Wednesday, April 15, 2020

Berbisnis Pertanian Organik







Jual Aneka Culture Mikroba
087875885444

Bisnis pertanian adalah bisnis yang tidak akan pernah ada matinya, karena komoditas pertanian dan olahannya akan selalu dibutuhkan oleh manusia setiap hari dan sepanjang zaman. Berbagai kebutuhan hidup seperti beras, gula, sayur mayur, minyak goreng, tepung, kedelai, jagung, buah-buahan, umbi-umbian, dan lain-lain merupakan komoditas pertanian yang sangat diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, kebutuhan bahan pangan akan terus meningkat, sehingga produksi pertanian perlu terus ditingkatkan. Menurunnya produksi pertanian berdampak kepada naiknya harga-harga kebutuhan pangan yang seringkali di alami oleh suatu negara.
Selain dari aspek upaya peningkatan kapasitas produksi pertanian, upaya peningkatan mutu pertanian perlu dilakukan seiring dengan tuntutan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan produk-produk pangan yang aman dikonsumsi bagi kesehatan. Hal ini menjadikan sebagian kalangan petani untuk memulai pertanian organi dimana dalam proses produksinya tidak menggunakan pupuk atau pestisida kimia, sehingga dihasilkan produk pertanian yang bebas residu bahan kimia.
Pertanian organik merupakan sistem manajemen produksi yang bertujuan untuk produksi yang sehat dengan menghindari penggunaan kimia berbahan aktif dalam hal ini pupuk kimia maupun pestisida kimia untuk menghindari pencemaran udara tanah dan air juga hasil produksi pertanian pada khususnya. selain itu, pertanian organik juga menjaga keseimbangan ekosistem dan sumberdaya alam yang terlibat langsung dalam proses produksi. Sistem pertanian organik memberikan beberapa manfaaat diantaranya adalah:
1.       Tanaman menjadi sehat, bebas dari bahan kimia aktif, residu, baik dari akibat oleh pestisida ataupun pemupukan.
2.       Hasil produksi akan lebih sehat.
3.       Menjadi pertanian yang mampu menjaga kelestarian alam dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Sistem pertanian organik adalah mengindari penggunaan sarana pertanian yang berbahan kimia aktif, dan menggunakan sarana pertanian baik pupuk atau pestisida organik. Namun, pertanian di Indonesia masih sedikit yang menggunakan pertanian sistem organik, kebanyakan petani masih melakukan sistem pertanian konvensional, ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan tentang sistem pertanian organik. Meskipun pemerintah sudah mulai melaksanakan sistem pertanian berkelanjutan yang tujuannya adalah pertanian organik yang memperhatikan aspek kelestarian alam namun program ini belum sepenuhnya terserap oleh petani indonesia.
Memang, secara umum, hasil produksi pertanian organik masih sedikit dibandingkan dengan hasil yang anorgnik. Hal ini yang membuat para petani secara umum, belum tertarik untuk mengembangkan pertanian organik. Namun, kalau ditinjau dari aspek pasar, produk-produk pertanian organik memiliki harga yang lebih mahal, sehingga hal ini menjadi daya tarik pula bagi sebagian kalangan petani yang mau untuk bertani secara organik.
Sistem pertanian organik memanfaatkan pupuk organik dan pestisida organik (nabati), karena dalam sistem pertanian pupuk dan pestisida merupakan sarana produksi yang utama. Pengguanaan pupuk organik sangat menentukan arah sistem pertanian kedepannya, menjadi organik atau akan tetap menjadi pertanian konvensional, dalam hal konversi juga penggunaan pupuk organik akan menjadi hal yang perlu diperhatikan, untuk mengembalikan kesuburan tanah volume pupuk organik akan ditambah dengan tujuan untuk menyehatkan tanah dan membebaskan dari unsur residu.  

Penggunaan pestisida kimia tidak dianjurkan dalam pertanian organik, yang nantinya akan kembali merusak keberlangsungan pertanian organik, namun pengendalian hama dianjurkan menggunakan pestisida nabati atau pestisida organik. Pestisida organik dapat memanfaatkan bahan-bahan organik, seperti daun-daunan yang mengandung antibakteri, atau memanfaatkan agen mikroba seperti Tricoderma viridae, tricodherma harzianum untuk melawan penyakit tanaman jenis fungi.

