Agrotekno Lab
087875885444
Jual Bibit Bakteri Acetobacter xylinum
Ragi Tempe, Ragi Kecap, dan aneka jenis mikrobia lainnya
Plastik Kemasan, dan alat kemasan
Proses pembuatan tahu dan tempe
menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padatan pada industri tahu
berupa ampas tahu yang umumnya dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti sapi,
kambing, kelinci, ayam, tempe gembus, sedangkan limbah padatan pada industri
tempe berupa kulit kedelai dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah cair tahu
dan tempe masih jarang dimanfaatkan, umumnya dibuang ke sungai atau selokan.
Limbah cair industri tahu dan tempe seringkali menjadi penyebab pencemaran
lingkungan yang mengganggu ekosistem dan kesehatan manusia lingkungan tersebut.
Pembuangan limbah ke sungai mencemari lingkungan dan menyebabkan meningkatkan
BOD (Biological Oxigen Demand) dan menimbulkan bau tidak sedap. Limbah cair
industri tahu dan tempe tersebut masih mengandung nutrisi yang masih dapat
diolah menjadi nata de soya. Pengolahan limbah cair industri tahu dan tempe
menjaid nata de soya merupakan salah satu solusi mengatasi pencemaran
lingkungan dan menghasilkan produk bernilai ekonomis yang dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Limbah cair produk olahan kedelai
difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum sehingga dihasilkan
produk nata de soya. Pemanfaatan air limbah industri tahu-tempe sebagai produk
pangan memberikan manfaat yang besar bagi pengusaha industri tahu-tempe, baik
nilai ekonomis maupun manfaat dalam upaya penanganan limbah. Pengolahan limbah
cair tahu-tempe menjadi nata de soya merupakan solusi yang tepat untuk
mengatasi masalah pencemaran. Oleh karena itu, pengembangan usaha nata de soya
perlu digalakan guna mengatasi pencemaran lingkungan di wilayah pemukiman
sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Limbah cair industri tahu dan tempe
mengandung protein dan karbohidrat yang cukup tinggi, kandungan protein dan
karbohidrat dalam limbah cair tahu dan tempe tersebut dapat menjadi media hidup
yang sangat baik bagi bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini mengubah
karbohidrat dan protein dalam limbah cair tahu-tempe menjadi serat selulosa
dengan tekstur yang kenyal. Limbah air tahu (whey tahu) dan limbah cair tempe
selain mengandung protein juga mengandung vitamin B terlarut dalam air, lestin
dan oligosakarida. Berdasarkan kandungan unsur kimiawinya.
Limbah cair tahu-tempe menjadi
salah satu aliterernatif bahan baku untuk pembuatan produk nata. Nata berbahan
baku limbah kedelai memiliki karakteristik produk yang secara kenampakan
sedikit kekuningan, cita rasa yang khas kedelai, kenyal namun lebih mudah putus
dibandingkan dengan nata de coco lebih ulet, dan kandungan seratnya cukup
tinggi.
Prospek Pasar Nata De Soya
Nata de soya memiliki tekstur yang
cukup baik, tidak kalah dengan nata de coco. Kadar seratnya yang cukup tinggi
dan memiliki cita rasa yang nikmat sebagai bahan baku minuman instan sehingga
nata de soya mampu bersaing dengan nata de coco. Sebagaimana kita ketahui bahwa
pasar nata de coco sebagai produk pangan yaitu minuman kemasan dan aneka produk
olahan lainnya sangat tinggi baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.
Permintaan bahan nata oleh pabrik minuman kemasan sangat tinggi per hari
mencapai ratusan ton bahan mentah nata berupa lembaran atau potongan. Kebutuhan
produk nata yang sangat tinggi tersebut, menjadi peluang bisnis bagi para
petani nata untuk bermitra dengan perusahaan besar yang ada di tanah air.
Selain sebagai produk pangan, di negara maju seperti Jepang, saat ini nata
telah dikembangkan sebagai produk non-pangan yaitu bahan baku elektronik dan
komposit baja ringan.
Melihat potensinya yang sangat
besar tersebut Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengolah
aneka limbah pangan menjadi produk nata. Saat ini, di pasaran sudah familier
produk nata dari bahan air kelapa (nata de coco), limbah cair olahan kedelai
(nata de soya), umbi singkong atau limbah cair pengolahan industri singkong
(nata de cassava). Masing-masing produk nata dari bahan baku baku yang berbeda
tersebut memiliki aroma khas, tekstur dan tampilan yang sedikit berbeda. Namun,
secara umumnya memiliki prospek pasar yang sama besar, meskipun saat ini produk
nata de coco lebih familier dan permintaanya paling tinggi.
Proses Produksi Nata De Soya
Limbah cair industri tahu-tempe
yang telah didiamkan kurang lebih 2-3 hari (agar pH turun 3-4 sehingga asam),
disaring dengan kain kasa agar kotoran-kotoran dan partikel kasar dapat
dipisahkan, kemudian direbus dengan panci dengan tungku berbahan bakar kayu,
setelah mendidih ditambahkan ZA 80 gram, gula pasir 100 gram, asam cuka 120 ml
untuk media 50 liter limbah cair tahu atau tempe, diaduk-aduk kurang lebih
10-15 menit kemudian dituangkan kedalam nampan yang sudah disiapkan dengan
penutup koran yang telah diikat dengan karet ban. Susun nampan yang telah diisi
media larutan tersebut pada rak. Nampan dapat disusun bertingkat 5-10 nampan
dengan bersilangan. Setalah dingin kurang lebih 5-7 jam, media larutan dalam
nampan tersebut diinokulasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylnum
kurang lebih 10% dari media larutan dalam nampan. Proses fermentasi akan
berlangsung 8 – 10 hari. Lakukan pemanenan. Tampung nata de soya hasil panen
dalam drum plastik yang diisi dengan air. Penyimpanan akan dapat bertahan lama
apabila selalu diganti dengan air.
Lebih Jelasnya Ada Di Buku
“Mengolah Limbah Menjadi Rupiah: Industri Nata De Coco, Nata De Cassava, Nata
De Soya” penerbit Andi Offset
No comments:
Post a Comment