Wednesday, April 25, 2018

Mengenal Hama Dan Penyakit Hewan Unggas Dan Cara Menanggulanginya








087875885444 Jual Aspergillus niger Untuk Fermentasi Pakan ternak

Keberhasilan dalam usaha budidaya hewan unggas seperti ayam potong, ayam petelor, ayam kampung, bebek, mentok, kalkun, sangat ditentukan oleh mutu manajemen perawatan terhadap hama dan penyakit. Pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan secara baik akan mampu menekan tingkat kematian yang seringkali menjadi momok bagi peternak. Berbagai kasus wabah merebaknya penyakit endemik pada hewan ternak unggas telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi peternak. oleh karena itu para peternak perlu menerapkan berbagai upaya pengendalian hama dan penyakit unggas. Beberapa peternak telah menerapkan sistem biosecurity untuk mengantisipasi muncul nya bibit penyakit.
Secara umum, upaya pencegahan penyakit dilakukan dengan tindakan antara lain : menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya, pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak, melakukan vaksinasi secara teratur, pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit, manajemen pemeliharaan yang baik, kontrol terhadap binatang lain. selain itu, hewan ternak juga perlu diberikan probiotik dari jenis mikroba Lactobacillus yang dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh dari serangan bakteri pathogen, meningkatkan daya cerna hewan terhadap pakan, mengurangi bau kotoran, sehingga pertumbuhan hewan unggas lebih baik. 
Beberapa jenis penyakit hewan unggas antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Avian Influenza (AI)
Avian Influenza (AI) atau dikenal dengan flu burung, merupakan penyakit yang sangat berbahaya pada unggas.  Virus Avian Influenza (AI) merupakan jenis virus famili orthomyxoviridae.  Sumber infeksi penyakit Avian Influenza antara lain adalah unggas piara, spesies unggas domestikasi yang lain, burung piara eksotik, unggas liar, hewan lain.  Hewan ternak yang terserang AI akan menunjukan gejala-gejala klinis sebagai berikut: aktivitas menurun, konsumsi pakan menurun;  ayam mengeram lebih lama, produksi telor menurun, gangguan pernapasan dari yang ringan sampai berat, batuk, bersin yang berlebihan, sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan kepala, terdapat sianose pada kulit yang tidak berbulu, gangguan saraf dan diare. Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda saja yang terlihat atau beberapa kombinasi. Pada kasus yang sangat cepat ayam-ayam mati tanpa tanda-tanda. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membeli anak ayam yang bebas koriza, sanitasi dengan ketat, bila ada outbreak perlu dilakukan depopulasi kemudian kandang dibersihkan dan desinfeksi, istirahatkan beberapa hari. Kemudian masukkan ayam baru yang bebas koriza lakukan vaksinasi.Pengobatan dengan antibiotik hanya untuk mencegah efek ikutan pada infeksi bakteri dan mycoplasma.

2.      New Castle Deisease (NCD)

Salah satu penyakit yang sering kali menyerang hewan unggas adalah NCD (New Castle Desease) atau lebih dikenal dengan tetelo. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo. NCD dapat menular dengan cepat, 3-4 hari seluruh ternak dapat terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju yang dikenakan oleh pekerja atau tamu, serangga, burung liar, melalui udara, kontak dengan hewan sakit melalui eksudat, feses dan urine atau melalui perlengkapan kandang termasuk pakan.
Virus penyakit NCD bersifat menggumpalkan sel darah. Gejala yang ditimbulkan: ayam sering sesak nafas, nafsu makan turun, diare, senang berkumpul pada tempat hangat, batuk-batuk, bersin-bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, kaki lumpuh, mata ngantuk, sayap terkulai, kadang berdarah, tinja encer kehijauan, yang spesifik adanya gejala “tortikolis” yaitu ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
Cara menanggulanginya adalah dengan memisahkan ayam yang terserang NCD antara lain: melakukan sanitasi kandang yang baik yaitu dengan menjaga kebersihan kandang dan peralatan untuk mencegah tercemar virus, kandang diusahakan agar lantai tetap kering, anak ayam harus berasal dari peternakan yang bebas NCD, vaksinasi NCD, ayam yang mati segera dibakar atau dikubur jauh dari lingkungan kandang, pisahkan ayam yang sakit agar tidak menular, setiap tamu dan karyawan yang masuk areal peternakan mengenakan baju steril.

3.      Infectious Bronchitis (IB)
Penyakit IB disebbakan oleh Coronaviridae. Gejala klinis dari ayam yang terserang IB menunjukan gejala sulit bernafas, ngorok, dan mata keluar eksudat. Produksi telor menurun antara 10-50 %, bentuk telor tidak normal, kerabang lunak atau kasar, daya tetas menurun. Pengendalian dilakukan dengan sanitasi kandang secara intensif, lakukan vaksinasi secara teratur.

4.      Berak Kapur (Pullorum)
Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Penyakit ini seringkali menyerang anak ayam atau ayam dara. Penelurannya melalui: telor, kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam sakit; peralatan penetasan dan peralatan kandang yang kurang bersih, kotoran, air, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi.
Gejala klinis pada ayam yang terinveksi berak kapur adalah antara lain adalah ayam yang menetas kelihatan lemah dan ngantuk dan akhirnya mati, nafsu makan menurun, diare berwarna putih yang menempel, berkelompok di dekat sumber panas, timbul gangguan pernafasan pada anak ayam. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengobatan terhadap ayam dan  tetap dipelihara sehingga tidak menimbulkan kerugian yang banyak. Sedangkan pada ayam indukan petelor dianjurkan untuk dilakukan depopulasi. Penggunaan obat sulfa atau furazolidon atau antibiotik berspektrum luas. Obat dicampurkan pada air minum. Lakukan sanitasi kandang secara rutin.