Cara Produksi Nata De Coco








Agrotekno
Bibit Nata De Coco (Acetobacter xylinum)
087875885444


            Nata de coco adalah salah satu produk olahan kelapa yang berasal dari air kelapa, atau santan yang difermentasi dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Melalui proses fermentasi tersebut, air kelapa atau santan kelapa diubah menjadi berbentuk jel seperti agar, berserat tinggi, berwarna putih yang disebut nata. Nata sebelum diolah menjadi produk olahan rasanya masih tawar dan sedikit asam, namun setelah diolah menjadi minuman sirup, puding, dan lain-lain cita rasa nya menjadi nikmat. Minuman kemasan nata de coco sangat di minati di Indonesia, dan negara-negara luar seperti di Jepang, Eropa, Arab, dan lain-lain. Permintaan produk olahan nata de coco sangat tinggi baik domestic maupun luar negeri. Di Indonesia produsen minuman nata de coco umumnya masih didominasi oleh produsen-produsen besar seperti Inaco, Wong Coco, Garuda Food, Santan Kara, dan lain-lain. Namun, produk nata de coco produksi home industri juga banyak tersebar di seluruh Indonesia.
            Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan industri nata de coco, karena memiliki produksi kelapa yang cukup tinggi. Industri ini dapat dikembangkan secara home industri karena hanya membutuhkan alat-alat yang sederhana, dan modal yang tidak terlalau besar. Selain itu, pasar masih terbuka lebar, baik pasar lokal maupun luar negeri. Di beberapa negara maju, nata de coco telah diolah menjadi produk non-pangan seperti bahan dasar elektronik, dan lain-lain. Ini menjadi peluang yang lebih besar bagi industri nata de coco untuk terus maju dan berkembang.
            Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai diperkenalkan pada tahun 1973 dan  mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981. Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata dalam bahasa Latin  'natare'  berarti terapung. Nata dapat dibuat dari berbagai macam media antara lain air kelapa (nata de coco), singkong atau limbah pengolahan singkong (nata de cassava), limbah pengolahan nanas (nata de pina), dan lain-lain. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari kelapa.
            Nata de coco pada mulanya adalah produk yang diorientasikan untuk menangani limbah air kelapa sehingga dianggap hanya sebagai produk sampingan saja. Saat ini telah beredar di pasaran produk nata de coco dalam berbagai bentuk kemasan dan cita rasa yang  beragam, baik produk yang diproduksi industri  kecil atau industri besar dengan harga yang cukup lumayan. Meskipun bersaing cukup ketat, akan tetapi pangsa pasar yang tersedia cukup besar. Namun saat ini permintaan nata de coco oleh industri  minuman yang begitu besar maka produk nata de coco bukan lagi sekedar produk sampingan. Bahkan mampu menjadi produk unggulan karena memiliki prospek pasar yang cerah ke depannya. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan industri nata de coco karena memiliki pangsa pasar yang besar dan bahan baku yang melimpah  tersebar hampir di seluruh pelosok negeri serta SDM yang murah.
            Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan besar yang memproduksi nata de coco menjadi produk minuman siap saji antara lain wong coco, inaco, garuda food, serta beberapa industri kecil lainya yang sudah tersebar di seluruh pelosok tanah air. Untuk memenuhi kontinuitas kebutuhan bahan baku nata yang cukup besar, industri besar bermitra dengan para petani-petani nata de coco yang menghasilkan bahan nata setengah jadi dalam bentuk lembaran-lembaran.
Selain nata de coco, Indonesia juga sangat potensial mengembangkan nata de cassava karena bahan bakunya melimpah yaitu singkong atau berasal dari limbah industri pengolahan singkong seperti industri tapioca atau mocaf.Nata de cassava memiliki karateristik tidak jauh berbeda dengan nata de coco yaitu warnanya putih, kenyal, dan kandungan seratnya tinggi.Selain itu, nata de cassava juga memiliki tekstur yang halus rata pada bagian permukaannya dan memiliki aroma tidak menyengat.Nata de cassava memiliki potensi yang besar menjadi pesaing produk nata de coco, karena memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan nata de coco.Saat ini, produk minuman kemasan nata de cassava sudah mulai populer.
            Disamping sebagai produk bahan minuman, nata saat ini sudah semakin familier digunakan untuk berbagai makanan kecil antara lain kue puding, manisan, es campur, dan lain-lain. Di pasar domestik, permintaan nata de coco dan nata de cassava biasanya meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Lebaran, Tahun Baru, natal dan acara-acara  penting lainnya. Tingginya permintaan produk nata de coco atau nata dari bahan lainnya oleh industri minuman merupakan bisnis yang menarik untuk dikembangkan.Usaha produksi nata de coco atau nata de cassava mudah dijalankan meskipun dalam skala home industri.Selain itu, proses produksi nata de coco atau nata de cassava sederhana dan alat-alatnya tidak bermodal besar sehingga dapat dilakukan siapa saja yang memiliki tekad yang kuat dan tekun.

B. Proses Produksi Nata De Coco
            Proses produksi nata de coco relatif mudah, namun butuh keuletan dan kerja keras. Sebelum proses produksi nata de coco, maka langkah awal adalah penyediaan tempat, alat, dan bibit nata de co (Acetobacter xylinum). Kemudian bibit Acetobacter xylinum tersebut dikembangbiakan dengan menggunakan botol-botol sirup dengan jumlah sesuai yang dibutuhkan untuk produksi nata de coco dalam bentuk lembaran. Setelah proses produksi nata de coco lembaran berhasil dengan baik, langkah selanjutnya adalah dengan mengolahnya menjadi minuman kemasan dengan ditambahkan sirup dan dikemas dengan gelas plastik.

