Agrotekno Lab
087875885444
Jual Aneka Mikroba Bioremediasi Lingkungan
Limbah adalah bahan sisa proses pengolahan industri baik industri
pangan atau non-pangan. Limbah seringkali menjadi masalah serius dapat
menimbulkan dampak buruk bagi mahluk hidup di sekitarnya. Limbah dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap, kerusakan tanah dan air, kerusakan ekosistem,
gangguan penyakit terhadap manusia dan hewan, pemandangan yang kumuh, dan
lain-lain. Berkembangnya berbagai industri di Indonesia, baik industri pangan
maupun non-pangan menyebabkan meningkatnya limbah industri yang perlu ditangani
secara baik. Salah satu cara menangani limbah secara aman adalah dengan
memanfaatkan mikroorganisme yang mampu mendegradasi atau merombak baik bahan organik atau non organik. Teknik ini biasa
disebut biodegradasi. Biodegradasi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, kapang, atau alga. Bahan organik
bisa didegradasikan secara aerob dengan oksigen atau
secara anaerob tanpa oksigen. Mikroba yang
dimanfaatkan sebagai pendegradasi harus mampu menghasilkan enzim oksigenase
yang dapat mengoptimalkan hubungan permukaan sel mikroba dengan bahan pencemar
melalui interaksi hidrofobik.
Pada limbah organik seringkali menghasilkan gas amoniak yang
membuat habitat dilingkungan tersebut menjadi keracunan. Hal ini menjadi
masalah yang sangat serius dalam dunia perikanan, dan peternakan yang dapat
menyebabkan kematian hewan ternak sangat signifikan. Amoniak (NH3)
merupakan senyawa yang dihasilkan oleh sisa-sisa bahan pakan yang mengandung
protein. Komponen atau unsure pembentuk senyawa amoniak adalah Nitrogen dan
Hidrogen. Unsur nitrogen di alam terdapat dalam bentuk gas,
sedangkan di tanah jumlahnya sangat sedikit, namun sangat
dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak. Nitrogen bersenyawa membentuk
urea, protein, asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti amoniak,
nitrit dan nitrat.
Meskipun
kebutuhan N2 sangat penting, namun hanya sedikit organisme yang
dapat mengikat N2 dari udara, yaitu jenis bakteri dan gangang bersel
satu yang bersimbiosis dengan tmbuhan tingkat tinggi melalui Fiksasi Nitrogen.
Sedangkan tumbuhan lainnya memperoleh senyawa nitrogen melalui suplai N2
atau daur nitrogen. N2 diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat
melalui proses Nitrifikasi yang dibantu oleh bakteri Nitrosomonas, Nitrococus
dan Nitrobacter.
Bakteri yang mengoksidasi ammonia
menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat disebut bakteri nitrifikasi.
Sedangkan bakteri denitrifikasi adalah bakteri mampu mengubah
nitrit menjadi gas nitrogen yang nantinya gas tersebut akan kembali lagi ke
atmosfer dan siap untuk memulai daur lagi. Nitrobacter
merupakan bakteri nitrifikasi karena merupakan bakteri yang mengubah nitrit
menjadi nitrat. Nitrobacter termasuk famili Nitrobacteraceae.
Spesies nitrobacter meliputi Nitrobacter winogradskyi, Nitrobacter
hamburgensis, Nitrobacter vulgaris, Nitrobacter
alkalicus. Selain itu, nitrobacter juga merupakan sub-kelas dari Proteobacteria. Tidak seperti
pada tumbuhan, ketika transfer elektron pada fotosintesis menyediakan energi
untuk fiksasi karbon, Nitrobakter menggunakan energi dari oksidasi ion
nitrit ( NO2¯ ) menjadi ion nitrat ( NO3¯ )
untuk memenuhi kebutuhan karbonnya.
Nitrobacter memiliki pH optimum antara
7,3 dan 7,5 serta akan mati pada suhu 120°F (49°C) atau di bawah 32°F (0°C).
Menurut Grundman, Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 38°C dan pH 7,9.
Akantetapi, Holt menyatakan bahwa Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 28°C dan
ph antara 5,8-8,5 dan memiliki pH optimal antara 7,6-7,8 (Grundman et. al. 2000,
Holt, 1993). Nitrobakter termasuk bakteri aerob, pada umumnya berbentuk
batang, seperti pir atau pleomorfhic dan berkembang biak dengan budding. Nitrosomonas
menguraikan ammonia menjadi Nitrit. Nitrit menjadi makanan bakteri Nitrobacter dan
menghasilkan senyawa Nitrat.
Nitrosomonas dan nitrobacter adalah
terminologi bakteri Lithotrophic. Mereka membutuhkan oksigen dan makanan untuk
hidup dan membangun koloni di media dengan permukaan yang keras dan bersih. Kedua jenis
bakteri tersebut termasuk lama dalam replikasi dibanding bakteri lain yang ada.
