Agrotekno Sarana Industri
087875885444
Jual Bibit Jahe Merah
A. Mengenal Tanaman Jahe
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Tanaman jahe banyak dibudidayakan di Indonesia. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani yaitu zingiberi. Jahe memiliki rasa yang khas yaitu pedas yang merupakan senyawa keton bernama zingeron. Rasa pedas tersebut dapat menghangatkan tubuh dan membangkitkan semangat jika dibuat ramuan untuk diminum atau dijadikan obat gosok. Khasiatnya diyakini mampu meningkatkan stamina, sehingga banyak dikonsumsi sebagai ramuan kesehatan bagi kaum pria. Tanaman jahe telah banyak digunakan oleh nenek moyang kita sebagai tanaman obat alami yang murah dan aman.
Di Indonesia, terdapat tiga varietas tanaman jahe yang banyak dibudidayakan antara lain adalah; 1). Jahe gajah, jahe ini memiliki ukuran yang besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning atau putih; 2). Jahe kuning, jahe ini memiliki ukuran sedang, warna kuning, rasanya lebih pedas dibandingkan dengan jahe gajah, banyak dikonsumsi untuk bumbu masakan; 3). Jahe merah, jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, ukuran rimpangnya kecil dengan kulit warna merah, jahe ini banyak digunakan sebagai obat herbal.
Jahe dipasarkan dalam bentuk segar, jahe kering, awetan jahe, jahe bubuk, minyak jahe, oleoresin jahe. Jahe kering merupakan potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan memotong serat irisan tipis. Awetan jahe merupakan hasil pengolahan tradisional jahe segarseperti permen jahe, acar, asinan, sirup, dan jahe instan. Bubuk jahe merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri, jahe dikeringkan selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang ditentukan. Bubuk jahe banyak disuplai untuk industri farmasi, minuman, dan jamu. Oleoresin jahe adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak atsiri 15 - 35%.
B. Teknik Budidaya
Seiring dengan berkembangnya industri makanan dan jamu, permintaan jahe terus meningkat. Permintaannya yang tinggi membuat harga jahe juga tinggi. Hal ini menjadi daya tarik bagi para petani untuk membudidayakan jahe secara intensif. Budidaya tanaman jahe relatif mudah. Tanaman jahe dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis atu sub-tropis. Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 - 1500 meter di atas permukaan laut, sedangkan jahe gajah tumbuh baik di ketinggian 500 - 950 meter. Tanaman jahe membutuhkan curah hujan 2500 - 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 - 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanaman jahe akan tumbuh dengan optimal pada tanah yang gembur mengandung banyak unsur hara, dengan pengairan yang cukup, namun tidak boleh tergenang. Tanaman jahe membutuhkan penyinaran yang cukup. Jahe menyukai wilayah tropis dan subtropis, dengan demikian Indonesia sangat baik untuk menjadi sentra budidaya tanaman jahe.
Untuk melakukan budidaya tanaman jaeh, maka langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan bibit. Bibit jahe yang akan ditanam harus memiliki mutu genetik yang baik, memiliki kualitas fisiologik yang berarti pertumbuhannya tinggi dan memiliki tampilan fisik yang baik. Untuk mendapatkan bibit yang baik yaitu dengan memilih tanaman jahe yang sudah berusia 9 - 10 bulan. Pilihlah tanaman dengan rimpang yang sempurna, tidak cacat karena terkelupas atu terserang penyakit. Setelah mendapatkan bibit bermutu baik, selanjutnya adalah proses penyemaian bibit. Agar tumbuh jahe serentak, bibit terlebih dahulu harus disemaikan sampai tumbuh kecambah. Penyemaian bisa dilakukan di bendengan. Bedengan ukuran 10 x 8 meter dapat untuk menyemai 1 ton bibit jahe. Sebelum memasukkan bibit, pastikan rumah tersebut telah dibuat bedengan dengan menggunakan tumpukan jerami. Ketebalan jerami mencapai 10 cm. Rimpang yang menjadi bibit kemudian disusun dalam bedengan kemudian ditutup jerami, kemudian disusun lagi lapisan selanjutnya dengan bibit jahe dan ditutup jerami lagi, begitu selanjutnya sampai didapatkan 4 susun bibit jahe dan jerami. Setiap hari, tumpukan bibit dan jerami ini disemprot dengan larutan fungisida dan zat tumbuh.
