Belut adalah salah satu komoditas
perikanan sumber protein yang cukup tinggi. Belut semakin diminati seiring
dengan berkembangnya kuliner belut, dan olahan seperti keripik belut, dan
lain-lain. Rasanya yang gurih dan special membuat olahan belut permintaannya
semakin meningkat dan harganya pun cukup mahal. Saat ini, pasokan belut untuk
industri olahan belut dan kuliner masih kekurangan. Tingkat produksi masih
cukup rendah. Dan tidak menutup kemungkinan pasar ekspor sangat potensial. Hal
ini merupakan peluang bisnis yang menjanjikan baik sector budidaya belut atau
produk olahan belut. Namun, untuk berbisnis olahan belut penting sekali untuk
melakukan budidaya sendiri, sehingga produksi bisa dilakukan secara kontinue
dan dapat berkembang ke depannya. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahi
bagamana cara budidaya belut.
Beternak
belut sebenarnya tidak susah karena belut dapat dibudidayakan di kolam, terpal,
atau drum. Belut akan cepat besar jika medianya cocok sehingga dalam budidaya
belut harus diperhatian. Media yang baik untuk beternak belut di kolam dan drum
adalah lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme
starter. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50
cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos
setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah
dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.
Karena
belut tetap memerlukan air maka dalam beternak belut dalam kolam dan drum ini
sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media
teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut.
Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam. Bibit belut yang ingin diternakkan
tersebut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama
2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan
menyediakan sumber pakan tambahan untuk ternak belut nantinya secara alami
seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu
baru bibit belut yang akan diternakkan dimasukkan.
Sifat
kanibalisme dalam beternak belut di kolam dan drum yang dimiliki Monopterus
albus itu tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan dalam budidaya belut
tersebut tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling
mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab
itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan
ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga
9.400 bibit, katanya.
Pakan
yang diberikan agar budidaya belut haruslah segar dan hidup, seperti ikan
cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan
diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan
dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk
lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam
pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi, Pelet ikan dapat
diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan belut yang
dibudidayakan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai
beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan
maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit
yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.
Hama
utama dalam budidaya belut di kolam dan drum adalah kehadiran hama seperti
burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya
spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka
sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya.
Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin
sehari sekali, Perlu diingat selain pakan, yang perlu diperhatikan dalam
budidaya belut di kolam atau drum adalah kualitas air. Bibit belut menyukai pH
5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air
basa akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar
amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme.
Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati. Untuk mengatasinya, pH air
perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir. Suhu air
optimal untuk beternak belut perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC.
Bibit nata (Acetobacter xylinum)
No comments:
Post a Comment