Pada kolam air tawar, bakteri membutuhkan waktu setiap 8 jam untuk bereplika,
sedangkan untuk air laut lebih lama lagi, sekitar 24 jam. Proses
pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah dengan memanfaatkan
aktifitas mikroba aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air
limbah, menjadi zat norganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran
terhadap lingkungan. Mikroba aerob ini sebenarnya sudah terdapat di alam dalam
jumlah yang tidak terbatas dan selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah.Dalam
kapasitas yang terbatas alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang
ada dalam air limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di
udara sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas.
Pemenuhan oksigen dapat dibantu dengan peralatan mekanis (aerator), aliran
udara bertekanan atau pertumbuhan mikrobia itu sendiri (algae).
Pengolahan Limbah
Bakteri aerob
dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida (CO2), dan energi. Oleh karena
itu, saat ini, bakteri aerob banyak dimanfaatkan untuk pengolahan limbah-limbah
cair yang dihasilkan dari pabrik-pabrik. Dalam pengolahan limbah ini, bakteri
aerob memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.
1.
Bakteri aerob memerlukan suhu yang
tinggi agar dapat bekerja maksimal. Ia memerlukan temperatur lebih tinggi dari
sebelumnya jika ingin sampai pada reaksi yang diinginkan.
2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor aerob, hal tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS). Pada proses tersebut, terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi tambahan bahan kimia selama BOD-nya kurang dari 25mg/liter limbah.
2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor aerob, hal tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS). Pada proses tersebut, terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi tambahan bahan kimia selama BOD-nya kurang dari 25mg/liter limbah.
2.
Memiliki kebutuhan energi yang tinggi
untuk prosesnya dengan tingkat pengolahan 60-90 persen.
3.
Produksi lumpur yang akan dihasilkan
untuk pengolahannya tinggi. Begitupun, stabilitas proses terhadap racun dari
limbah dan perubahan bebannya dari sedang sampai tinggi.
5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.
6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.
5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.
6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.
Tujuan utama pengolahan limbah air
adalah untuk menguraikan BOD, partikel tercampur serta membunuh
organisme pathogen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang biasanya
dipergunakan pada penglaman limbah air berikut beberapa tujuan dari kegiatan
yang dilaksanakan
1. Kegiatan nitrifikasi atau denitrifikasi bertujuan
untuk menghilangkan nitrat secara biologis.
2. Kegiatan air stripping tujuan untuk amoniak.
3. Desinfeksi tujuan untuk membunuh mikroorganisme.
4.Osmosis atau elektro dianalisis tujuan untuk
menghilangkan zat terlarut.
Adapun secara garis besar kegiatan pengolahan air limbah dapat dikelompokan menjadi 6 bagian antara lain:
Adapun secara garis besar kegiatan pengolahan air limbah dapat dikelompokan menjadi 6 bagian antara lain:
1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
2. Pengolahan pertama (primainy treatment)
3. Pengolahan kedua (secoundary treatment)
4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)
5. pengolahan kuman (desinfektion treatment)
6. pengolahan lanjutan (ultimate disposai)
Cara Pengolahaan Limbah Air
Bahan padat yang mudah mengenda adalah
bahan yang kurang begitu penting pada pengolahan ini pengurangan kebutuhan akan
oksigen dapat dilaksanakan dangan baik memulai pengendapan. Pengendapan pada
tangki pertama menyebabkan pertama menyebabkan perubahan loktasa menjadi laktat
secara cepat dan menyulitkan pengolahan terhadap keduanya.
Pengolahan dengan penggunaan oksidasi mempunyai dua fase yaitu:
Pengolahan dengan penggunaan oksidasi mempunyai dua fase yaitu:
1. Fase asimilasi
Pada fase ini air buangan susu segar masih berada dalam
tangki aerasi.
2. Fase endogen
Bakteri tidak mempunyai makanan baru tetapi mencerna
makanan selama proses asimilasi dan memerlukan oksigen dalam waktu yang lama
Langkah-langkah Pengolahan Air Limbah
Langkah awal proses pengolahan limbah adalah merubahnya
menjadi air yang sudah dikurangi pencemarannya. Proses ini akan menyebabkan
terbentuknya lumpur, bau, serta sedikit panas(energy).
Air Limbah → Air berkurang tercemarnya +lumpur + bau + panas
Cara pengolahannya :
Air Limbah → Air berkurang tercemarnya +lumpur + bau + panas
Cara pengolahannya :
1.
Aerobik
2.
Anaerobik
3.
Fakultatif
4.
Kimiawi lannya
1. Cara Aerobik
Air limbah + udara (O2) → Air lebih aman
+ lumpur + bau + energy (sedikit)
·
Bakteri aerob yang menguraikan air
limbah.
·
Bakteri aerob dapat hidup karena ada
udara.
·
Sehingga diperlukan unit tambahan “aerator”,
atau kolam aerob.
