Thursday, April 26, 2018

Prospek Bisnis Sapi Potong


Agrotekno Sarana Industri 
087875885444
Jual Probiotik Penggemuk Sapi Potong


Daging sapi adalah salah satu produk peternakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Aneka produk olahan daging sapi cukup variatif antara lain; abon, sosis, dendeng, beef, bakso, soto, nugget, dan lain-lain. Produk-produk olahan berbahan baku daging sapi tersebut mudah ditemukan di warung-warung, toko-toko, hingga supermarket. Berkembangnya industri pengolahan makanan berbasis daging sapi telah memacu meningkatnya permintaaan daging sapi dalam negeri. Adanya pertambahan jumlah penduduk, kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi protein hewani dan meningkatnya pendapatan masyarakat, turut memacu meningkatnya permintaan daging sapi.
Permintaan daging sapi dalam negeri mengalami kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Produksi daging sapi lokal masih cenderung fluktuatif yang menunjukkan bahwa ketersediaan daging sapi lokal tidak konsisten, sehingga memacu terjadinya impor daging sapi dan sapi bakalan. Hingga kini, pasokan daging sapi lokal belum mampu mengimbangi permintaan daging sapi, sehingga sebagian besar daging sapi yang beredar di pasaran masih impor dari negara lain. Saat ini, harga daging sapi segar masih terbilang tinggi, berkisar Rp.75.000 – Rp.85.000/kg. Menjelang hari raya Idhul Fitri dan hari-hari besar nasional lainnya, permintaan daging sapi mengalami lonjakan yang cukup signifikan dan memicu kenaikan harga daging sapi.
Meningkatnya permintaan daging sapi, menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan usaha peternakan sapi potong di Indonesia. Budidaya sapi potong sangat prospektif, karena permintaan daging sapi baik pasar domestik maupun luar negeri sangat tinggi dan cenderung meningkat. Selain menghasilkan daging, usaha budidaya sapi memberikan banyak manfaat antara lain adalah: menghasilkan pupuk kandang yang dapat diproses menjadi pupuk organik yang banyak mengandung unsur hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur; urin sapi dapat diolah menjadi pupuk organik yang mahal harganya; pembuatan biogas dari kotoran sapi; kulit sapi dapat dijadikan sebagai bahan baku industri kerajinan kulit dan kerupuk krecek; tulang sapi dapat diolah menjadi bahan bahan seperti; perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan. Selain itu, sapi juga sering dimanfaatkan untuk menarik gerobak, atau membajak sawah oleh para petani.
Untuk memacu ketersediaan daging sapi nasional maka perlu upaya meningkatkan populasi, dan produktivitas sapi potong. Untuk meningkatkan populasi dan produksi sapi potong, perlu upaya pengembangan usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong. Ketersediaan bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya mendukung terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan pembibitan sapi potong secara berkelanjutan. Pembibitan dan penggemukan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, dan umumnya lokasi tidak terkonsentrasi.
Untuk memacu peningkatan populasi dan produksi sapi nasional, maka budidaya sapi perlu diarahkan dari teknik ekstensif ke intensif. Umumnya budidaya sapi di Indonesia masih dilakukan secara tradisional (ekstensif) yang banyak dilakukan di desa-desa. Usaha penggemukan sapi secara tradisional umumnya hanya sambilan yang dilakukan oleh para petani untuk memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan sapi dan jumlahnya juga tidak banyak berkisar 2-5 ekor. Jika penggemukan sapi potong dilakukan secara intensif dan manajemen yang baik, maka dapat menjadi bisnis yang cukup menjajikan.
Keberhasilan suatu usaha penggemukan sapi potong ditentukan oleh faktor ketersediaan bibit ternak unggul (breed), manajemen (management) dan pakan (feed). Di Indonesia terdapat bibit sapi lokal dan sapi crossing unggul yang sudah banyak dikembangkan, meskipun sebagian sapi bakalan masih impor dari negara lain. Plasma nutfah sumber bibit sapi potong lokal yang dimiliki Indonesia cukup banyak dan beragam serta adaptif terhadap kondisi lingkungan. Selain bibit sapi lokal, saat ini di Indonesia sudah banyak dikembangkan sapi impor seperti sapi Brahman, Simental, Limousin dan sapi crossing yang memiliki karakteristik unggul sebagai bibit sapi potong. Saat ini, peminat sapi bakalan impor semakin meningkat. Kementrian Pangan Dan Pertanian memprediksikan bahwa komposisi populasi sapi secara keseluruhan pada tahun 2014 adalah sapi non lokal 34,14% (brahman, Simental dan Limousine) dan sapi lokal 65,86% (Bali, PO dan sapi lokal lainnya). Hal ini menunjukan bahwa, penggunakan bibit sapi non-lokal cukup besar dan cenderung meningkat peminatnya.
Ketersediaan pakan ternak menjadi aspek penting dalam keberhasilan usaha penggemukan sapi potong. Oleh karena itu lokasi usaha penggemukan sapi potong, harus mempertimbangkan ketersediaan sumber pakan yang memadai. Indonesia memiliki potensi sumber pakan ternak sapi baik pakan hijauan maupun konsentrat. Di Indonesia memiliki aneka jenis rumput yang sangat digemari oleh ternak sapi seperti rumput kolonjono dan rumput gajah yang sangat baik sebagai pakan ternak sapi. Selain itu, di Indonesia cukup tersedia banyak limbah pertanian seperti batang tanaman padi, tanaman jagung, tanaman kacang-kacangan dan lain-lain. Sedangkan, bahan baku pakan konsentrat antara lain; dedak, jagung, sorgum, dan limbah agroindustri seperti onggok (ampas singkong), bungkil inti sawit (limbah pabrik pengolahan minyak sawit), tetes tebu, dedak (limbah penggilingan padi), ampas tahu, ampas kecap, limbah cair dan kulit kedelai industri tempe, pod coklat.
Untuk mencapai kemandirian daging sapi, pemerintah telah melakukan upaya Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2010. Melalui program tersebut pemerintah berusaha untuk meningkatkan produksi daging sapi potong dengan memberikan penyediaan bibit, dan pasar yang kondusif. Untuk menyempurnakan PSDS 2010, maka pemerintah membuat program lanjutan yaitu Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014 dengan berbagai strategi dan program yang telah disempurnakan berdasarkan pengalaman-pengalaman pada tahun sebelumnya. Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PSDS-2014) merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam lima tahun ke depan untuk mewujudkan ketahanan pangan asal ternak berbasis sumberdaya lokal. Pencapaian swasembada daging sapi ini merupakan tantangan besar dalam rangka membangun ketahanan pangan nasional, mengingat impor daging sapi dan bakalan yang masih tinggi.

No comments:

Post a Comment