Jual Inokulan Gaharu (Fusarium solani)
Telp. 087875885444
Gaharu adalah komoditas pertania
yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Tidak heran, saat ini banyak orang
tertarik untuk melakukan budidaya tanaman gaharu. Tanaman gaharu secara umum
mampu tumbuh dengan baik di Indonesia.
Di Indonesia petani gaharu banyak terdapat di daerah Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain. Budidaya gaharu relatif mudah, hanya saja
perlu mengetahui teknik inokulasi yaitu menyuntikan bibit cendawan / fungi yang
dapat menginfeksi tanaman gaharu sehingga mengahasilkan gubal gaharu. Gubal gaharu
inilah yang nilainya mahal. Untuk budidaya gaharu, berikut ini adalah
langkah-langkahnya:
1. Pemilihan Bibit bibit pohon gaharu
Langkah awal dalam usaha budidaya tanaman gaharu adalah pemilihan bibit
gaharu yang berkualitas. Pemilihan bibit yang berkualitas sangat penting karena
akan mempengaruhi terhadap hasil budidaya kita. Untuk memilih bibit pohon
gaharu yang berkualitas perhatikan hal-hal berikut: Pastikan bibit sehat atau
tidak terserang hama, bibit memiliki diameter minimal 1 cm dan tinggi minimal
20 – 30 cm.
Ada beberapa
jenis pohon gaharu yang tumbuh di Indonesia, diantaranya:
Aquilaria Beccariana Van Tiegh, jenis gaharu ini tumbuh secara alami di
daerah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu juga tumbuh di Semenanjung Malaya.
Nama lain dari tumbuhan ini di dunia antara lain, Aquilaria cumingiana var.
parviflora Airy Shaw, Aquilaria grandifolia Domke, dan Gyrinopsis grandifolia
(Domke) Quisumb. Sementara itu di Indonesia terdapat beberapa nama daerah
seperti, Mengkaras, Gaharu, dan Gumbil Nyabak. Oleh IUCN Red List, spesies ini
dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).
Aquilaria cumingian (Decne.) Ridl. Jenis gaharu ini tumbuh di pulau
Morotai dan Halmahera, Maluku, serta di Filipina. Nama lain di dunia untuk
pohon gaharu jenis ini adalah Aquilaria pubescens H. Hallier, Decaisnella
cumingiana Kuntze, Gyrinopsis cumingiana Decne., Gyrinopsis cumingiana var.
pubescens Elmer, Gyrinopsis decemcostata H. Hallier, dan Gyrinopsis pubifolia
Quisumb. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan
(Vulnerable).
Aquilaria filaria (Oken) Merr. Di Indonesia Gaharu jenis ini tumbuh di
Morotai, Seram, Ambon, Nusa Tenggara,
Papua. Selain itu juga tumbuh di Papua Nugini, dan Filipina. Nama lainnya
adalah Aquilaria acuminata (Merr.) Quisumb., Aquilaria tomentosa Gilg,
Gyrinopsis acuminata Merr., dan Pittosporum filarium Oken. Di Maluku disebut
dengan pohon Las sedangkan di Papua dinamai pohon Age.
Aquilaria hirta Ridl. Di Indonesia jenis gaharu ini tumbuh di daerah
Sumatera dan Semenanjung Malaya. Nama lainnya adalah Aquilaria moszkowskii
Gilg. Aquilaria malaccensis Benth. Jenis
gaharu ini banyak tumbuh di Sumatera, Simalue, dan Kalimantan, Filipina
(Luzon), India (Assam), Bangladesh, Myanmar, dan Malaysia (Semenanjung Malaya,
Sabah, dan Serawak). Di Indonesia terdapat beberapa nama daerah untuk jenis
gaharu ini seperti ahir, karas, gaharu, garu, halim, kereh, mengkaras dan
seringak. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan
(Vulnerable).
Aquilaria microcarpa Baill. Pohon gaharu ini banyak tumbuh di Sumatera,
Bangka, Belitung, dan Kalimantan, Malaysia (Semenanjung Malaya, Sabah, dan
Serawak). Beberapa nama ilmiah tumbuhan ini diantaranya Aquilaria borneensis
Van Tiegh. ex Gilg, Aquilariella borneensis Van Tiegh., dan Aquilariella
microcarpa Van Tiegh. Nama daerah untuk di Indonesia adalah ntaba, tangkaras,
engkaras, karas, dan garu tulang. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan
sebagai Rentan (Vulnerable).
