Agrotekno
087875885444
Jual Inokulan Fusarium
Gaharu adalah salah satu
komoditi hasil hutan yang memiliki
nilai ekonomis sangat tinggi karena harganya sangat mahal. satu kilogram gaharu bisa bernilai puluhan juta rupiah. Kenapa gaharu memiliki harga yang sangat mahal?. Gaharu
merupakan
bahan dasar dalam industri parfum yang banyak disukai oleh banyak
kalangan. selain itu gaharu juga bisa menjadi bahan dasar kosmetik, dan
obat-obatan. Dalam
perdagangan internasional, gaharu
dikenal sebagai agarwood,
aloeswood,atau oudh. Tanaman
penghasil gaharu yang banyak dibudidayakan adalah genus Aquilaria sp., Gyrynops sp., Gonystylus sp., dan
Aetoxylonsympetallu. Di
Indonesia, tanaman gaharu banyak
dibudidayakan di daerah Papua, Kalimantan, Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara,
Jawa, Sulawesi. Aquilaria
malaccensis adalah salah satu jenis tanaman hutan yang memiliki mutu sangat
baik dengan nilai ekonomi tinggi karena kayunya mengandung resin yang harum.
Bagian tanaman penghasil gaharu yang digunakan adalah bagian kayu yang
membentuk gubal resin, sebagai produk metabolit sekunder.
Gaharu adalah sejenis resin yang
terbentuk karena adanya infeksi pada pohon jenis Aquilaria sp., Gyrynops sp., Gonystylus sp., dan
Aetoxylonsympetallu. Infeksi ini mengakibatkan sumbatan pada pengaturan
makanan, sehingga menghasilkan suatu zat phytalyosin sebagai reaksi dari infeksi
tersebut. Infeksi didapat dari hasil perlukaan yang sebabkan oleh alam
(serangan hama dan penyakit seperti serangga, jamur, bakteri) atau karena
sengaja diinfeksi dengan jenis mikroba tertentu yang bersifat pathogen.
Zat phytalyosin merupakan resin gubal gaharu di dalam
pohon karas dari jenis Aquilaria spp. Zat yang berbau wangi jika dibakar ini
tidak keluar dari batang gubalnya, tetapi mengendap menjadi satu dalam batang.
Hal ini terjadi pada tanaman yang sakit dan tidak pada pohon yang sehat. Proses
inilah yang menyebabkan terbentuknya gaharu dalam batang. Gubal gaharu adalah
bagian gubal gaharu yangmengandung damar wangi dengan konsentrasi yang lebih
rendah (Wulandari, 2000).
Aquilaria malaccensis merupakan
family Thymeleaceae, tanaman
ini memiliki morfologi atau ciri-ciri fisiologi dimana tinggi pohon ini
mencapai 40 meter dengan diameter 60 cm. Pohon ini memiliki permukaan batang
licin, warna keputihan, kadang beralur dan kayunya agak keras. Tanaman ini
memiliki bentuk daun lonjong agak memanjang, panjang 6-8 cm,lebar 3-4 cm,
bagian ujung meruncing.Daun yang kering berwarna abu-abu kehijaun,agak
bergelombang, melengkung, permukaan daun atas-bawah licin dan mengkilap,tulang
daun sekunder 12-16 pasang.Tanaman ini memiliki bunga yang terdapatdiujung
ranting, ketiak daun, kadang-kadang di bawah ketiak daun.Berbentuk
lancip,panjang sampai 5 mm. Dan buahnya berbentuk bulat telor, tertutup rapat
oleh rambut-rambut yang berwarna merah. Biasanya memiliki panjang hingga 4 cm
lebar 2,5 cm(Tarigan, 2004).
Aquilaria malaccensis tumbuh dengan baik pada dataran
rendah hingga pegunungan dengan
ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan laut dengan curah hujan kurang
dari 2000 mm/tahun. Suhu yang sesuai adalah antara 27°C - 32°C dengan
kadar cahaya matahari sebanyak 70%. Jenis tanah yang sesuai adalah jenis lembut
dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0 (Sumarna, 2005).
Gaharu terbentuk karena adanya
produksi dan akumulasi senyawa resin di dalam jaringan batang tanaman penghasil
gaharu. Produksi resin ini merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tanaman
terhadap serangan hama dan fungi patogen. Gaharu dihasilkan tanaman sebagai
respon tanaman terhadap adanya cendawan yang masuk kedalam jaringan tanaman
yang luka. Luka dapat disebabkan secara alami maupun secara sengaja dengan
pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman
dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan senyawa
fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi pathogen.
Senyawa fitoaleksin dapat berupa resin aromatik yang pada gaharu
didominasi oleh seskuiterpen dan kromon yang berwarna coklat atau hitam serta
merupakan senyawa harum penentu kualitas gubal gaharu. Gubal gaharu adalah
bagian dari pohon yang terinfeksi cendawan, berwarna coklat kehitaman dan harum
baunya bila dibakar. Serangan patogen menyebabkan terbentuknya resin yang
terdeposit pada jaringan kayu, akibatnya jaringan kayu mengeras, berwarna
kehitaman dan berbau wangi.
