Agrotekno Lab
087875885444
Tepung terigu adalah salah satu kebutuhan dasar industri makanan dan konsumsi rumah tangga. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri makanan berbasis tepung di Indonesia, permintaan terigu meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi terigu nasional kita masih bergantung kepada terigu impor. Bangsa kita belum mampu memproduksi gandum yang merupakan bahan dasar terigu, hal ini disebabkan iklim di Indonesia tidak cocok untuk pertanian gandum. Tanaman gandum merupakan tanaman subtropis, sedangkan Indonesia beriklim tropis. Ketergantungan kepada terigu impor sangat rentan sekali bagi industri berbasis tepung terigu apabila terjadi fluktuasi harga yang sangat signifikan.
Kondisi yang demikian penting sekali dicarikan solusi, khususnya pemerintah untuk memberikan dukungan yang kuat bagi pengembangan produk alternatif tepung terigu. Indonesia memiliki beragam komoditas umbi-umbian yang dapat diolah menjadi tepung seperti ubi jalar, ubi kayu atau singkong, gadung, talas, dan lain-lain yang memiliki kandungan gizi tinggi dan produksinya juga tinggi. Kita perlu mempopulerkan aneka produk pangan lokal berbasis umbi-umbian produksi Indonesia sehingga dapat menggeser konsumsi terigu oleh masyarakat atau industri. Kualitas tepung asal umbi-umbian juga tidak kalah dengan produk tepung terigu. Tepung mocaf yang merupakan tepung singkong modifikasi dengan perlakuan fermentasi memiliki kualitas cukup baik untuk mengganti terigu 30-100 %. Karakteristik tepung mocaf yang putih, lembut, tidak berbau singkong, sehingga dapat digunakan untuk menyubstitusi produk olahan makanan berbasis tepung tanpa mengurangi performansi produk. Penggunakan tepung mocaf dapat disesuaikan jenis produknya, untuk jenis produk basah dapat menyubstitusi 30-60%, sedang produk kering bisa 70 -100 %.
Saat ini tepung mocaf sudah mulai popular di Indonesia. Para pengusaha sudah mulai melirik bisnis tepung mocaf. Industri tepung mocaf sudah mulai berkembang cukup pesat di Jawa dan Sumatera. Menggeliatnya industri tepung mocaf, telah memacu meningkatnya produksi singkong nasional. Para petani mulai bergairah menanam aneka jenis singkong. Rendahnya minat petani untuk menanam singkong, umumnya disebabkan oleh kesulitan pasar, hal ini menyebabkan para petani lebih suka menanam tananam yang lain atau membiarkan tanahnya kosong tidak termanfaatkan. Beberapa jenis singkong yang mulai banyak dibudidayakan adalah jenis singkong dengan tingkat produksi tinggi dan kualitasnya cukup baik yaitu singkong Gajah, Meni, Kasesat, Thailand, Darul hidayah, dan lain-lain.
Harga singkong masih sangat variatif dan fluktuasi di Indonesia berkisar Rp.800 – Rp.1500 di tingkat petani. Hal ini menjadi komponen biaya yang cukup signifikan dalam pengembangan tepung mocaf. Selain itu, kontinuitas pasokan singkong juga seringkali menjadi masalah bagi industri berbasis singkong. Sedangkan tingkat rendemen singkong berkisar 25 -28 %, dengan kata lain dari 100 Kg singkong diperoleh tepung mocaf kurang lebih 25 - 28 Kg. Harga tepung mocaf ke pabrik masih berkisar Rp.6000 - Rp.7000. Sedangkan eceran berkisar Rp.7500 – Rp.9.000. Industri mocaf skala besar masih terkendala masalah kapasitas bahan baku secara continue dan stabil baik harga dan kuantitas. Selain itu standarisasi tepung mocaf juga seringkali tidak diperhatikan oleh produsen sehingga kualitasnya tidak seragam.
Berkembangnya industri tepung berbasis singkong di Indonesia, tentunya merupakan hal yang menggemberikan. Namun, industri tepung mocaf masih harus menghadapi kendala dan tantangan yang cukup berat diantaranya adalah; 1). Kendala ketersediaan bahan baku singkong/ubi kayu seiring dengan berkembangnya industri lain berbasis singkong seperti bioetanol, gula cair, tapioka, industri makanan, dan lain-lain; 2). Persaingan yang cukup ketat dengan terigu yang masih mendominasi; 3). Masyarakat yang masih fanatik dengan produk terigu; 3). Belum adanya dukungan pemerintah untuk melakukan kuota terigu impor dan bantuan investasi kepada UKM; 4). Mulainya produsen mocaf di negara lain yang akan menjadi pesaing bagi produsen mocaf Indonesia; 5). Kurangnya pengetahuan produsen mocaf tentang mengolah limbah cair industri mocaf; 6). Akses pasar yang masih terbatas.
Beberapa kendala tersebut harus mendapatkan solusi, jika kita ingin mengembangkan industri tepung mocaf. Dukungan pemerintah sangat diperlukan khususnya membendung kemungkinan munculnya negara-negara produsen tepung mocaf yang akan menjadi pesaing bagi produsen tepung mocaf nasional. Negara-negara yang mungkin menjadi pesaing untuk produk tepung mocaf antara lain Thailand, Filipina, Malaysia, dan negara-negara lain penghasil singkong. Pembatasan terigu impor, akan dapat membantu meningkatkan harga tepung mocaf, sehingga menjadi daya tarik bisnis tepung mocaf di dalam negeri. Kunci keberhasilan dalam menghadapi persaingan tepung mocaf adalah dengan meningkatan produksi bahan baku singkong dengan kualitas yang baik, dan harga yang terjangkau berkisar Rp.800 – Rp.1000 / Kg. Selain itu, pentingnya pemanfaatan limbah kulit singkong dan limbah cair menjadi produk sampingan yang bernilai ekonomis.
No comments:
Post a Comment