Thursday, April 26, 2018

Peluang Bisnis Budidaya Sapi Perah Dan Produk Olahan Susu



Agrotekno 
Telp. 087875885444
Jual Aspergillus niger untuk fermentasi pakan Ternak
Jual Probiotik

A. Mengenal Jenis-Jenis Sapi
Sapi adalah hewan ternak yang memiliki peran sangat penting sebagai penghasil daging, dan susu yang merupakan sumber gizi banyak dibutuhkan oleh manusia. Selain itu sapi banyak pula dimanfaatkan sebagai sarana transportasi atau pembajak sawah di pedesaan. Hal ini menjadikan sapi merupakan aset sangat berharga yang harus dikembangkan oleh masyarakat Indonesia sebagai penggerak ekonomi rakyat. Beberapa referensi menyebutkan bahwa sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Di Indonesia permintaa daging sapi cukup tinggi, sehingga kebutuhan konsumen yang melebihi dari pada produksi daging sapi nasional harus dipenuhi dengan cara impor dari negara lain seperti AS, Australia dan lain-lain.

Sapi adalah jenis hewan yang termasik famili Bovidae. Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).

Salah satu jenis sapi yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis sapi Ongole dari India, kemudian dibawa ke pulau Sumba dan kembangbiakan sebagai hewan ternak penghasil daging. Salah satu cara untuk memberpaiki mutu genetik sapi adalah dilakukan kawin silang antara sapi satu dengan yang lain sehingga diperoleh keturunan yang lebih baik. Pada tahun 1957 dilakukan penyilangan antara perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan sapi Red Deen, peranakan Ongole / PO dengan sapi perah Frisian Holstein untuk mendapatkan sapi perah jenis sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Saat ini, telah banyak berkembang jenis sapi impor yang mulai dibudidayakan di tanah air seperti Limousin, Simental dan lain-lain.

Dari beberapa jenis sapi tersebut, kita akan mengupas tentang budidaya sapi perah dan mengolah hasil susu menjadi aneka produk olahan. Saat ini di Indonesia, usaha ternak sapi perah masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi bisnis. Rendahnya tingkat produktivitas sapi perah lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, teknik pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Dan kurangnya pengetahuan peternak tentang aspek tata niaga sapi perah.

B. Teknik Budidaya Sapi Perah
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya hewan sapi maka penting sekali memahami teknik budidaya yang baik. Tanpa memahami teknik budidaya yang baik maka usaha hewan ternak sapi dapat mengalami kegagalan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah antara lain:
a. Menentukan Lokasi Kandang Dan Pembuatan Kandang
Untuk melakukan budidaya hewan sapi yang pertama harus dilakukan adalah menentukan lokasi kandang yang sesuai dengan jenis sapi dan lingkungan yang kondusif. Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah tidak berada di tempat pemukiman yang padat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari. Kandang mendapat sinar matahari yang cukup sehingga tidak terlalu lembab yang dapat menyebabkan datangnya penyakit. Kandang dapat dibuat dengan kayu, batako, bambu. Dan, dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

b. Penyediaan Bibit
untuk budidaya sapi perah, maka syarat-syarat bibit betina yang harus dipenuhi adalah:
  1. produksi susu tinggi,
  2. umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
  3. berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
  4. bentuk tubuhnya seperti baji,
  5. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
  6. ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
  7. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
  8. tiap tahun beranak.
  9. berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
  1. kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
  2. jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
  3. pertumbuhan ambing dan puting baik,
  4. jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
  5. sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. umur sekitar 4-5 tahun,
  2. memiliki kesuburan tinggi,
  3. daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
  4. berasal dari induk dan pejantan yang baik,
  5. besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
  6. kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
  7. muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
  8. paha rata dan cukup terpisah,
  9. dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
  10. badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
  11. sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.

c.Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
    Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
  2. Perawatan Ternak
    Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
  3. Pemberian Pakan
    Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
    1. sistem penggembalaan (pasture fattening) 
    2. kereman (dry lot fattening) 
    3. kombinasi cara pertama dan kedua.
      Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
      umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
      Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
      Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
       
  4. Pemeliharaan Kandang
    Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

C. Hama Dan Penyakit Pada Sapi
  1. Penyakit antraks 
    • Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan. 
    • Gejala:
      1. demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
      2. gangguan pernafasan;
      3. pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
      4. kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
      5. kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
      6. limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
    • Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
       
  2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)  
    • Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
    • Gejala:
      1. rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
      2. demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
      3. nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
      4. air liur keluar berlebihan.
    • Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.  
  3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
    Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
    • Gejala:
      1. kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
      2. leher, anus, dan vulva membengkak;
      3. paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
      4. demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
    • Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa. 
  4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot) 
    • Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
    • Gejala:
      1. mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
      2. kulit kuku mengelupas;
      3. tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
      4. sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pencegahan Serangan
Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.

D. Panen
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina. S Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak. usu dapat dijual dalam keadaan segar, atau diolah menjadi susu bubuk yang dapat dilakukan secara manual dalam skala home industri. Susu sapi juga dapat diolah menjadi yogurt yang banyak sekali diminati oleh banyak kalangan karena rasanya yang nikmat, gizinya tinggi dan menyehatkan. Untuk membuat yogurt dapat dilakukan dengan teknik fermentasi dengan menggunakan bantuan mikrobia Lactobaccillus bulgaricus dan Streptococcus termophyllus. Bakteri ini memberikan flafour yang nikmat dan rasa asam serta meningkatkan gizi pada susu.




No comments:

Post a Comment