            Setelah menyediakan tempat, alat, bahan, dan perbanyakan bibit, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan nata de coco dalam bentuk lembaran. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan Bahan per panci 50 ltr
1.      Air kelapa 50 liter
2.      Za 200 gr
3.      Gula pasir 200 gr
4.      Asam asetat / asam cuka untuk menurunkan keasaman (pH 3-4)

b. Kebutuhan Alat
1.      Nampan ukuran 34 x 27 x 5 cm, 2000 nampan.
2.      Timbangan kapasitas 1000 gr untuk menimbang bahan di bawah 1000 gr.
3.      Tungku berbahan bakar kayu.
4.      Corong plastik  untuk memasukkan air kelapa dan minyak tanah.
5.      Saringan plastik diameter 30 cm, untuk memisahkan kotoran
6.      Panci stainless kapasitas 50 liter, 4 buah untuk merebus media air kelapa.
1.      Bak plastik kapasitas 30 lt 6 buah untuk  penampung nata lempeng
2.      Kertas koran ukuran 36 x 28 cm 50 Digunakan menutup nampan selama fermentasi
3.      Gelas ukur plastik kapasitas 1 liter sebagai alat ukur volum untuk  menuang cairan ke dalam nampan
4.      Kain lap untuk membersihkan nampan.
5.      Karet ban sesuai ukuran nampan untuk mengikat koran pada loyang
6.      Karet gelang untuk mengikat loyang agar koran tidak menempel di media.
7.      Pengaduk kayu  untuk mengaduk air kelapa pada  saat perebusan.

c. Penyiapan Alat
1. Nampan
Nampan adalah wadah yang digunakan untuk proses inokulasi media air kelapa menjadi nata lempeng/lembaran. Pemilihan jenis nampan berdasarkan ukuran, kualitas dan harga. Sebelum digunakan, nampan dicuci menggunakan sabun dan air bersih, kemudian dijemur.

2. Koran
Koran digunakan untuk menutup nampan selama proses fermentasi. Koran yang digunakan harus bersih, tidak kusut, sobek, atau berlubang, tidak basah, tidak terkena bahan-bahan kimia berbahaya, dan steril tidak ditumbuhi oleh jamur atau bakteri.

3. Alat Perebus
Panci yang digunakan kapasitas 50 liter, tahan karat (stainless steel).Jumlah panci yang digunakan disesuaikan tingkap produksi per hari.
4.  Ruang Fermentasi
Ruang fermentasi diusahakan sedemikian rupa mendukung untuk perkembangbiakan bakteri Acetobacter xylinum, dan juga mendukung kegiatan pekerja melakukan aktifitas produksi.Suhu ruang dikondisikan 28˚ -32˚C.Ruang fermentasi diusahakan bersih dan terkondisi dengan asam.
5. Tempat Penyimpanan Air Kelapa dan Hasil Panen Nata
Sebelum dilakukan proses produksi, maka air kelapa ditampung terlebih dahulu. Demikian juga hasil panen, nata de coco sebelum diolah lebih lanjut atau dijual dalam bentuk lembaran, maka ditampung terlebih dahulu dengan menggunakan jerigen dan drum-drum plastik.Air kelapa yang tercecer ditempat penampungan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, karena itu jagalah kebersihan dan sesering mungkin membilas dengan air dan alirkan ke selokan.

Prosedur Kerja Proses Produksi Nata Lembaran
1.      Langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan nampan yang akan digunakan. Kemudian nampan tersebut ditutup koran dan di ikat dengan tali karet ban.
2.      Air kelapa yang akan digunakan disaring dengan menggunakan saringan untuk memisahkan kontaminan berupa material fisik.
3.      Masukan  air kelapa sebanyak 50 lt ke dalam panci.
4.      Rebus air kelapa sampai mendidih. Buanglah busa yang terbentuk selama pemanasan.
5.      Setelah mendidih tambahkan bahan-bahan pembantu gula pasir, ZA, dan  terakhir asam cuka/asam asetat.
6.      Selanjutnya larutan tersebut dalam keadaan panas dituangkan dalam nampan yang telah ditutup korandan diikat tali karet ban dengan cara membuka salah satu bagian ujung nampan.
7.      Setelah media air kelapa dingin (suhu kamar) kira-kira 7 jam, ditambahkan stater Acetobacter xylinum sebanyak 100-120 ml untuk tiap 1.2 liter media dan wadah ditutup kembali dengan koran. Inkubasi dilakukan selama 8 hari dalam ruangan yang telah dikondisikan suhu, kelembaban dan kebersihan lingkungannya. Ruang fermentasi diusahakan tertutup, kering dan tidak ada aktivitas orang yang lalu lalang.
8.      Setelah proses inkubasi selama 8 hari,dilakukan pemanenan. Ketebalan nata dapat mencapai 1- 1.5 cm. Dalam kondisi normal fermentasi selama 8 hari sudah mencapai ketebalan yang dimaksud. Nata lempeng dipisahkan dari nampan ditampung sementara dengan menggunakan ember. Media yang tidak jadi atau atau berjamur dipisahkan langsung dengan menggunakan wadah yang berbeda.
9.      Sortasi atau pemisahan nata berdasarkan kualitas. Sortasi dilakukan sebelum lembaran nata tersebut dimasukan dalam wadah penampungan. Jangan mencampurkan lempengan nata yang bagus dengan yang jelek. Nata yang terkontaminsasi dengan jamur, berlubang, tipis dipisahkan sendiri.
10.  Penyimpanan nata dalam bak atau drum plastik dengan menambahkan air kurang lebih 20% volume bak atau drum plastik tersebut.  Selama penyimpanan hindari terkena cahaya matahari secara langsung, terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya, kekurangan air. Dan harus sering melakukan penggantian air agar nata tetap baik.

