Telp. 087875885444
Salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan dalam usaha peternakan adalah ketersedian pakan dalam jumlah yang cukup dan memenuhi gizi yang berkualitas. Kebutuhan pakan merupakan variable biaya yang member andil 70% dari biaya pemeliharaan secara keseluruhan. Ketergantungan peternak kepada pakan pabrikan yang mahal menjadi salah satu masalah yang perlu mendapat solusi agar para peternak menadapat laba yang lebih optimal. Oleh karena itu, para peternak perlu memanipulasi pakan secara efektif dan efesien dengan mengembangkan pakan alternatif.
Hewan ternak sangat membutuhkan pakan yang memiliki kadar protein tinggi. Tuntutan akan kebutuhan pakan dengan kandungan protein tinggi semakin meningkat. Saat ini, Indonesia masih harus mengimpor pakan berkualitas baik dari negara lain. Oleh sebab itu, pengembangan pakan ternak perlu dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang ada di sekitar kita seperti onggok singkong, bungkil kelapa, bungkil kedelai, bekatul atau dedak, dan lain-lain. Kandungan gizi bahan-bahan tersebut cukup tinggi, dan kita dapat meningkatkan kandungan gizinya dengan melakukan fermentasi dengan memanfaatkan mikroba fermenter. Salah satu bahan yang cukup melimpah yang dimiliki oleh Indonesia adalah singkong atau ubi kayu.
Umbi singkong dapat digunakan sebagai pakan ternak karena kandungan pati, tapi kadar proteinnya rendah berkisar (1-3%). Peningkatan kadar protein singkong dapat dilakukan dengan proses fermentasi dengan kapang Aspergillus niger. Umbi singkong memenuhi kriteria sebagai bahan pakan ternak karena harganya yang relatif murah, mudah didapatkan, dan kandungan patinya tinggi sehingga dapat digunakan sebagai karbohidrat terlarut. Peningkatan kandungan protein pada singkong dapat menjadikan singkong sebagai sumber pakan ternak dengan kualitas yang baik. Umbi singkong yang telah difermentasikan dengan menggunakan kapang A. niger dikenal sebagai Cassapro (cassava protein).
Cassapro dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada pakan ternak. Penambahan cassapro juga dapat meningkatkan daya cerna ternak terhadap pakan. Hal tersebut disebabkan karena Aspergillus niger mampun menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti selulase, amilase, protease, fitase, dan mananase yang dapat membantu mencerna pakan ternak. Kadar protein pada singkong dengan perlakuan amonium sulfat setelah fermentasi selama tiga hari mengalami peningkatan, yaitu dari 2-3% pada 0 hari menjadi 2-6% setelah fermentasi selama 3 hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fermentasi singkong dengan menggunakan Aspergillus niger dapat meningkatkan kadar protein menjadi 100 %. Hal ini sangat menguntungkan karena dapat memacu pertumbuhan hewan ternak.
No comments:
Post a Comment