Kecap
adalah salah satu produk hasil fermentasi kedelai yang sudah sangat familier
digunakan sebagai penyedap masakan atau teman bersantap. Kecap banyak digunakan
sebagai penyedap aneka masakan seperti; soto, bakso, siomay, sate, ikan bakar,
soup, dan lain-lain. Tanpa kecap, masakan rasanya terasa kurang nikmat,
sehingga konsumen selalu membutuhkannya. Seiring dengan berkembangnya jumlah
penduduk dan berkembangnya aneka kuliner di Indonesia, permintaan produk kecap
juga meningkat terus. Oleh karena itu pangsa pasar kecap cukup besar, baik
dalam negeri atau pun luar negeri. Hal ini menjadi peluang bisnis yang masih
potensial untuk dijalankan baik skala rumahan atau pabrikan. Di pasaran
terdapat dua jenis kecap berdasarkan cita rasanya yaitu kecap manis dan kecap
asin. Saat ini, pasar kecap masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar.
Para pelaku usaha industri kecap terdiri dari perusahaan besar dan home
industri. Di Indonesia, produsen besar kecap yang memiliki pangsa pasar luas
antara lain adalah; PT. Heinz ABC dengan produknya kecap ABC, PT.Unilever
dengan nama produknya Kecap Bango, PD Sari Sedap Indonesia dengan nama
produknya Kecap Nasional, PT Indofood Sukses Makmur dengan nama produknya Kecap
Indofood. Permintaan produk kecap cukup tinggi, sedangkan pasokan belum mampu
menetralisir pasar sehingga harga kecap di pasaran masih relatif cukup mahal.
Hal ini menunjukan bahwa pasar kecap masih terbuka lebar dan prospektif bagi
para pemain baru baik industri skala rumah tangga maupun skala menengah.
Indonesia
sangat berpotensi untuk mengembangkan produk kecap, karena memiliki bahan baku
dan sumber daya manusia yang cukup. Umumnya, bahan baku produk kecap yang
beredar di pasaran adalah menggunakan kedelai hitam, kedelai kuning, sari
kedelai, atau molases. Produk kecap dengan menggunakan kedelai memang
kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan menggunakan molases, sehingga
harganya lebih mahal. Para produsen kecap umumnya membidik segmen pasar seuai
dengan kualitas produknya. Proses produksi kecap dengan menggunakan kedelai
yang difermentasi memang dipandang lebih rumit, waktunya lebih lama, dan
biayanya lebih tinggi. Namun, kecap hasil fermentasi dengan menggunakan kedelai
memiliki cita rasa dan aroma yang lebih baik dibandingkan kecap dengan bahan
baku molases. Beberapa produsen kecap mengkombinasi bahan baku molases dengan
kedelai fermentasi. Molases merupakan produk samping dari industri gula tebu
yang banyak terdapat di daerah Jawa dan Sumatera. Untuk membuka bisnis kecap,
maka kita perlu menguasai aspek pasar, teknik produksi, kontinuitas bahan baku,
lokasi produksi yang kondusif, tersedia tenaga kerja, dan modal sesuai
kapasitas produksi yang diinginkan.
Proses
pembuatan kecap relatif sederhana dan tidak membutuhkan teknologi. Secara umum
proses pembuatan kecap meliputi; sortasi kedelai, perendaman, perebusan,
pendinginan, peragian, fermentasi I, penjemuran, fermentasi II (perendaman
dalam larutan garam 20% minimal 1 bulan), penyaringan, pemberian gula dan bumbu
pada filtrat, perebusan, pengemasan. Proses fermentasi pada industri kecap
menggunakan jamur Aspergillus sojae atau Aspergillus oryzae. Mula-mula kedelai
difermentasi dengan kapang Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. menjadi semacam
tempe kedelai. Kemudian "tempe" ini dikeringkan dan direndam di dalam
larutan garam. Mikroba yang tumbuh pada rendaman kedelai pada umumnya dari
jenis khamir dan bakteri tahan garam, seperti khamir Zygosaccharomyces dan
bakteri susu Lactobacillus. Mikroba ini merombak protein menjadi asam-asam
amino dan komponen rasa dan aroma, serta menghasilkan asam. Kedelai akan
terfermentasi pada larutan dengan kadar garam 15 - 20%.
Kedelai
yang umumnya digunakan untuk pembuatan kecap adalah kedelai hitam. Beberapa
varietas kedelai unggul cocok sebagai bahan baku pembuatan kecap antara lain;
Merapi dan Cikuray dengan kadar protein tinggi (42%), Mallika dengan kadar
protein (37%), Detam-1 dan Detam-2 memiliki kadar protein lebih tinggi (43 –
44,6%) dan bobot biji lebih besar (14 g/100 biji). Detam-1 dan Detam-2 memiliki
potensi hasil 3 – 3,5 ton/ha lebih unggul dibanding varietas Merapi, Cikuray
dan Mallika serta beberapa varietas lain berbiji kuning. Tahapan proses
pembuatan kecap adalah sebagai berikut:
1. Sortasi Kedelai
Kedelai yang akan
diproses menjadi kecap disortasi yaitu memisahkan kedelai dari kotoran-kotoran
seperti tanah, batu kecil, daun, batang, kulit kedelai, biji rusak, dan
lain-lain.
2. Perendaman
Biji kedelai yang telah
disortasi, direndam dalam air bersih selama kurang lebih 7 jam, kemudian
ditiriskan.
3. Perebusan dan Pendinginan
Biji kedelai yang telah
direndam direbus menggunakan tungku kayu bakar atau dengan steam selama 1-2 jam
sampai lunak. Kemudian ditiriskan hingga dingin di atas tampah selama 5-6 jam.
4. Peragian / Inokulasi
Biji kedelai yang telah
direbus dan dingin, kemudian ditaburi ragi kecap, aduk sampai rata, kemudian
disimpan selama 3-4 hari hingga ditumbuhi jamur.
5. Perendaman dalam larutan garam
Biji kedelai yang telah
ditumbuhi jamur, kemudian direndam dalam larutan garam dengan konsentrasi 20%
(200 gram garam dalam 1 liter air). Perendaman dilakukan selama kurang lebih
satu bulan. Selama proses perendaman, setiap pagi dijemur dengan panas matahari
dan diaduk-aduk, kemudian sore hari ditutup lagi dan disimpan.
6. Penyaringan
Setelah proses perendaman
dalam larutan garam selama 1 bulan, biji kedelai mengalami fermentasi. Langkah
selanjutnya adalah melakukan penyaringan dengan menggunakan saringan lembut
atau kain halus. Sehingga didapatkan filtrat kedelai dan ampasnya dipisahkan.
7. Perebusan II
Tambahkan bumbu halus ke
dalam filtrat, tiap 1 liter filtrat ditambahkan 2 Kg gula merah yang telah
dilarutkan dengan air 0,5 liter. Rebus dengan menggunakan tungku sambil
diaduk-aduk hingga mendidih.
8. Pengemasan dan pasteurisasi
Saring kecap dengan kain
halus dan tuang ke dalam botol yang telah disterilkan, kemudian ditutup
menggunakan alat penutup botol. Lakukan sterilisasi dengan meletakkan botol ke
dalam panci berisi air mendidih kurang lebih selama 30 menit.
No comments:
Post a Comment