Kedalaman pemboran disesuaikan
dengan diameter batang poho kurang
lebih 1/3 diameter
batang.Diameter infeksi merupakan tahapan cendawan yang berada pada kondisi
stabil dan menetap di dalam sel atau jaringan inang dan memperoleh
nutrisi dari inangnya.Cendawan membentuk hifa infeksi setelah cendawan masuk ke
dalam sel inang.Hifa infeksi merupakan perpanjangan hifa penetrasi. Pada
beberapa cendawan setelah terbentuk hifa penetrasi terbentuk vesikel dan
selanjutnya membentuk hifa infeksi. Terakhir cendawan akan menghasilkan haustorium
agar dapat memanfaatkan nutrisi sel inang (Mendgen & Deising 1993).
Secara umum Fusarium sp. membentuk struktur seperti haustorium (Kikot et
al. 2009). Setelah proses infeksi, cendawan melakukan kolonisasi dengan
berkembang atau memperbanyak diri, atau dua-duanya dalam jaringan tanama.
Reaksi pohon penghasil gaharu tidak
sama baik waktu maupun jenis gubal gaharu yang akan dihasilkannya.
Pembentukan kayu gaharu atau gubal disebabkan oleh Fusarium lateritium dan
Fusarium popularia tetapi badan penelitian dan pengembangan kehutanan menemukan
bahwa semua jenis Fusarium dapat menginfeksi tanaman gaharu dan menghasilkan
gubal gaharu. Fusarium sp. termasuk ke dalam kelompok cendawan
bermitospora.Bentuk spora aseksual (konidia) merupakan ciri utama dari
cendawan ini.Fusarium sp. memiliki 2 jenis konidia yaitu mikrokonidia memiliki
0-1 septat sederhana yang terdiri atas satu atau dua sel atau makrokonidia yang
terdiri atas beberapa sel (2-10 sel) yang berbentuk seperti bulan sabit.Konidia
dibentuk di atas monopialid.Selain membentuk makro dan mikro konidia, Fusarium
sp. juga membentuk klamidospora ketika kondisi lingkungan dan bahan makan
kurang menguntungkan.Selain dapat menginduksi terbentuknya gaharu, Fusarium
sp.merupakan cendawan patogen tanaman yang sering menyebabkan berbagai penyakit
pada tanaman seperti busuk pangkal batang, tumor akar (root crown), dan
penyakit pembuluh xylem (Groenewald, 2005).
Inokulasi adalah kontak awal
patogen pada suatu tanaman yang mungkin terinfeksi.Inokulum adalah bagian dari
patogen yang dapat memulai infeksi.Tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi
pada tanaman, hanya inokulum patogen berpotensi untuk menginfeksi tumbuhan.
Gejala umum yang ditimbulkan akibat infeksi cendawan diantaranya terjadi
perubahan warna pada daerah yang diinfeksi dan klorosis daun. Gejala yang
terjadi bisa teramati beberapa hari setelah tanaman diinokulasi cendawan.Namun,
pada pohon gaharu alam yang terbentuk secara alami dan terinfeksi selama
bertahun-tahun perubahan warna kayu terbentuk hampir pada semua bagian kayu
tapi terjadinya klorosis daun tidak terlihat lagi, sehingga ketika dilihat
secara visual tanaman terlihat sehat.
Cendawan kadang menghasilkan
senyawa toksin yang disekresikan saat penetrasi jaringan inang untuk merubah
fisiologi tanaman dan mengganggu permeabilitas dinding sel tanaman.Terganggunya
permeabilitas sel tanaman akibat ikatan toksin pada membran sel
menyebabkan kerusakan struktur membran (Bushnell 1995).Kebanyakan toksin
merupakan senyawa sekunder berbobot molekul rendah yang dikeluarkan
secara ekstraseluler oleh cendawan (Prins et al. 2000). Beberapa jenis toksin
yang dihasilkan Fusarium spp. Diantaranya enniatin, fumonisin, sambutoksin, dan
trikotesen (Kim et al. 1995).
Keberhasilan cendawan dalam
interaksi dengan inangnya bergantung pada strategi cendawan dalam melakukan
penetrasi tanaman inangnya). Interaksi cendawan patogen akan menyebabkan
terjadinya perubahan fisiologis pada tanaman yang berdampak terhadap terjadinya
perubahan visual pada sel, jaringan, atau organ tanaman. Diantara ketiga perubahan
visual yang terjadi, perubahan pada tingkat sel memberikan informasi yang lebih
akurat tentang terjadinya perubahan fisiologi saat terjadi interaksi cendawan
dengan inangnya. Senyawa terpenoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang
diproduksi oleh tumbuhan sebagai respon terhadap luka dan infeksi cendawa.
Terpenoid terdiri atas beberapa senyawa , mulai dari komponen miyak atsiri,
yaitu monoterpenoid dan sesquiterpenoid yang mudah menguap, diterpen yang lebih
sukar menguap, dan senyawa yang tidak menguap yaitu tripernoid daan sterol
(Harbone, 1987). Tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi pada tanaman,
hanya inokulum patogen berpotensi untuk menginfeksi tumbuhan.Inokulum memiliki
mekanisme bertahan, misalnya dorman pada kondisi inang dan atau lingkungan yang
kurang sesuai.
No comments:
Post a Comment