Tuesday, May 1, 2018

Hama Dan Penyakit Pada Unggas Serta Cara Mengatasinya






Agrotekno Lab
087875885444
Jual Aneka Mikroba Untuk Riset Dan Probiotik

Hama dan penyakit pada unggas seringkali menjadi momok bagi para peternak. serangan hama dan penyakit dan menyebabkan kerugian yang besar karena menurunnya produksi bahkan bisa menyebabkan kematian yang parah. oleh karena itu para peternak baik skala besar atau kecil penting sekali untuk memahami hama penyakit pada unggas serta pencegahannya. Hama bagi unggas diantaranya adalah tikus, ular, musang, dan lain-lain. pencegahan terhadap hama unggas dapat dilakukan denagn memasang perangkap, racun, dan memembersihkan kandang secara rutin dan memberikan penerangan kandang yang cukup. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain : Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya, pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak, melakukan vaksinasi secara teratur, pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit, manajemen pemeliharaan yang baik, kontrol terhadap binatang lain.

Jenis-jenis Penyakit Unggas

1.      Avian Influenza (AI)
Avian Influenza (AI) atau dikenal dengan flu burung, merupakan penyakit yang sangat berbahaya pada unggas.  Virus Avian Influenza (AI) merupakan jenis virus famili orthomyxoviridae.  Sumber infeksi penyakit Avian Influenza antara lain adalah unggas piara, spesies unggas domestikasi yang lain, burung piara eksotik, unggas liar, hewan lain.  Hewan ternak yang terserang AI akan menunjukan gejala-gejala klinis sebagai berikut: aktivitas menurun, konsumsi pakan menurun;  ayam mengeram lebih lama, produksi telor menurun, gangguan pernapasan dari yang ringan sampai berat, batuk, bersin yang berlebihan, sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan kepala, terdapat sianose pada kulit yang tidak berbulu, gangguan saraf dan diare. Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda saja yang terlihat atau beberapa kombinasi. Pada kasus yang sangat cepat ayam-ayam mati tanpa tanda-tanda. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membeli anak ayam yang bebas koriza, sanitasi dengan ketat, bila ada outbreak perlu dilakukan depopulasi kemudian kandang dibersihkan dan desinfeksi, istirahatkan beberapa hari. Kemudian masukkan ayam baru yang bebas koriza lakukan vaksinasi. Tidak ada pengobatan yang spesifik, semua pengobatan hanya menunjang secara alam untuk melegakan alat pernapasan.

2.      New Castle Deisease (NCD)

Salah satu penyakit yang sering kali menyerang hewan unggas adalah NCD (New Castle Desease) atau lebih dikenal dengan tetelo. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo. NCD dapat menular dengan cepat, 3-4 hari seluruh ternak dapat terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju yang dikenakan oleh pekerja atau tamu, serangga, burung liar, melalui udara, kontak dengan hewan sakit melalui eksudat, feses dan urine atau melalui perlengkapan kandang termasuk pakan.
Virus penyakit NCD bersifat menggumpalkan sel darah. Gejala yang ditimbulkan: ayam sering sesak nafas, nafsu makan turun, diare, senang berkumpul pada tempat hangat, batuk-batuk, bersin-bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, kaki lumpuh, mata ngantuk, sayap terkulai, kadang berdarah, tinja encer kehijauan, yang spesifik adanya gejala “tortikolis” yaitu ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
Cara menanggulanginya adalah dengan memisahkan ayam yang terserang NCD antara lain: melakukan sanitasi kandang yang baik yaitu dengan menjaga kebersihan kandang dan peralatan untuk mencegah tercemar virus, kandang diusahakan agar lantai tetap kering, anak ayam harus berasal dari peternakan yang bebas NCD, vaksinasi NCD, ayam yang mati segera dibakar atau dikubur jauh dari lingkungan kandang, pisahkan ayam yang sakit agar tidak menular, setiap tamu dan karyawan yang masuk areal peternakan mengenakan baju steril.

3.      Infectious Bronchitis (IB)
Penyakit IB disebbakan oleh Coronaviridae. Gejala klinis dari ayam yang terserang IB menunjukan gejala sulit bernafas, ngorok, dan mata keluar eksudat. Produksi telor menurun antara 10-50 %, bentuk telor tidak normal, kerabang lunak atau kasar, daya tetas menurun. Pengendalian dilakukan dengan sanitasi kandang secara intensif, lakukan vaksinasi secara teratur.