Masa penyemaian di bedengan biasanya memakan waktu 2 minggu. Setelah itu, buka bedengan dan pilih bibit berkualitas untuk selanjutnya ditanam. Masing-masing rimpang bibit bisanya ditumbuhi 3- 4 tunas. Pisahkan tunas tersebut dan bibit siap ditanam. Sebelum dipindahkan ke lahan, sebaiknya bibit jahe harus disortir. Untuk membunuh bibit penyakit, masukkan dalam karung dan dicelupkan lagi ke dalam larutan fungisida. Diamkan selama 8 jam. Setelah itu bibit kemudian dijemur selama 2 - 4 jam.
Sebelum menanam bibit jahe, lahan harus disiapkan dulu dengan membuat bedengan-bedengan dan diberikan pupuk organik. Selanjutnya, pada bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan kedalaman 5 - 8 cm. Setelah semuanya siap, tanamlah bibit pada lubang tersebut dengan cara direbahkan. Masa penanaman terbaik adalah di awal musim penghujan agar pasoka air untuk jahe yang baru ditaman jauh lebih besar. Setelah lahan dan bibit jahe siap, lakukan penanaman.
Pada usia 2 - 3 minggu, lakukan penyulaman terhadap tanaman jahe yang terserang penyakit atau mati. Pada usia 3 - 6 minggu, proses penyiangan harus mulai dilakukan. Setelah berusia 6- 7 bulan, tidak diperlukan lagi proses penyiangan sebab tanaman jahe sudah memiliki rimpang yang kuat dan besar. Langkah selanjutnya dalah pemupukan susulan dengan pupuk organik yaitu kompos atau pupuk kandang. Penggunanaan bahan kimia akan membuat khasiat jahe berkurang. Cara mengaplikasikan pupuk dengan ditebar atau dicampur dengan tanah.
Proses pemeliharaan tanaman jahe lainnya adalah pengairan dan juga penyiraman. Jahe sebenarnya tidak memerlukan air yang banyak. Oleh karena itu, pada musim penghujan maka saluran air harus berjalan baik sehingga air tidak menggenang yang menyebabkan tanaman menjadi terseranhg penyakit. Penyiraman dilakukan dalam kadar tertentu tergantung kondisi tanah, terutama pada musim kemarau. Lakukan penanggulangan hama dan penyakit. Binatang penggangu tanaman jahe biasanya adalah : kepik, menyebabkan daun jahe berlubang; ulat penggerek akar yang menyerang akar dan jika tidak ditanggulangi, tanaman jahe akan kering dan mati; dan kumbang. Untuk menanggulangi hama dengan menyempritkan pestisida secara berkala. Dapat menggunakan pestisida alami bisa berupa tembakau yang ampuh untuk serangga kecil semacam Aphidis. Selain tembakau, petani juga bisa menggunakan piretrum yang amput mengusir ulat penggerek akar, lalat rumah, nyamuk, hama gudang, lalat buah dan lain-lain.
Setelah tanaman jahe berumur 9-12 bulan, dapat dilakukan proses pemanenan. Langkah pemanenan tergantung pada peruntukan jahe. Untuk jahe bumbu, sudah bisa dipanen di usia 4 bulan. Cara memanen harus hati-hati, tanah dibongkar menggunakan alat seperti garpu atau cangkul, jangan sampai mengenai rimpang jahe. Rimpang jahe yang dipanen pada umur yang masih muda tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi. Untuk mendapatkan rimpang jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua.
No comments:
Post a Comment