Friday, July 21, 2017

Mengolah Limbah Cair Industri Tahu Dan Tempe Menjadi Nata De Soya



Jual Bibit Nata (Acetobacter xylinum)
Telp. 087875885444
A. Prospek Bisnis Nata De Soya
Proses pembuatan tahu dan tempe menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padatan pada industri tahu berupa ampas tahu yang umumnya dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti sapi, kambing, kelinci, ayam, tempe gembus, sedangkan limbah padatan pada industri tempe berupa kulit kedelai dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah cair tahu dan tempe masih jarang dimanfaatkan, umumnya dibuang ke sungai atau selokan. Limbah cair industri tahu dan tempe seringkali menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang mengganggu ekosistem dan kesehatan manusia lingkungan tersebut. Pembuangan limbah ke sungai mencemari lingkungan dan menyebabkan meningkatkan BOD (Biological Oxigen Demand) dan menimbulkan bau tidak sedap. Limbah cair industri tahu dan tempe tersebut masih mengandung nutrisi yang masih dapat diolah menjadi nata de soya. Pengolahan limbah cair industri tahu dan tempe menjaid nata de soya merupakan salah satu solusi mengatasi pencemaran lingkungan dan menghasilkan produk bernilai ekonomis yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Limbah cair produk olahan kedelai difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum sehingga dihasilkan produk nata de soya. Pemanfaatan air limbah industri tahu-tempe sebagai produk pangan memberikan manfaat yang besar bagi pengusaha industri tahu-tempe, baik nilai ekonomis maupun manfaat dalam upaya penanganan limbah. Pengolahan limbah cair tahu-tempe menjadi nata de soya merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pencemaran. Oleh karena itu, pengembangan usaha nata de soya perlu digalakan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Limbah cair industri tahu dan tempe mengandung protein dan karbohidrat yang cukup tinggi, kandungan protein dan karbohidrat dalam limbah cair tahu dan tempe tersebut dapat menjadi media hidup yang sangat baik bagi bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini mengubah karbohidrat dan protein dalam limbah cair tahu-tempe menjadi serat selulosa dengan tekstur yang kenyal. Limbah air tahu (whey tahu) dan limbah cair tempe selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin dan oligosakarida. Berdasarkan kandungan unsur kimiawinya.
Limbah cair tahu-tempe menjadi salah satu aliterernatif bahan baku untuk pembuatan produk nata. Nata berbahan baku limbah kedelai memiliki karakteristik produk yang secara kenampakan sedikit kekuningan, cita rasa yang khas kedelai, kenyal namun lebih mudah putus dibandingkan dengan nata de coco lebih ulet, dan kandungan seratnya cukup tinggi.
Nata de soya memiliki tekstur yang cukup baik, tidak kalah dengan nata de coco. Kadar seratnya yang cukup tinggi dan memiliki cita rasa yang nikmat sebagai bahan baku minuman instan sehingga nata de soya mampu bersaing dengan nata de coco. Sebagaimana kita ketahui bahwa pasar nata de coco sebagai produk pangan yaitu minuman kemasan dan aneka produk olahan lainnya sangat tinggi baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Permintaan bahan nata oleh pabrik minuman kemasan sangat tinggi per hari mencapai ratusan ton bahan mentah nata berupa lembaran atau potongan. Kebutuhan produk nata yang sangat tinggi tersebut, menjadi peluang bisnis bagi para petani nata untuk bermitra dengan perusahaan besar yang ada di tanah air. Selain sebagai produk pangan, di negara maju seperti Jepang, saat ini nata telah dikembangkan sebagai produk non-pangan yaitu bahan baku elektronik dan komposit baja ringan.
Melihat potensinya yang sangat besar tersebut Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengolah aneka limbah pangan menjadi produk nata. Saat ini, di pasaran sudah familier produk nata dari bahan air kelapa (nata de coco), limbah cair olahan kedelai (nata de soya), umbi singkong atau limbah cair pengolahan industri singkong (nata de cassava). Masing-masing produk nata dari bahan baku baku yang berbeda tersebut memiliki aroma khas, tekstur dan tampilan yang sedikit berbeda. Namun, secara umumnya memiliki prospek pasar yang sama besar, meskipun saat ini produk nata de coco lebih familier dan permintaanya paling tinggi.
B. Proses Produksi Nata De Soya
1.    Limbah cair industri tahu-tempe yang telah didiamkan kurang lebih 3-5 hari (agar pH turun 3-4).
2.    Saring dengan kain kasa agar kotoran-kotoran dan partikel kasar dapat dipisahkan,
3.    Rebus dengan panci dengan tungku berbahan bakar kayu, gula pasir 200 gram, asam cuka 120 ml untuk media 50 liter limbah cair tahu atau tempe, diaduk hingga larut.
4.    Larutan dalam keadaan mendidih dituangkan ke dalam nampan yang sudah disiapkan dan telah ditutup koran yang yang diikat dengan karet ban. Cara menuangkannya adalah dengan menempatkan nampan di atas rak, lalu buka salah satu ujung nampan yang telah tertutup koran, tuangkan dengan menggunakan gelas takar kurang lebih 1,2 -1.5 liter. Lalu tutup kembali dan kencangkan karet pengikat. Usahakan tutup dengan rapat agar tidak terkontaminasi oleh jamur, dan koran tidak menyentuh larutan. Kemudian lakukan proses penuangan larutan untuk nampan berikutnya di atas nampan pertama dengan menepatkannya menyilang, nampan bisa disusun atau ditumpuk 5 – 7 nampan dengan susunan menyilang.
5.    Setalah dingin kurang lebih 5-7 jam, media larutan dalam nampan tersebut diinokulasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylnum kurang lebih 10% dari media larutan dalam nampan. Proses fermentasi akan berlangsung 7 – 9 hari.
6.    Setelah proses inkubasi 7-9 hari dan terbentuk nata, langkah selanjutnya adalah proses pemanenan.
7.    Cuci bersih nata dalam bentuk lembaran, dan bagian bawah nata (kulit ari) di kerok dengan menggunakan pisau. Tampung nata de soya hasil panen dalam drum plastik yang diisi dengan air. Penyimpanan akan dapat bertahan lama apabila selalu diganti dengan air hingga setengah bulan.
8.    Lakukan pemotongan nata dengan mesin atau secara manual dengan menggunakan pisau atau gunting.
9.    Rebus nata 2-3 kali buang air nya, hingga tidak berbau anyir.
10.  Rebus larutan sirup, gula pasir, pengawet, masukan nata, hingga mendidih
11.  Tuangkan ke dalam gelas plastik dalam keadaan panas di atas suhu 80 C dengan menggunakan alat cup sealer manual atau otomatis.
12.  Beri label kemasan sertakan nomor regristasi p-irt dari Dinkes.
13.  Produk siap dipasarkan.

No comments:

Post a Comment