4.      Berak Kapur (Pullorum)
Berak kapur disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Penyakit ini seringkali menyerang anak ayam atau ayam dara. Penelurannya melalui: telor, kontak langsung antara ayam sehat dengan ayam sakit; peralatan penetasan dan peralatan kandang yang kurang bersih, kotoran, air, makanan dan lingkungan yang terkontaminasi.
Gejala klinis pada ayam yang terinveksi berak kapur adalah antara lain adalah ayam yang menetas kelihatan lemah dan ngantuk dan akhirnya mati, nafsu makan menurun, diare berwarna putih yang menempel, berkelompok di dekat sumber panas, timbul gangguan pernafasan pada anak ayam. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengobatan terhadap ayam dan  tetap dipelihara sehingga tidak menimbulkan kerugian yang banyak. Sedangkan pada ayam indukan petelor dianjurkan untuk dilakukan depopulasi.

5.      Fowl Pox (Cacar Ayam)
Penyakit ini disebabkan oleh virus  DNA yaitu virus pox. Sumber penularannya adalah nyamuk, melalui luka pada kulit, bisa juga melalui keropeng tertular yang dimakan, penularan langsung juga dapat terjadi misalnya dengan mematuk-matuk ayam sakit. Gejala klinis mula-mula berupa papula kecil berwarna kelabu di daerah kulit yang tidak berbulu, pada bagian kepala dan kaki. Beberapa radang bergabung membentuk radang yang besar dan akhirnya membentuk keropeng besar. Apabila keropeng dikelupas akan terjadi perdarahan dilapisan bawahnya. Pada tipe cacar basah akan terlihat bercak berwarna kuning pada selaput lendir mulut, lubang hidung dan faring, sering menyebabkan penyumbatan saluran udara yang mengakibatkan penderita tercekik. Pengendalian  yang dapat dilakukan terhadap ayam yang terkena penyakit ini adalah dengan melakukan isolasi, sedangkan ayam di sekitar kandang harus divaksinasi. Untuk mencegah infeksi sekunder diberi antibiotik dan vitamin. Populasi nyamuk dapat ditekan dengan menggunakan pestisida.

6.      Gumboro  (Infectious Bursal  Disease /IBD)
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penyebaran melalui kontaminasi virus pada peralatan kandang, pakan, alat angkut, dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam kandang. Gejala klinis ada dua penyakit gumboro yaitu subklinis dan klinis. Gejala subklinis menyerang ayam muda yang umurnya kurang dari 3 minggu dan tidak terlihat gejala klinisnya. Biasanya tidak menimbulkan kematian tetapi ayam yang terserang dan sembuh dari penyakit akan mengalami imunodepresi akibat kerusakan sel-sel limfosit pembentuk antibodi yang berada dalam bursa fabrisius, thymus dan limpa. Ayam menjadi tidak tanggap terhadap vaksinasi dan kematian terjadi akibat infeksi penyakit lain.
Sedangkan gejala klinis kejadiannya berjalan akut dengan tanda-tanda klinis ayam menjadi lesu, kurang nafsu makan, inkoordinasi, tremor, peradangan di sekitar dubur, mencret putih dan berlendir, mematuk-matuk kloaka dan bulunya kusam. Bila terjadi infeksi sekunder, kesembuhan dapat terjadi dalam waktu kurang dari satu minggu dan kematian tidak lebih dari 20 %. Pengendalian yaitu dengan melaksanakan vaksinasi.

7. Fowl  Kolera (Kolera Unggas)
Penyebab penyakit ini adalah Pasteurella multocida. Penularan jika ayam mematuk ayam lain yang mati karena terserang kolera. Gejala klinis meliputi: kematian mendadak pada ayam yang terserang kolera akut, nafsu makan turun, depresi, kebiruan, mengeluarkan cairan kental dari mulut atau hidung, diare putih berair atau hijau mengental. Pada ayam kampung yang terserang secara kronis mengalami pembengkakan pada persendian, cuping, telapak kaki atau selaput sendi. Eksudatnya biasanya terkumpul di dalam selaput mata atau sinus infraorbitalis. Pengendalian dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, vaksinasi, bila ada out break sebaiknya dilakukan depopulasi dan pengobatan.