Fermentasi Pakan Hewan Ternak Ruminansia Dengan Aspergillus niger







 Jual Aspergillus niger
Telp. 087875885444


Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas adalah merupakan salah satu aspek yang menentukan kesuksesan dalam usaha budidaya hewan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing) adalah. Agar hewan ternak produktifitasnya tinggi maka pakan yang diberikan harus bergizi dan cukup, serta harganya juga terjangkau. Masing-masing lokasi atau daerah memiliki potensi ketersediaan pakan yang berbeda-beda. Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan konsentrat. Ketersediaan pakan ternak seringkali fluktuatif baik jumlah maupun harga. Oleh karena itu, para peternak harus bisa memanfaatkan potensi SDA yang ada sekitar lokasi kandang sebagai pakan alternatif. Pakan alternatif tersedia dalam jumlah melimpah dengan harga yang murah, sehingga lebih efesien karena dapat menekan biaya produksi. Pakan ternak alternatif dapat dengan memanfaatkan dan mengembangkan limbah hasil pertanian dan perkebunan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi antara lain; jerami padi, jerami jagung, limbah sayuran, limbah kelapa sawit, limbah tebu dan limbah kakao. Jagung dan dedak (padi) adalah salah contoh bahan baku yang tersedia cukup memadai tetapi belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Limbah hasil pertanian dan perkebunan cukup tersedia di Indonesia, namun potensinya belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak baru mencapai 30-40% dari potensi yang tersedia saat ini.
Permasalahan yang dihadapi dalam menggunakan pakan limbah pertanian dan perkebunan terdiri dari faktor pengetahuan peternak, kualitas pakan limbah pertanian dan perkebunan dan faktor lingkungan (cemaran). Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan dukungan teknologi dan sosialisasi tentang pemanfaatan limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak secara berkesinambungan.
Mutu pakan limbah hasil pertanian dan perkebunan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan, diantaranya melalui pengolahan (pretreatment) limbah hasil pertanian, suplementasi pakan dan pemilihan limbah pertanian/perkebunan. Pengolahan limbah hasil pertanian dilakukan dengan metoda fisik, kimia, biologis maupun kombinasinya. Bahan suplementasi diantaranya adalah leguminosa, kacang-kacangan maupun sisa pengolahan industri pertanian. Seleksi jenis limbah tanaman perlu pula dilakukan untuk mengurangi efek samping terhadap kesehatan ternak dan keamanan produknya. Seleksi dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu mutu nutrisi pakan limbah pertanian/perkebunan, kandungan toksin dan/atau antinutrisi di dalam tanaman dan cemaran berbahaya pada tanaman. Limbah hasil pertanian organik merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk mendapatkan pakan limbah karena mampu mengurangi resiko terjadinya residu bahan beracun berbahaya pada produk ternak serta mengurangi ancaman terhadap kesehatan ternak.
Ketersediaan dan kontinyuitas bahan baku pakan ternak sapi sering kali menjadi kendala dalam budidaya sapi. Selain penyebarannya yang tidak merata, pemanfaatan bahan baku pakan ternak masih sangat terbatas. Dalam budidaya sapi, faktor-faktor yang perlu diketahui oleh peternak adalah tentang ketersediaan bahan baku pakan lokal, komposisi kimiawi bahan pakan, pengolahan, penyusunan ransum dan kebutuhan akan dibahas dalam makalah ini.
Beberapa jenis limbah hasil pertanian dan perkebunan cukup tersedia di berbagai daerah Indonesia, namun potensi limbah tersebut untuk digunakan sebagai pakan ternak belum dikembangkan secara optimal. Potensi ketersediaan beberapa limbah pertanian dan perkebunan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak antara lain adalah:

1. Jerami padi
Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Ketersediaan jerami padi cukup melimpah di Indonesia. Namun demikian, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak belum optimal karena rendahnya kandungan protein kasar (3 – 4%) dan tingginya kandungan serat kasar (32 – 40%) sehingga memiliki tingkat kecernaan yang rendah yaitu berkisar antara 35 – 37%. Rendahnya nilai gizi dan daya cerna bahan kering jerami padi maka inovasi teknologi sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai pakan ternak baik secara kimiawi, fisik dan biologis. Proses fermentasi jerami padi merupakan salah satu pendekatan secara biologis untuk meningkatan kualitas pakan jerami padi. Proses ini menggunakan biostarter untuk mempercepat peningkatan kualitas pakan dan untuk penyimpanan jangka panjang. Bahan biostarter yang umum digunakan adalah mikroorganisme (bakteri asam laktat: Lactobacillus sp.) dan jamur (Aspergillus niger).
Proses fermentasi dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pengeringan dan penyimpanan. Proses fermentasi dapat dipercepat dengan penambahan urea untuk disimpan (dibiarkan) selama 21 hari sebelum digunakan sebagai pakan ternak. Jerami padi yang telah difermentasi memiliki penampilan bewarna coklat dengan tekstur yang lebih lunak. Kandungan nutrisi yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa fermentasi serta memiliki nilai gizi yang sebanding dengan rumput gajah. Beberapa penelitian melaporkan bahwa bahwa kandungan protein kasar pada jerami padi fermentasi meningkat dari 5,36% menjadi 6,78% yang sekaligus menurunkan kadar ADF dan NDF masing-masingnya mencapai 63,91% dan 66,03%. Kandungan protein tersebut ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhan sapi potong. Untuk memperbaiki daya cerna pakan, energi metabolik dan daya cerna, maka pakan jerami padi fermentasi dapat ditambahkan beberapa bahan kimia seperti urea. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa proses fermentasi dapat menurunkan kandungan residu pestisida golongan organokhlorin (OC) maupun organofosfat (OP), yang mana keberadaan residu pestisida dalam pakan dapat membahayakan kesehatan ternak dan produk ternak yang dihasilkan.

2. Limbah kelapa sawit
Indonesia memiliki lahan kelapa sawit yang cukup luas tersebar di Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi, dll. Bagian-bagian tanaman dari kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terdiri dari daun, pelepah, lumpur, bungkil, dan bungkil inti sawit. Proses pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah bungkil sawit. Bungkil sawit sangat potensial dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi karena kandungan nutrisinya masih cukup baik. Pada umumnya produk samping yang diperoleh dari industri kelapa sawit dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: (1) berasal dari kebun kelapa sawit (diantaranya pelepah dan daun) dan (2) dari pabrik pengolahan buah kelapa sawit (seperti bungkil dan lumpur). Limbah hasil pengolahan kelapa sawit juga mengandung serat kasar yang tinggi, namun kandungan protein kasar lumpur sawit dan bungkil kelapa sawit secara berurutan yaitu 14,58 % BK dan 16,33 % BK, sangat  potensial untuk digunakan sebagai bahan bakan ternak ruminansia.

3. Daun dan pelepah kelapa sawit
Daun dan pelepah kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan ternak yang memiliki potensi yang cukup tinggi, akan tetapi kedu abahan pakan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh peternakan sapi. Produksi daun/pelepah dapat mencapai 10,5 ton pelepah kering/ha/tahun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan protein kasar pada kedua bahan pakan tersebut masing-masingnya mencapai 15% BK (daun) dan 2 – 4% BK (pelepah). Campuran kedua bahan pakan tersebut dapat meningkatkan kandungan protein menjadi 4,8%. Kedua bahan pakan tersebut mengandung lignin yang sangat tinggi dibandingkan dengan jerami padi yang hanya mengandung 13% BK. Tingginya kadar lignin di dalam pakan akan mengakibatkan rendahnya palatibilitas, nilai gizi dan daya cerna terhadap pakan. Nilai nutrisi pelepah sawit dapat ditingkatkan melalui amoniasi, penambahan molases, perlakuan alkali, pembuatan silase/pelet, perlakuan dengan tekanan uap yang tinggi dan secara enzimatis. Pemberian pakan daun kelapa sawit kepada sapi jantan dapat meningkatkan bobot badan sebesar 930 g/ekor/hari.

4. Lumpur sawit dan bungkil inti sawit
Lumpur sawit dan bungkil inti sawit adalah hasil ikutan dari pengolahan minyak kelapa sawit. Dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit dapat diperoleh rendemen sebesar 4 – 6% lumpur sawit dan 45% bungkil inti sawit dari tandan buah segar. Setiap hektar tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan 840 – 1246 kg lumpur sawit dan 567 kg bungkil inti sawit. Bungkil inti sawit telah lama dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk ruminansia dan babi yang sedang dalam masa pertumbuhan Sebaliknya lumpur sawit belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak.  Lumpur sawit dan bungkil inti sawit dapat sebagai campuran konsentrat pakan 30-70 %, dan campuran dengan bungkil inti sawit (70%) sebagai pakan suplemen dan dapat memerikan pertambahan berat badan kambing jantan sekitar 54 – 62 g/ekor/hari dengan konversi pakan sebesar 8,1 – 9,4. Kandungan energi yang rendah dan kadar abu yang tinggi menyebabkan lumpur sawit tidak dapat digunakan secara tunggal tetapi harus dicampur dengan pakan lain. Untuk mengoptimalkan penggunan limbah pengolahan kelapa sawit yang berupa lumpur sawit dan bungkil inti sawit perlu memanfaatkan teknologi fermentasi dengan penambahan biostarter seperti Aspergillus niger.

5. Jerami jagung
Limbah jagung merupakan salah satu sumber pakan alternative yang potensial yang banyak dijumpai di Indonesia. Limbah jagung yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan atau pakan ternak masih belum optimal berkisar 50% dari total limbah yang dihasilkan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa limbah tanaman jagung belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan ternak, karena kualitas yang rendah dan mengandung serat kasar yang tinggi (27,8%).