5.      Fowl Pox (Cacar Ayam)
Penyakit ini disebabkan oleh virus  DNA yaitu virus pox. Sumber penularannya adalah nyamuk, melalui luka pada kulit, bisa juga melalui keropeng tertular yang dimakan, penularan langsung juga dapat terjadi misalnya dengan mematuk-matuk ayam sakit. Gejala klinis mula-mula berupa papula kecil berwarna kelabu di daerah kulit yang tidak berbulu, pada bagian kepala dan kaki. Beberapa radang bergabung membentuk radang yang besar dan akhirnya membentuk keropeng besar. Apabila keropeng dikelupas akan terjadi perdarahan dilapisan bawahnya. Pada tipe cacar basah akan terlihat bercak berwarna kuning pada selaput lendir mulut, lubang hidung dan faring, sering menyebabkan penyumbatan saluran udara yang mengakibatkan penderita tercekik. Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap ayam yang terkena penyakit ini adalah dengan melakukan isolasi, sedangkan ayam di sekitar kandang harus divaksinasi. Untuk mencegah infeksi sekunder diberi antibiotik dan vitamin. Populasi nyamuk dapat ditekan dengan menggunakan pestisida.

6.      Gumboro  (Infectious Bursal  Disease /IBD)
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penyebaran melalui kontaminasi virus pada peralatan kandang, pakan, alat angkut, dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam kandang. Gejala klinis ada dua penyakit gumboro yaitu subklinis dan klinis. Gejala subklinis menyerang ayam muda yang umurnya kurang dari 3 minggu dan tidak terlihat gejala klinisnya. Biasanya tidak menimbulkan kematian tetapi ayam yang terserang dan sembuh dari penyakit akan mengalami imunodepresi akibat kerusakan sel-sel limfosit pembentuk antibodi yang berada dalam bursa fabrisius, thymus dan limpa. Ayam menjadi tidak tanggap terhadap vaksinasi dan kematian terjadi akibat infeksi penyakit lain.
Sedangkan gejala klinis kejadiannya berjalan akut dengan tanda-tanda klinis ayam menjadi lesu, kurang nafsu makan, inkoordinasi, tremor, peradangan di sekitar dubur, mencret putih dan berlendir, mematuk-matuk kloaka dan bulunya kusam. Bila terjadi infeksi sekunder, kesembuhan dapat terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu dan kematian tidak lebih dari 20 %. Pengendalian yaitu dengan melaksanakan vaksinasi.

7. Fowl  Kolera (Kolera Unggas)
Penyebab penyakit ini adalah Pasteurella multocida. Penularan jika ayam mematuk ayam lain yang mati karena terserang kolera. Gejala klinis meliputi: kematian mendadak pada ayam yang terserang kolera akut, nafsu makan turun, depresi, kebiruan, mengeluarkan cairan kental dari mulut atau hidung, diare putih berair atau hijau mengental. Pada ayam kampung yang terserang secara kronis mengalami pembengkakan pada persendian, cuping, telapak kaki atau selaput sendi. Eksudatnya biasanya terkumpul di dalam selaput mata atau sinus infraorbitalis. Pengendalian dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, vaksinasi, bila ada out break sebaiknya dilakukan depopulasi, pengobatan dengan sulfamethoxine, sulfaquinoxaline, ulfamethazine, sulfamerazine, tetracyclin, erythromycin, streptomycin, penicillin.

8. Berak darah (Coccidiosis)
Penyakit koksidiosis (berak darah) adalah merupakan salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang sering kali menyerang hewan unggas hampir di seluruh dunia. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dengan famili Eimeridae, yang terdiri dari empat genus, antara lain Cryptospororidium, Isospora, Eimeria dan Tyzzaria. Pada kebanyakan unggas, Eimeria menyerang usus, kecuali pada angsa, Eimeria menyerang ginjal. Kematian ayam akibat koksidiosis bisa mencapai 80 – 90% jika penyakit tidak diobati. Kerugian lain selain kematian ternak, maka koksidiosis menyebabkan penurunan berat badan, penghambatan masa bertelor, penurunan produksi telor dan penurunan efisiensi penggunaan pakan.
Gejala Klinis koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan depresi, bulu kusut dan diare dengan tinja berwarna hijau, napsu makan hilang, muntah darah, paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi E. tenella memperlihatkan gejala kepucatan pada jengger dan pial disertai kotoran yang bercampur darah. Pada penyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis, maka ditandai oleh penurunan produksi telor dan daya tetas serta bobot badan.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit koksidiosis yang penting dilakukan adalah pengaturan sistim ventilasi udara yang baik, pengaturan kepadatan kandang yang sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan tempat pakan dan minum yang cukup. Pengobatan terhadap koksidiosis bisa diusahakan dengan pemberian larutan amprolium atau sulfonamida dalam air minum, pemberian air yang dapat mensuspensi suplemen vitamin A dan K akan mempercepat proses kesembuhan.

9. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
            Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum. Sesak nafas penyebabnya adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum. Penyakit ini menyerang alat-alat pernafasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernafas. Gejala klinis ayam yang menderita penyakit ngorok adalah ayam sering bersin, keluar ingus lewat hidung dan ngorok saat bernafas, sayap terkulai, mengantuk, tubuh lemah pada ayam muda, diare dengan kotoran berwarna hijau kuning keputihan. 

No comments:

Post a Comment