosa, enzim
dan beberapa mikroba. Komposisi susu sangat beragam tergantung pada beberapa
faktor, antara lain bangsa sapi, tingkat laktasi, pakan, interval pemerahan,
suhu dan umur sapi. Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung
beberapa senyawa terlarut. Agar lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah,
maka protein susu bertindak sebagai emulsifier (zat pengemulsi). Susu juga
merupakan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin A D E dan K yang sangat baik.
Mutu protein susu sepadan nilainya dengan protein daging dan telur, dan
terutama sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang
sangat dibutuhkan tubuh.
Susu
harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan kebersihan, karena susu mudah rusak
dan terkontaminasi mikroba. Susu juga mudah pecah dan rusak bila penanganannya
kurang baik, serta masa simpannya relatif singkat. Susu yang rusak akibat
aktivitas mikroorganisme antara lain ditandai dengan beberapa ciri sebagai
berikut :
1.
Pengasaman dan penggumpalan akibat fermentasi
laktosa menjadi asam laktat sehingga pH menurun dan kemungkinan terjadi
penggumpalan kasein,
2.
Berlendir seperti tali karena terjadinya
pengentalan dan pembentukan lendir sebagai akibat pengeluaran bahan seperti
kapsul dan bergetah oleh beberapa jenis bakteri,
3.
Penggumpalan tanpa penurunan pH akibat aktivitas
bakteri seperti Bacillus cereus yang menghasilkan enzim yang mencerna lapisan
tipis fosfolipid disekitar butir-butir susu.
Kandungan gizi yang tinggi, menyebabkan susu mudah ditumbuhi oleh mikroba
pembusuk baik dari jenis bakteri, kapang atau khamir. Berbagai aktivitas
mikroba tersebut akan mengubah mutu susu, ditandai dengan perubahan rasa,
aroma, warna dan penampakan yang akhirnya susu menjadi rusak. Susu yang telah
terkontaminasi mikroba pembusuk atau mikroba patogen tidak dapat dikonsumsi
karena dapat menimbulkan penyakit. Oleh karenanya susu harus mendapatkan
penanganan yang cepat sebelum rusak, antara lain dengan pasteurisasi. Susu yang
telah mengalami pasteurisasi, sterilisasi atau pemanasan pada suhu tinggi aman
untuk dikonsumsi. Penanggulangan atas karakter ini yaitu dengan Diproses supaya tahan lama dengan cara
a.
Pendinginan (pake es, kulkas) suhu 4 - 7 º C (bakteri pembusuk akan tidur pada suhu ini)
b.
Pasterisasi : proses pemanasan dengan suhu 72º C
- 92 º C. Dengan proses ini susu akan dapat bertahan selama 7 hari dalam suhu
pendingin
c.
Sterilisasi Ultra High Temperature (UHT) yaitu
dengan pemanasan pada 105 ºC dalam
beberapa detik (untuk menghindari rusaknya protein) yaitu dengan cara
memanaskan susu dari suhu 30 º C - 105 º
C dalam waktu kurang dari 5 detik, lalu setelah mencapai suhu 105º C, dengan sangat cepat susu kembali
didinginkan hingga suhu ruang. Sterilisasi dengan sistem UHT mampu membunuh bakteri
atau kuman pada susu hingga 100%. Namun, peralatan UHT yang sangat mahal
harganya. Dengan proses tersebut, susu
dapat bertahan 6 -12 bulan dalam kondisi tertutup rapat.
Diversifikasi Olahan Susu
1. Mentega
(butter), yakni krim atau lemak susu yang diolah dengan cara diputar atau
diaduk dalam tong susu.
2. Keju,
yakni susu ditambah rennin (enzim di dalam lambung anak hewan mamalia) dengan
cara dibekukan.
3. Yoghurt,
yakni susu ditambah starter berupa bakteri Lactobacillus bulgaricus
danStreptococcus thermophillus. Bakteri ini membuat rasa enak dan mempermudah
usus dalam mencernanya.
4. Kefir
atau susu ditambah yeast dan bakteri
asam laktat.
5. Yakult
(susu fermentasi dengan lactobacillus casei lang dapat langsung diminum).
No comments:
Post a Comment