Untuk meningkatkan kualitas bahan pakan jerami jagung, dapat dilakukan dengan fermentasi denga Aspergillus niger atau bakteri asam laktat.

6. Limbah tebu
Limbah utama dari tanaman tebu yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah pucuk tebu/daun, molases, ampas tebu dan empulur (pith). Dari total produksi tebu dapat dihasil limbah tanaman tebu sebanyak 1,8 juta ton/tahun. Namun limbah tanaman tebu belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Pucuk tebu merupakan limbah tanaman yang sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak. Pemberian pucuk tebu pada sapi perah dan sapi potong dapat meningkatkan pertambahan produksi susu sebesar 2 kg susu per hari pada sapi perah dan berat badan sebesar 0,25 kg/hari pada sapi potong.
Bagas adalah limbah hasil penggilingan tebu atau hasil ekstraksi sirup tebu. Limbah ini umumnya digunakan sebagai bahan bakar dalam industri gula. Namun, bagas merupakan pakan limbah yang berkualitas rendah karena mengandung kadar ligno-selulosa yang tinggi. Intake bagas dapat ditingkatkan bila dicampur dengan 55% molases dalam ransumnya. Karena bagas merupakan bahan pembawa yang baik untuk molases, maka ransum ini akan sangat bermanfaat bila diberikan kepada ternak pada level optimum sekitar 20–30% konsentrasi ransum.
Molases adalah tetes tebu yang umumnya digunakan sebagai sumber energi dan untuk meningkatkan palatibilitas pakan basal, meningkatkan kandungan mineral Ca, P dan S, atau sebagai perekat dalam pembuatan pelet. Molases dapat memberikan hingga 80% energy metabolisibel untuk sapi potong dan pertambahan berat badan harian antara 0,7– 0,9/kg/hari pada saat persediaan rumput terbatas.

7. Limbah tanaman kakao
Tanaman coklat (Theobroma cacao, Linn.) tumbuh secara baik di daerah tropis, termasuk Indonesia. Kulit buah (pod) cokelat merupakan limbah utama dari tanaman coklat yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah kulit buah kakao yang dihasilkan dapat mencapai 75,6% dari total biji kakao. Kulit buah coklat mengandung kadarprotein kasar (6 – 12%) sedikit lebih tinggi dari jerami padi, tetapi hampir setara dengan Kandungan serat kasar dalam kulit buah coklat memiliki kadar selulosa (27– 31%) dan hemiselulosa (10–13%) yang lebih rendah daripada jerami padi. Sementara itu, kadar lignin berkisar antara 12 – 19% lebih tinggi 2 – 3 kalinya dibandingkan dengan jerami padi (6%). Secara umum tingkat kecernaan kulit buah cokelat lebih rendah dibandingkan dengan jerami padi. Meskipun limbah tanaman cokelat lainnya seperti kulit biji dan lumpur kakao mengandung kadar protein kasar dan TDN yang lebih tinggi, namun produk samping tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak karena jumlah yang dihasil sangat rendah sekali.

Teknik Produksi Nata De Cassava








Agrotekno Lab
087875885444
Jual Bibit Nata (Acetobacter xylinum)


Secara umum tahapan proses produksi nata de cassava adalah sebagai berikut: pengupasan singkong; pencucian, pemarutan, pengenceran, perendaman, perebusan I, pendinginan, penyaringan, perebusan II, fermentasi, pemanenan, pengolahan. Untuk memproduksi nata de cassava dapat menggunakan formulasi  sebagai berikut: larutan singkong 50 liter, ZA 150 gr, Asam asetat 200 ml, enzim alfa-amylase 2,5 ml, enzim  gluco-amylase 1,5 ml. Urutan proses pembutan nata de cassava adalah sebagai berikut:
1.            Pengupasan
Singkong yang telah ditimbang, kemudian dikupas dengan menggunakan pisau. Kemudian singkong yang telah dikupas ditampung dalam ember yang berisi air agar tidak terjadi penambahan asam sianida yang menyebabkan warna singkong menjadi biru dan berasa pahit.
2.            Pencucian
Singkong yang telah dikupas, kemudian dicuci hingga bersih dengan menggunakan air yang mengalir.
3.            Pemarutan
Proses pemarutan dilakukan dengan menggunakan mesin pemarut. Proses pemarutan dengan menggunakan mesin pemarut lebih efesien dan lebih cepat.
4.            Pengenceran
Singkong yang telah diparut kemudian diencerkan dengan penambahan air bersih kurang lebih 10 liter per 1 Kg umbi singkong yang telah dikupas. Air yang digunakan untuk pengenceran harus dengan menggunakan air yang bebas dari bahan kimia seperti kaporit atau tercemar bahan kimia lainnya.
5.            Perebusan I
Tambahkan enzim αlfa-amilasi sebanyak 2,5 ml. Kemudian lakukan pengadukan sampai merata. Setelah mendidih, larutan diangkat kemudian pada saat proses pendinginan mencapai suhu kurang lebih 60-65˚C ditambahkan enzim gluco-amylase sebanyak 1,5 ml, biarkan sampai dingin kurang lebih 2-3 hari agar terjadi proses pengasaman.
6.            Penyaringan
Setelah larutan menjadi dingin lakukan penyaringan dan pemerasan/pengepresan dengan menggunakan kain atau menggunakan alat pengepres mekanik.
7.            Perebusan II
Larutan sebanyak 50 liter yang telah disaring dan dipisahkan ampasnya, kemudian direbus lagi. Kemudian tambahkan asam asetat sebanyak 200 ml. Setelah mendidih tambahkan ZA (ammonium sulfat) sebanyak 150 gram.
8.            Fermentasi