·
Prosesnya lebih cepat.
·
Biaya lebih mahal karena harus
mengoperasikan aerator.
·
Contohnya pada terjunan/bending air
sungai yang tercemar.
Fungsi aerator = mensuplai oksigen dari luar, sehingga
member hidup bagi bakteri untuk penguraian.
2. Cara anaerobic
Air limbah → Air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
·
Bakteri anaerob yang menguraikan air
limbah, dalam kedaan tanpa udara atau sedikit udara.
·
Kelemahannya bau yang kuat.
·
Proses pengolahannya lebih lama.
·
Kelebihannya , tanpa aerator sehingga
lebih murah.
·
Biasanya di limbah yang berbentuk
genangan atau kali yang relative tidak bergerak.
·
Contohnya pada septic tank.
3. Cara
fakultatif
Air limbah → air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas
Fakultatif artinya sebagian waktu menggunakan cara aerob
dan sebagian waktu lain menggunakan cara anaerob. Misalnya pada pengolahan cara
aerob diperlukan waktu 10 jam untuk mengoperasikan aerator, pada fakultatif mungkin aerator cukup
dioperasikan 4jam/hari
(aerator tidak
hidup terus-menerus) dan sisa waktu yang lain menggunakan cara anaerob.
Sehingga dicapai hasil yang optimum. Contohnya adalah IPAL (Instalasi
pengolahan air limbah)
Aerasi Didalam Pengolahan Limbah Cair
Secara umum, aerasi merupakan proses
yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada
prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini
akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah. Proses aerasi
sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan
biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri
yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan
tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri
tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan
konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses
metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses
oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan
bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik.
Aerasi alami merupakan
kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara alami.
Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi
alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls,
maupun cone tray aerator. Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara
dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang
masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles).
Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles)
atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang
digunakan.
Aerasi
secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical
agitation menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga
memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.
4. Metode Lumpur
Aktif Dalam Pengolahan Air Limbah
Merupakan proses pengolahan secara
biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah massa mikroba dalam suatu reaktor
dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak dari
peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk
suplai oksigen juga dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk
memperoleh massa mikroba yang tetap adalah dengan melakukan resirkulasi
lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah tertentu.
Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif
dapat dilakukan dengan baik dan relatif mudah karena pertumbuhan mikroba dalam
kondisi tersuspensi sehingga dapat terukur dengan baik melalui analisa
laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya operasi sistem
ini jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri dengan
karakteristik khusus.
Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :
- Membutuhkan energi yang besar
- Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba dalam reaktor
- Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.
Proses lumpur aktif dalam pengolahan
air limbah tergantung pada pembentukan flok lumpur aktif yang terbentuk oleh
mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer exoselular.
Selama pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel bakteri dan
flok kecil, menempel pada permukaan flok. Pembentukan flok lumpur aktif dan
penjernihan dengan pengendapan flok akibat agregasi bakteri dan mekanisme
adesi. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa flokulasi dan sedimentasi flok tergantung
pada hypobisitas internal dan eksternal dari flok dan material exopolimer dalam
flok, dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur
granular dari reaktor lumpur anaerobik. limbah padat yang berasal dari
suatu instalasi pengolah air limbah industri tekstil dapat digolongkan ke dalam
limbah berbahaya karena mengandung logam berat.
Bakteri merupakan unsur utama dalam
flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam
lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap oksidasi material
organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan polisakarida dan
material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus yang umum
dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes,
Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan
Acinetobacter, disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen,
yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang
dapat menyebabkan sludge bulking.
Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif
standard adalah 108 CFU/mg lumpur. Sebagian besar bakteri yang
diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies Comamonas-Psudomonas.
Caulobacter, bakteri bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang
miskin bahan organik, dapat diisolasi dari kebanyakan pengolahan limbah,
khususnya lumpur aktif.
Zoogloea adalah bakteri yang menghasilkan exopolysaccharide yang
membentuk proyeksi khas seperti jari tangan dan ditemukan dalam air limbah dan
lingkungan yang kaya bahan organik . Zoogloea diisolasi dengan menggunakan
media yang mengandung m-butanol, pati, atau m-toluate
sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap pengolahan
limbah tetapi jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam mixed
liqour (Williams dan Unz, 1983).
Flok lumpur aktif juga merupakan tempat
berkumpulnya bakteri autotrofik seperti bakteri nitrit (Nitrosomonas,
Nitrobacter), yang dapat merubah amonia menjadi nitrat dan bakteri
fototrofik seperti bakteri ungu non sulfur (Rhodospilrillaceae), yang dapat
dideteksi pada konsentrasi sekitar 105 sel/ml. Bakteri ungu dan
hijau ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Barangkali, bakteri fototrofik
hanya sedikit berperan dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif .
No comments:
Post a Comment