Selain jenis di atas masih terdapat beberapa spesies lain yang tumbuh di
dunia seperti: A. apiculata (Mindanao, Filipina), A. baillonii (Kamboja, Laos,
dan Vietnam), A. banaense (Vietnam), A. brachyantha (Luzon, Filipina), A.
citrinicarpa (Mindanau, Filipina), A. crassna (Kamboja, Laos, dan Vietnam), A.
khasiana (India), A. parvifolia (Luzon, Filipina), A. rostrata (Malaysia), A.
rugosa (Vietnam), A. sinensis (China), A. subintegra (Thailand), A.
urdanetensis (Mindanau, Filipina), dan A. yunnanensis (China).
Kesemua jenis gaharu tersebut, oleh CITES dimasukkan dalam daftar
Appendix II. Ini berarti perdagangan intenasional semua bagian tumbuhan ini
diatur dengan ketat termasuk pemberlakuan kuota di masing-masing negara.
2. Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil budidaya yang maksimal sebaiknya pohon gaharu
ditanam pada tanah yang memiliki kandungan hara yang cukup. Secara umum,
tanaman gaharu dapat tumbuh beradaptasi pada jenis tanah apa pun.
Langkah awal dalam persiapan lahan adalah buatlah lubang tanam dengan
ukuran kurang lebih 30 x 30 x 30 dan jarak antar lubang sekitar 3 x 3 m.
Jika
kondisi tanah asam atau memiliki PH <5 1="" 3-5kg="" atau=""
berikan="" berilah="" dengan="" diamkan="" dolomit.="" dosis=""
kandang="" kapur="" kemudian="" lubang="" minggu.="" o:p="" pada=""
pertanian="" pupuk="" sekitar="" selama="" tanam.="" tanam="">
3. Penanaman
Setelah persiapan lahan selesai, langkah selanjutnya adalah penanaman
pohon gaharu. Pohon Gaharu merupakan pohon yang kurang tahan terhadap panas,
sebaiknya tanam bibit gaharu pada waktu pertengahan musim hujan. Setelah
penanaman selesai pasanglah sebuah bilah kayu tepat di samping bibit gaharu
yang berfungsi sebagai penyangga dan ikat pohon gaharu dengan bilah tersebut
agar pohon gaharu tumbuh lurus dan tidak roboh terkena angin.
4. Pemberian Naungan
Pohon gaharu
kurang tahan terhadap cahaya matahari terlalu banyak. Untuk menjaga agar pohon
gaharu tidak terkena sinar matahari langsung serta mengurangi penguapan
sebaiknya pohon diberi naungan yang dibuat dari jerami atau daun yang lebar.
5. Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman gaharu meliputi penyiangan dan pengendalian penyakit. Kendalikan
gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan penyiangan secara rutin
kurang lebih 3 bulan sekali. Hama yang sering menyerang tanaman gaharu adalah
ulat (Lepidoptera sp) yang memakan daun gaharu. Untuk pengendaliannya dapat
dilakukan dengan penyemprotan pestisida.
6. Inokulasi
Inokulasi adalah tahapan terpenting dari budidaya gaharu, karena pada
tahapan ini proses terbentuk nya gubal gaharu. Inokulasi adalah proses
penyuntikan bibit cendawan / fungi pada batang gaharu. Jenis fungi yang telah
umum digunakan adalah Fusirium solani dan Fusarium moniliforme. Cara melakukan
inokulasi adalah dengan mengebor batang gaharu kemudian menyuntikan bibit
cendawan ke dalam lubang bor tersebut. Untuk menyuntikan cendawan kita bisa
memanggil ahli penyuntikan dengan bayaran tergantung kesepakatan. Inokulasi
dapat dilakukan ketika gaharu telah berumur 5-6 tahun.
Tahapan-tahapan
dalam penginokulasian gaharu, bahan dan alat yang dibutuhkan adalah:
1)
Bor kayu dengan ukuran minimal 10 mm, sesuai
dengan diameter batang semakin besar diameternya maka ukuran bor semakin besar,
ukuran bor yang biasa digunakan berukuran 13 mm.
2)
Genset kapasitas 450 watt atau 900 watt dan alat
bor listrik.
3)
Spidol permanent sebagai penanda titik bor.
4)
Alat ukur meteran untuk mengukur keliling batang
dan jarak titik bor satu dengan lainnya.
5)
Pinset dan suntikan sesuai ukuran bor.
6)
Alkohol 70 % untuk sterilkan alat dan lubang
hasil bor kayu.
7)
Masker, gunting serta kapas.
8)
Lilin lunak, plester atau lakban, untuk menutup
lubang bor.
9)
Sarung tangan karet dan Inokulan Gaharu.
Proses
pengerjaannya dengan mengikuti prosedur dibawah ini:
1)
Ukur titik pengeboran awal 1 meter dari
permukaan tanah. Beri tanda dengan spidol. Kemudian buat lagi titik pengeboran
diatasnya dengan mengeser kearah horizontal sejauh 15 cm dan vertical 15 cm.
dengan cara yang sama buatlah titik berikutnya hingga setelah dihubungkan
membentuk garis spiral.