Setelah larutan mendidih, susun nampan yang telah ditutup koran pada rak. Kemudian buka bagian salah satu bagian ujung nampan, tuangkan larutan ke dalam nampan kemudian ditutup kembali dan diikat dengan tali karet ban, disusun di rak sebagaimana dalam proses produksi nata de coco seperti di atas, kemudian diinokulasi dengan penambahan bibit Acetobacter xylinum sebanyak 10 % atau kurang lebih 100-120 ml,

Peluang Bisnis Nata De Coco dan Nata De Cassava










Agrotekno Lab
087875885444

Jual Bibit Nata (Acetobacter xylinum)





            Nata de coco adalah produk hasil fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum.            Nata de coco pada mulanya adalah produk yang diorientasikan untuk menangani limbah air kelapa sehingga dianggap hanya sebagai produk sampingan saja. Nata dapat dibuat dari berbagai macam media antara lain air kelapa (nata de coco), singkong atau limbah pengolahan singkong (nata de cassava), limbah pengolahan nanas (nata de pina), dan lain-lain. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari kelapa.
            Saat ini telah beredar di pasaran produk nata de coco dalam berbagai bentuk kemasan dan cita rasa yang  beragam, baik produk yang diproduksi industri  kecil atau industri besar dengan harga yang cukup lumayan. Meskipun bersaing cukup ketat, akan tetapi pangsa pasar yang tersedia cukup besar. Namun saat ini permintaan nata de coco oleh industri  minuman yang begitu besar maka produk nata de coco bukan lagi sekedar produk sampingan. Bahkan mampu menjadi produk unggulan karena memiliki prospek pasar yang cerah ke depannya. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan industri nata de coco karena memiliki pangsa pasar yang besar dan bahan baku yang melimpah  tersebar hampir di seluruh pelosok negeri serta SDM yang murah.
            Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan besar yang memproduksi nata de coco menjadi produk minuman siap saji antara lain wong coco, inaco, garuda food, serta beberapa industri kecil lainya yang sudah tersebar di seluruh pelosok tanah air. Untuk memenuhi kontinuitas kebutuhan bahan baku nata yang cukup besar, industri besar bermitra dengan para petani-petani nata de coco yang menghasilkan bahan nata setengah jadi dalam bentuk lembaran-lembaran.
Selain nata de coco, Indonesia juga sangat potensial mengembangkan nata de cassava karena bahan bakunya melimpah yaitu singkong atau berasal dari limbah industri pengolahan singkong seperti industri tapioca atau mocaf. Nata de cassava memiliki karateristik tidak jauh berbeda dengan nata de coco yaitu warnanya putih, kenyal, dan kandungan seratnya tinggi. Selain itu, nata de cassava juga memiliki tekstur yang halus rata pada bagian permukaannya dan memiliki aroma tidak menyengat. Nata de cassava memiliki potensi yang besar menjadi pesaing produk nata de coco, karena memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan nata de coco. Saat ini, produk minuman kemasan nata de cassava sudah mulai populer.
            Disamping sebagai produk bahan minuman, nata saat ini sudah semakin familier digunakan untuk berbagai makanan kecil antara lain kue puding, manisan, es campur, dan lain-lain. Di pasar domestik, permintaan nata de coco dan nata de cassava biasanya meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Lebaran, Tahun Baru, natal dan acara-acara  penting lainnya. Tingginya permintaan produk nata de coco atau nata dari bahan lainnya oleh industri minuman merupakan bisnis yang menarik untuk dikembangkan. Usaha produksi nata de coco atau nata de cassava mudah dijalankan meskipun dalam skala home industri. Selain itu, proses produksi nata de coco atau nata de cassava sederhana dan alat-alatnya tidak bermodal besar sehingga dapat dilakukan siapa saja yang memiliki tekad yang kuat dan tekun.