8. Berak darah (Coccidiosis)
Penyakit koksidiosis (berak darah) adalah merupakan salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang sering kali menyerang hewan unggas hampir di seluruh dunia. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dengan famili Eimeridae, yang terdiri dari empat genus, antara lain Cryptospororidium, Isospora, Eimeria dan Tyzzaria. Pada kebanyakan unggas, Eimeria menyerang usus, kecuali pada angsa, Eimeria menyerang ginjal. Kematian ayam akibat koksidiosis bisa mencapai 80 – 90% jika penyakit tidak diobati. Kerugian lain selain kematian ternak, maka koksidiosis menyebabkan penurunan berat badan, penghambatan masa bertelor, penurunan produksi telor dan penurunan efisiensi penggunaan pakan.
Kejadian koksidiosis akan mudah mewabah karena beberapa faktor, yaitu kandungan air yang tinggi dalam litter yang melebihi 30%, adanya penyakit lain yang menekan kekebalan tubuh, seperti Marek, IBD atau mikotoksin. Penggunaan antikoksidia dalam pakan yang kurang merata pencampurannya, juga bisa berperan sebagai faktor predisposisi. Faktor yang lain adalah stres lingkungan dan manajemen perawatan seperti kepadatan yang terlalu tinggi, kurangnya kualitas dan kuantitas pakan, ventilasi udara yang jelek dan lain-lain.
Gejala Klinis koksidiosis berjalan secara akut dan ditandai dengan depresi, bulu kusut dan diare dengan tinja berwarna hijau, napsu makan hilang, muntah darah, paralisa dan diikuti kematian akibat kolaps. Unggas yang terinfeksi E. tenella memperlihatkan gejala kepucatan pada jengger dan pial disertai kotoran yang bercampur darah. Pada penyakit yang tidak menunjukkan gejala klinis, maka ditandai oleh penurunan produksi telor dan daya tetas serta bobot badan.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit koksidiosis yang penting dilakukan adalah pengaturan sistim ventilasi udara yang baik, pengaturan kepadatan kandang yang sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan tempat pakan dan minum yang cukup. Khusus untuk pengaturan tempat air minum, sebaiknya diusahakan menggunakan model nipple drinker, sehingga tidak banyak air yang tumpah ke litter. Hal ini akan mengurangi risiko kelembaban yang tinggi dalam litter.

9. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
            Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum. Sesak nafas penyebabnya adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum. Penyakit ini menyerang alat-alat pernafasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernafas. Gejala klinis ayam yang menderita penyakit ngorok adalah ayam sering bersin, keluar ingus lewat hidung dan ngorok saat bernafas, sayap terkulai, mengantuk, tubuh lemah pada ayam muda, diare dengan kotoran berwarna hijau kuning keputihan. 

