Thursday, April 26, 2018

Peran Nutrisi Pakan Dalam Meningkatkan Produktifitas Daging Sapi Potong Dan Repropuksi





 Agrotekno Sarana Industri
087875885444
Jual Mikrobia Untuk Fermentasi Pakan Ternak: Aspergillus niger, Aspergillus Oryzae, Saccharomyces cereviceae...


Daging sapi adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yang permintaan kian meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan pasokan dalam negeri masih sangat rendah, sehingga untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri tersebut kita masih banyak mengimpor dari negara lain baik produk daging maupun sapi bakalan. Untuk menetralilisir permintaan daging sapi tersebut, tidak sedikit para pelaku usaha pemotongan sapi terpaksa memotong sapi betina atau sapi muda. Hal ini dikhawatirkan akan mengurangi populasi sapi bakalan. Upaya peningkatan sapi bakalan penting sekali dilakukan untuk mencapai keberhasilan program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah. Indonesia memiiliki beberapa jenis sapi yang cukup baik kualitasnya untuk dikembangkan sebagai sapi potong seperti sapi bali, sapi Madura, sapi PO, dan beberapa sapi asal impor seperti simental, limousine, Brahman, dan lain-lain. Semestinya kita tidak perlu mengimpor daging sapi, kita lebih mengimpor sapi bakalan / bibit sapi sehingga dapat dikembangkan di Indonesia. Hal ini lebih menguntungkan, sehingga ke depannya kita mampu memproduksi daging sapi secara mandiri.

Keberhasilan reproduksi hewan ternak sapi sangat mendukung peningkatan populasi sapi di Indonesia. Reproduksi sapi dapat dilakukan secara alami atau dengan inseminasi buatan. Saat ini sperma untuk inseminasi buatan dapat secara mudah dilakukan. Hal yang berperan penting terhadap kemampuan reproduksi sapi indukan adalah tingkat kesehatan dan kadar nutrisi pakan yang diberikan. Selain itu, gangguan reproduksi pada sapi dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah cacat pada saluran organ reproduksi, orgran reproduksi tidak berfungsi dengan baik, infeksi pada organ reproduksi. Kekurangan nutrisi memberikan andil yang cukup besar terhadap ketidakberhasilan reproduksi.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi performa reproduksi sapi pada daerah tropis antara lain yaitu; factor genetik, lingkungan, nutrisi, dan managemen. Fakta di lapangan menunjukan bahwa factor nutrisi berpengaruh paling besar terhadap performa reproduksi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kekurangan nutrisi pakan dengan dengan kandungan energi, protein serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral dapat berpengaruh buruk terhadap reproduksi. Pada sapi betina, pengaruh buruk tersebut mulai dari kterlambatan pubertas, berkurangnya tingkat ovulasi, dan rendahnya angka konsepsi (fertilisasi / pembuahan), tingginya angka abortus (kehilangan embrio, dan fetus), panjangnya lama anestrus pasca melahirkan, kurangnya air susu dan rendahnya performa anak baru lahir. Sedangkan pada sapi pejantan berupa menurunya kualitas dan kuantitas sperma, atau turunnya kualitas semen.

Kekurangan nutrisi awalnya akan mempengaruhi fungsi hipofisis anterior sapi sehingga produksi dan sekresi hormone FSH (follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone) rendah karena ketidakcukupan ATP/energy. Akibatnya ovarium (indung telur) tidak berkembang (hipofungsi) karena pada dasarnya FSH dan LH berfungsi merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium. Jika ovarium tidak berkembang, maka dampak lain akan muncul sperti rendahnya tingkat ovulasi dan semakin panjangnya calving internval (jarak kelahiran antara kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya). Calving interval yang panjang pada sapi betina pasca beranak dan menyusui akan menyebabkan produksi susu rendah dan jujmlah pedet yang dilahirkan selama periode tertentu juga menurun.
Kesehatan merupakan factor penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan reproduksi sapi. Oleh karean itu ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh para peternak antara lain yaitu:
  1. Pakan yang diberikan harus berkualitas dan jumlahnya cukup sesuai dengan kebutuhan ternak.
  2. Melibatkan dokter hewan atau tenaga lapangan secara rutin untuk mengecek status reproduksi sapi betina dan jantan. Pada sapi betina, cek perkembangan folikel ovarium, baik menjelang dewasa (dara) maupun induk dengan cara palpasi rectal. Sedangkan pada sapi pejantan, cek kualitas sperma atau semen di laboratorium.
  3. Memberi suplemen pakan
Suplementasi gizi merupakan upaya untuk mengatasi kekurangan nutrisi. Vitamin A berfungsi mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh, termasuk sel folikel ovarium sehingga sapi betina cepat pubertas dan ovulasi meningkat. Vitamin E berfungsi mengikat radikal bebas yang masuk ke tubuh. Dengan tercukupi vitamin E, maka radikal bebas yang dapat mengganggu proses reproduksi dapat dicegah.

No comments:

Post a Comment