Peluang Bisnis Yogurt Dan Cara Produksinya











Agrotekno Lab
087875885444
Jual Bibit yogurt




Yogurt adalah salah satu produk olahan susu yang difermentasi dengan menggunakan bakteri asam laktat. Produk yogurt saat ini kian popular dan banyak diminati semua kalangan di Indonesia. Melalui proses proses fermentasi dengan menggunakan bakteri asam laktat (BAL) sehingga dihasilkan produk yogurt dengan cita rasa asam-manis, aromanya lebih menarik, tidak amis, dan terasa lebih nikmat. Yogurt memiliki kandungan nutrisi yang tinggi yang sangat diperlukan oleh tubuh, dan kandungan bakteri asam laktat-nya berfungsi sebagai probiotik sangat baik khususnya untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan. Karena itulah, yogurt saat ini sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Susu yang digunakan pada proses pembuatan yogurt dapat berasal dari susu sapi, susu kerbau, susu kambing dan sari kedelai. Yogurt berbahan baku sari kedelai sering disebut soygurt.
Yogurt saat ini telah banyak beredar di pasaran baik di toko-toko atau supermarket dengan berbagai jenis merk, kemasan, ukuran, dan cita rasa. Umumnya produk yogurt yang di pasaran dikemas dengan menggunakan botol plastik atau botol kaca. Beberapa produk yogurt yang banyak beredar di pasaran telah dikombinasi dengan aneka sari buah seperti jeruk, strawberry, melon, mulberry, peach, blueberry, buah naga, lecy, dan lain-lain. Dengan penambahan sari buah tersebut tentu menambah cita rasa khas buah yang menyebabkan produk yogurt semakin variatif dan memberikan banyak pilihan kepada konsumen. Beberapa jenis yogurt yang banyak beredar dipasaran antara lain; cimory, yummy, dan produk-produk skala home industri. 
Kita bisa dapat membuat produk yogurt kemasan yang dipasarkan  secara luas melalui toko, supermarket atau kita juga bisa membuka semacam kedai yogurt dengan desain dan sajian yang menarik.
Secara sederhana tahapan proses pembuatan beberapa jenis yogurt (plain yogurt, concentrade yogurt, frozen yogurt, drink yogurt) adalah sebagai berikut:
1)      Susu segar dipanaskan sampai suhu 85 - 90 °C. Lakukan pengadukan secara terus menerus supaya proteinnya tidak mengalami koagulasi kurang lebih 30 - 60 menit. Jika pemanasan dilakukan pada pada suhu 70 – 75 °C (pasteurisasi), maka lama pemanasan dilakukan sebanyak dua kali.
2)      Setelah dipanaskan, selanjutnya dilakukan pendinginan sampai suhunya 37- 42°C. Pendinginan tersebut dilakukan dalam wadah tertutup.
3)      Setelah suhu mencapai 37- 42 °C, lakukan inokulasi / penambahan bakteri ke dalam susu tersebut sejumlah 50 ml/liter susu. Penambahan bakteri dilakukan dengan teknik aseptic (di dekat api).
4)      Setelah ditambah bakteri, selanjutnya diinkubasi pada suhu (37-40 °C), dalam keadaan tertutup rapat selama 6-24jam.
5)      Yogurt yang kita dapatkan dari proses di atas adalah jenis yogurt plain yogurt. Supaya yogurt lebih lezat rasanya dapat ditambah dengan potongan buah – buahan yang segar, cocktail, nata de coco atau dibekukan menjadi es, dapat pula dicampur dengan berbagai buah-buahan untuk dibuat juice (minuman segar).

JUAL BIBIT NATA DE COCO (ACETOBACTER XYLINUM)




Telp. 087875885444


Acetobacter xylinum adalah bakteri yang mampu memfermentasi bahan menghasilkan nata (bahan selulosa berupa jeli). Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, mempunyai panjang kurang lebih 2 mikron dan permukaan dindingnya berlendir. Acetobacter xylinum mampu mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan asam organik lain pada waktu yang sama, dan mempolimerisasi glukosa sehingga terbentuk selulosa. Bakteri ini biasa digunakan untuk membuat nata de coco/nata de soya/nata de cassava. Bakteri ini merupakan bakteri yang menguntungkan dan tidak berbahaya. 
Acetobacter xylinum memiliki ciri-ciri antara lain merupakan gram negatif pada kultur yang masih muda, sedangkan pada kultur yang sudah tua merupakan gram positif, bersifat obligat aerobic artinya membutuhkan oksigen untuk bernafas, membentuk batang dalam medium asam, sedangkan dalam medium alkali berbentuk oval, bersifat non mortal dan tidak membentuk spora, tidak mampu mencairkan gelatin, tidak memproduksi H2S, tidak mereduksi nitrat dan termal death point pada suhu 65-70°C.
Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel secara teratur, mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian. Acetobacter xylinum akan mengalami fase adaptasi terlebih dahulu jika dipindahkan ke dalam media baru. Pada fase ini terjadi aktivitas metabolisme dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraseluler polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa. Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolit yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fase ini pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak dibanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis. Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian, sel dengan cepat mengalami kematian tidak baik untuk dijadikan strain nata.
Pertumbuhan Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah kandungan nutrisi meliputi jumlah karbon dan nitrogen, tingkat keasaman media, pH, temperatur, dan udara (oksigen). Suhu optimal pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada 28–31˚C, pH optimal 3-4, memerlukan oksigen sehingga dalam fermentasi tidak ditutup dengan bahan kedap udara sehingga tidak memungkinkan udara masuk sama sekali, tutup untuk mencegah kotoran masuk ke dalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi.
Bibit Acetobacter xilynum berasal dari kultur murni yang sudah ada dapat dikembangbiakan dengan menggunakan media air kelapa atau substrat nanas. Bibit Acetobacter xilynum  yang dikembangkan dipilih dari bibit yang memiliki kualitas baik tidak terkontaminasi mikroorganisme lain, umur 4-10 hari.