Agrotekno Lab
087875885444
Jual mikroba dekomposer
Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk berfasa cair yang dibuat
dari bahan-bahan organik melalui proses pengomposan. Pupuk organic cair sangat
efektif untuk membantu meningkatkan pertanian di Indonesia. Sebagaimana kita
ketahui bahwasanya harga pupuk kimia yang semakin mahal sangat memberatkan para
petani, keberadaan pupuk organik akan menekan biaya produksi pertanian. Selain itu,
pupuk organik lebih aman bagi kesehatan manusia sebagai konsumen dan ramah
lingkungan. Bahan baku pembuatan pupuk organic cair juga relatif mudah
didapatkan.
Ada 2 jenis pupuk
organik cair (POC) yang dibuat melalui
proses pengomposan; Pertama, pupuk organik cair yang dibuat dengan cara
melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis
pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau
campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak jauh
beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan. Pupuk cair
tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap. Kita tidak bisa
menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi biasanya harus
langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara menyiramkan pupuk
pada permukaan tanah disekitar tanaman, tidak disemprotkan ke daun.
Kedua adalah pupuk
organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan dalam
kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan bakunya dari material
organik yang belum terkomposkan. Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk
cair tipe ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih stabil. Bila
dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya pun
berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke dalam
air.
Pupuk organik cair
tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam. Sebaiknya gunakan pupuk
organik padat sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk organik padat akan tersimpan
lebih lama dalam media tanam dan bisa menyediakan hara untuk jangka yang
panjang. Sedangkan, nutrisi yang ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa
erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna oleh tanaman. Jenis pupuk cair
lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan batang
dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair
bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas
atau saat perubahan dari fase vegetatif ke generatif untuk merangsang
pertumbuhan buah dan biji. Daun dan batang bisa menyerap secara langsung pupuk
yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang ada pada permukaannya.
Pemberian pupuk
organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis, karena
bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang
hama dan penyakit pada tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus benar-benar
diperhatikan untuk mendapatkan hasil maksimal. Setiap tanaman mempunyai
kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai makanannya. Secara teoritik, tanaman
hanya sanggup menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak lebih dari 2%
per hari. Pada daun, meskipun kami belum menemukan angka persisnya, bisa
diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu pemberian pupuk
organik cair pada daun harus diencerkan terlebih dahulu. Karena sifatnya
sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya akan unsur hara
mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama lewat tanah, pupuk
organik cair harus memberikan unsur hara mikro yang lebih. Untuk mendapatkan
kandungan hara mikro, bisa dipilah dari bahan baku pupuk.
Cara membuat pupuk organik cair
1) Siapkan bahan-bahan
berikut: 1 karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan (jerami,
gedebong pisang, daun leguminosa), 100 gram gula merah, 50 ml bioaktivator (Lactobacillus
sp, air bersih secukupnya).
2) Siapkan tong plastik
kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter selang
aerotor transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas akua ukuran
1 liter. Lubangi tutup tong seukuran selang aerotor.
3) Potong atau rajang bahan-bahan
organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam tong dan tambahkan
air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian aduk-aduk
hingga merata.
4) Larutkan bioaktivator yang
mengandung (Lactobacillus sp, Nitrobacter sp, Nitrosomonas sp, Bacillus sp,
dll), dan gula merah 5 liter air aduk
hingga merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi
bahan baku pupuk.
5) Tutup tong dengan
rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan
tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain
masuk kedalam botol yang telah diberi air.
6) Pastikan benar-benar
rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi selang adalah
untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus
ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
7) Tunggu hingga 7-10
hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan.
Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
8) Pisahkan antara cairan
dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan kain. Ampas adonan
bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
9) Masukkan cairan yang
telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup rapat. Pupuk
organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa
digunakan sampai 6 bulan.
Pupuk organik cair
diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan pupuk
dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kepekatan
pupuk organik cair yang akan disemprotkan tidak boleh lebih dari 2%. Pada kebanyakan
produk, pengenceran dilakukan hingga seratus kalinya. Artinya, setiap 1 liter
pupuk diencerkan dengan 100 liter air. Untuk merangsang pertumbuhan daun, pupuk
organik cair bisa disemprotkan pada tanaman yang baru bertunas. Sedangkan untuk
menghasilkan buah, biji atau umbi, pupuk disemprotkan saat perubahan fase
tanaman dari vegetatif ke generatif. Bisa disemprotkan langsung pada bunga
ataupun pada batang dan daun. Setiap penyemprotan hendaknya dilakukan dengan
interval waktu satu minggu jika musim kering atau 3 hari sekali pada musim
hujan. Namun dosis ini harus disesuaikan lagi dengan jenis tanaman yang akan
disemprot.
Pada kasus pemupukan
untuk pertumbuhan daun, gunakan pupuk organik cair yang banyak mengandung
nitrogen. Caranya adalah dengan membuat pupuk dari bahan baku kaya nitrogen
seperti kotoran ayam, hijauan dan jerami. Sedangkan pada kasus pemupukan untuk
pertumbuhan buah, gunakan bahan baku pupuk yang kaya kalium dan fosfor, seperti
kotoran kambing, kotoran sapi, sekam padi dan dedak. Kandungan setiap jenis
material organik bisa dilihat di tabel berikut.
Secara sederhana bisa
dikatakan, untuk membuat pupuk perangsang daun gunakan sumber bahan organik
dari jenis daun-daunan. Sedangkan untuk membuat pupuk perangsang buah gunakan
bahan organik dari sisa limbah buah seperti sekam padi atau kulit buah-buahan.
No comments:
Post a Comment