10. Penyakit Parasit Cacing (Helminthiasis)
Penyakit helminthiasis dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, penurunan produksi telor, berat telor tidak bisa mencapai maksimal dan awal waktu bertelor yang tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yang secara umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit helminthiasis akibat cacing Nematoda disebut Nematodosis, yang disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yang disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis. Nematodosis disebabkan oleh jenis cacing Nematoda yang menyerang unggas dengan berbagai lokasi penyerangan diantaranya adalah: 1). Cacing Mata /Eye Worm (Oxyspirura sp), Cacing Oxyspirura sp berukuran kira-kira 2 cm, hidup di saccus conjunctiva, sering menyebabkan conjunctivitis, opthalmitis, dan protrusion membrana nictitans. Cacing jenis ini menyerang berbagai unggas, antara lain ayam, kalkun, merpati, burung-burung liar dan burung-burung dalam sangkar. 2). Syngamus trachea. Syngamus trakhea hidup di trakhea, kadang-kadang pada bornkhus. Cacing hidup di darah dan menyebabkan trakheitis diffuse atau fokal di tempat menempelnya. Ukuran cacing lebih dari 2 cm. Cacing menyerang berbagai unggas, antara lain ayam, kalkun, dengan gejala-gejala, seperti pernafasan cepat, dyspnoe, head shaking. 3). Capillaria sp. Capillaria sp merupakan Nematoda yang menginfeksi crop dan esophagus dan menyebabkan radang mukosa crop dan esophagus. Cacing jenis ini juga menyerang: ayam, kalkun, angsa, itik dan burung-burung dalam sangkar. Gejala yng ditimbulkan berupa anemia dan kelemahan. 4). Dyspharynx, Tetrameres, Cyrnea merupakan Nematoda yang hidup di proventriculus ayam dan unggas lain. Ukuran dewasa antara 3 – 18 mm, parasit bersembunyi di dalam mukosa dan sering penetrasi ke dalam kelenjar-kelenjar. Gejala yang ditimbulkan, antara lain : diare, kelemahan dan anemia yang diserta dengan ulserasi mukosa, hemorrhagi, nekrosis, pembengkakan mukosa. Cacing ini menyerang berbagai unggas, antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh dan itik. 5). Ascaridia sp banyak spesies Ascaridia sp yang diketahui menyerang usus halus unggas. Cacing ini meyebabkan enteritis terutama pada unggas muda. Unggas yang diserang antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh. Siklus hidup cacing ini bersifat langsung, meskipun bisa juga melalui cacing tanah. Salah satu contoh spesies yang sering menyerang ayam adalah Ascaridia galli.
Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yang menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yang sakit atau alat-alat yang digunakan. Gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yang menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun dan selanjutnya diikuti kematian akibat komplikasi. Cacing Cestoda yang sering hidup pada ayam yaitu Raillietina spp. Infeksi Cestoda memiliki tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan trematoda.
Cacing yang hidup dalam saluran pencernaan akan mengambil makanan dengan cara menyerap sari makanan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yang nyata. Gejala klinis akibat cacing Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telor dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing Cestoda. Cacing Cestoda dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inangn sehingga tidak jarang menyebabkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
Diagnosis penyakit didasarkan atas gejala klinik yang tampak dan sejarah timbulnya penyakit. selain itu dapat pula dengan melakukan pemeriksaan tinja secara mikroskopis dimana akan ditemukan proglottid masak yang lepas atau telor cacing yang keluar bersama tinja.
Trematodosis. Penyakit parasit cacing oleh cacing trematoda pada unggas yang terkenal adalah Echonostoma revolutum. Cacing ini hidup di rektum dan sekum ayam, itik, angsa, dan unggas air lainnya, burung merpati dan berbagai burung lain serta mamalia, termasuk tikus air bahkan manusia di seluruh dunia. Cacing jenis ini merupakan cacing trematoda yang paling terkenal dan serkaria dapat ditemukan dengan mudah pada berbagai siput air tawar. Infeksi yang berat dari E. revolutum  menunjukan gejala kekurusan, kelemahan dan diare pada unggas. Pada anak ayam menyebabkan perdarahan bercak-bercak pada tempat perlekatan acetabulum dengan permukaan mukosa usus. Pencegahan helminthiasis yang bisa dilakukan adalah melakukan sanitasi kandang, menghindarkan kandang dari vektor (induk semang antara) dan ternak liar dan mengusahakan pengelolaan peternakan sebaik mungkin, seperti mencegah kepadatan kandang yang berlebihan, mengusahakan ventilasi kandang yang cukup dan menerapkan sistim all in all out. Pengobatan terhadap parasit cacing harus dilakukan seawal mungkin, karena jika keadaan sudah parah, maka pengobatan menjadi sia-sia.Obat-obatan yang bisa digunakan adalah Vermizin, Vermixon sirup, Cacing Exitor untuk membasmi Ascaridia galli. Tri Worm juga bisa digunakan untuk mengatasi A. galli dan Heterakis gallinarum.
Pada ayam yang dipelihara dalam kandang postal maka pemberian obat cacing bisa dilakukan mulai umur satu bulan dan diulang setiap bulan sekali. Sedangkan pada ayam yang dipelihara di kandang baterai pemberian obat cacing setiap tiga bulan sekali. Pemberian obat cacing akan lebih efektif jika diberikan dua hari berturut-turut. Ayam dipuasakan terlebih dahulu kira-kira selama satu jam sebelum pemberian obat.

11. Penyakit Pada Unggas Akibat Parasit Eksternal
Gangguan parasit luar disebabkan oleh beberapa jenis insekta/serangga, seperti lalat, kutu, caplak, gurem, tungau dan sebagainya. Gangguan parasit luar akan menimbulkan rasa tidak enak, tidak tenang, gatal, kerusakan bulu, pertumbuhan terhambat, gangguan produksi dan yang lebih berbahaya lagi apabila parasit luar tersebut berperan sebagai vektor penyakit bakteri, virus, cacing atau koksidiosis. Berbagai jenis kutu terdapat pada bulu ayam dan mungkin ditemukan juga di bawah sayap, pada leher dan di sekitar perut dekat kloaka. Biasanya telor kutu tersebut terkumpul pada pangkal bulu. Tungau : Ornithonyssus dan Dermanyssus merupakan tungau penghisap darah pada ayam. Tungau kudis yang menyerang kaki ayam dikenal dengan Knemidocoptes mutans yang menyebabkan dermatitis yang bisa melanjut menjadi scaly leg. Caplak berkulit lunak (Argas spp) hidup di daerah tropis dan menyerang ayamayam petelor yang dipelihara dalam kandang panggung atau di atas litter. Caplak menyukai lokasi di bawah sayap dan menyerang di malam hari. Unggas penderita menampakkan bercak perdarahan (hematoma). Caplak ini dapat menularkan penyakit spirokhetosis.
Tindakan pengendalian terhadap serangan parasit eksternal antara lain berupa (1) dusting, adalah penggunaan serbuk atau powder untuk mengatasi gangguan ayam terhadap parasit luar. Pada ayam penderita dapat diberikan Sodium Fluorida pada pangkal sayap, bulu pada kepala, ekor, dada, kedua sayap, kedua kaki/paha, dasar ekor, bawah lubang kloaka dan punggung.

No comments:

Post a Comment