2)
Ukur lingkaran batang untuk mendapatkan diameter
batang. Misalkan lingkaran batang 60 cm, hitung diameternya dengan rumus :
Keliling Lingkaran = diameter x 3,14. contoh 60 cm = diameter x 3,14 berarti diameter
batang = 60 cm : 3,14 = 19,11 cm.
3)
Buat lubang sedalam 1/3 diameter batang pada
titik pengeboran yang sudah ditanda dengan spidol. Contoh : Kedalaman lubang
bor = diameter batang x 1/3 = 19,11 x 1/3 = 6,4 cm.
4)
Bersihkan lubang bor dengan kapas yang sudah
dibilas dengan alcohol.
5)
Masukkan inokulan dengan pinset kedalam suntikan
yang ujungnya sudah dipotong, kemudian masukkan inokulan kedalam lubang sampai
penuh.
6)
Tutup lubang yang telah terisi penuh inokulan
dengan lilin agar tak ada kontaminan dari mikroba yang lain. Untuk mencegah air
merembes permukaan lilin ditutup kembali dengan plester atau lakban.
7)
Cek keberhasilan penyuntikan setelah 3 bulan,
caranya buka plester dan lilin kemudian kupas sedikit kulit batang, jika batang
tampak berwarna coklat kehitam hitaman berarti penyuntikan berhasil. Tutup
kembali lubang dengan lilin dan plester.
Setelah kurang lebih 7 bulan dari penyuntikan ambil sample dengan
mengebor lubang baru 5 cm diatas lubang sebelumnya, jika serbuk hasil bor sudah
hitam atau wangi atau sesuai dengan ciri-ciri yang diinginkan maka pohon sudah
dapat dipanen jika belum sesuai tutup kembali lubang dengan lilin. Tanda hasil
mulai maksimal jika daun gaharu sudah mengering 50 % hal ini biasanya terjadi
pada 1,5 tahun sampai 2 tahun setelah penyuntikan tergantung dari besarnya
diameter batang, semakin besar diameter batang maka proses mengeringnya daun
semakin lama.
Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus
diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas minimal suatu pohon dapat di
inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman
tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm.
Berikut diulas
teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.
a. Inokulasi
Dengan Inokulan Padat
1)
Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan
menggunakan bor.
2)
Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 13 mm.
Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang,
biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar
lubang bor sekitar 20 cm.
3)
Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air
hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
4)
Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang.
Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan
ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan
menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan
ukuran diameter lubang.
5)
Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan
untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan
pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lilin malam”
b. Inokulasi
Dengan Inokulan Cair
1)
Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon
dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter
batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan
berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut
biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan.
Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
2)
Masukkan selang infus yang ada pada botol
inokulan cair kedalam lubang.
3)
Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut.
Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
4)
Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan
menggunakan “lilin malam”.
5)
Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse
kedalam lubang setiap 1–2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang.
Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan
inokulasi.
6)
Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan
cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali
dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan
fisiologis.
7. Pemeliharaan dan Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan terutama di lahan yang kesuburannya rendah.
Pemberian pupuk dapat dilakukan dua kali dalam setahun, dengan ukuran 5 kg
pupuk per-pohon. Pembersihan areal penanaman juga perlu dilakukan guna
menghindari tumbuhnya gulma (tumbuhan pengganggu) khususnya pada musim hujan
atau 4 kali dalam setahun.
8. Panen dan Pasca Panen
Produksi gubal gaharu akan terbentuk setelah perlakuan berjalan 3 bulan.
Hal ini dimulai dengan berubahnya warna kayu sekitar penyuntikan menjadi
cokelat dan bertekstur keras serta berbau wangi. Pemanenan dapat dilakukan
mulai dari 1 tahun setelah penginokulasian dengan cara menebang pohon. Kualitas
gubal gaharu yang dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat kesuburan pohon
dan lamanya penginokulasian. Semakin lama penginokulasian maka semakin tinggi
kualitas gubal gaharu yang dihasilkan. Potongan-potongan gubal gaharu
dibersihkan dari bagian kayu yang tidak terbentuk menjadi gubal. Pembersihan
kayu putih dari gubal memerlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan
khusus, sehingga tidak menurunkan kelas gubal akibat kurang terampilnya tenaga
kerja. Kemudian dilakukan penyortiran berdasarkan kelasnya (Super, AB, BC, C1
dan C2). Untuk mengurangi kadar air, potongan gubal gaharu dikeringkan dengan
cara menjemur di bawah sinar matahari. Untuk gaharu kelas kemedangan selain
dapat dipasarkan langsung dapat pula di distilasi untuk diambil minyaknya.
No comments:
Post a Comment