Wednesday, April 15, 2020

Sukses Budidaya Gaharu Dan Teknik Inokulasi









Jual Inokulan Gaharu (Fusarium solani)
Telp. 087875885444


                Gaharu adalah komoditas pertania yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Tidak heran, saat ini banyak orang tertarik untuk melakukan budidaya tanaman gaharu. Tanaman gaharu secara umum mampu tumbuh dengan  baik di Indonesia. Di Indonesia petani gaharu banyak terdapat di daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain. Budidaya gaharu relatif mudah, hanya saja perlu mengetahui teknik inokulasi yaitu menyuntikan bibit cendawan / fungi yang dapat menginfeksi tanaman gaharu sehingga mengahasilkan gubal gaharu. Gubal gaharu inilah yang nilainya mahal. Untuk budidaya gaharu, berikut ini adalah langkah-langkahnya:
1. Pemilihan Bibit bibit pohon gaharu
Langkah awal dalam usaha budidaya tanaman gaharu adalah pemilihan bibit gaharu yang berkualitas. Pemilihan bibit yang berkualitas sangat penting karena akan mempengaruhi terhadap hasil budidaya kita. Untuk memilih bibit pohon gaharu yang berkualitas perhatikan hal-hal berikut: Pastikan bibit sehat atau tidak terserang hama, bibit memiliki diameter minimal 1 cm dan tinggi minimal 20 – 30 cm.

Ada beberapa jenis pohon gaharu yang tumbuh di Indonesia, diantaranya:
Aquilaria Beccariana Van Tiegh, jenis gaharu ini tumbuh secara alami di daerah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu juga tumbuh di Semenanjung Malaya. Nama lain dari tumbuhan ini di dunia antara lain, Aquilaria cumingiana var. parviflora Airy Shaw, Aquilaria grandifolia Domke, dan Gyrinopsis grandifolia (Domke) Quisumb. Sementara itu di Indonesia terdapat beberapa nama daerah seperti, Mengkaras, Gaharu, dan Gumbil Nyabak. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).
Aquilaria cumingian (Decne.) Ridl. Jenis gaharu ini tumbuh di pulau Morotai dan Halmahera, Maluku, serta di Filipina. Nama lain di dunia untuk pohon gaharu jenis ini adalah Aquilaria pubescens H. Hallier, Decaisnella cumingiana Kuntze, Gyrinopsis cumingiana Decne., Gyrinopsis cumingiana var. pubescens Elmer, Gyrinopsis decemcostata H. Hallier, dan Gyrinopsis pubifolia Quisumb. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).
Aquilaria filaria (Oken) Merr. Di Indonesia Gaharu jenis ini tumbuh di Morotai, Seram,  Ambon, Nusa Tenggara, Papua. Selain itu juga tumbuh di Papua Nugini, dan Filipina. Nama lainnya adalah Aquilaria acuminata (Merr.) Quisumb., Aquilaria tomentosa Gilg, Gyrinopsis acuminata Merr., dan Pittosporum filarium Oken. Di Maluku disebut dengan pohon Las sedangkan di Papua dinamai pohon Age.
Aquilaria hirta Ridl. Di Indonesia jenis gaharu ini tumbuh di daerah Sumatera dan Semenanjung Malaya. Nama lainnya adalah Aquilaria moszkowskii Gilg.  Aquilaria malaccensis Benth. Jenis gaharu ini banyak tumbuh di Sumatera, Simalue, dan Kalimantan, Filipina (Luzon), India (Assam), Bangladesh, Myanmar, dan Malaysia (Semenanjung Malaya, Sabah, dan Serawak). Di Indonesia terdapat beberapa nama daerah untuk jenis gaharu ini seperti ahir, karas, gaharu, garu, halim, kereh, mengkaras dan seringak. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).
Aquilaria microcarpa Baill. Pohon gaharu ini banyak tumbuh di Sumatera, Bangka, Belitung, dan Kalimantan, Malaysia (Semenanjung Malaya, Sabah, dan Serawak). Beberapa nama ilmiah tumbuhan ini diantaranya Aquilaria borneensis Van Tiegh. ex Gilg, Aquilariella borneensis Van Tiegh., dan Aquilariella microcarpa Van Tiegh. Nama daerah untuk di Indonesia adalah ntaba, tangkaras, engkaras, karas, dan garu tulang. Oleh IUCN Red List, spesies ini dikategorikan sebagai Rentan (Vulnerable).
Selain jenis di atas masih terdapat beberapa spesies lain yang tumbuh di dunia seperti: A. apiculata (Mindanao, Filipina), A. baillonii (Kamboja, Laos, dan Vietnam), A. banaense (Vietnam), A. brachyantha (Luzon, Filipina), A. citrinicarpa (Mindanau, Filipina), A. crassna (Kamboja, Laos, dan Vietnam), A. khasiana (India), A. parvifolia (Luzon, Filipina), A. rostrata (Malaysia), A. rugosa (Vietnam), A. sinensis (China), A. subintegra (Thailand), A. urdanetensis (Mindanau, Filipina), dan A. yunnanensis (China).
Kesemua jenis gaharu tersebut, oleh CITES dimasukkan dalam daftar Appendix II. Ini berarti perdagangan intenasional semua bagian tumbuhan ini diatur dengan ketat termasuk pemberlakuan kuota di masing-masing negara.


2. Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil budidaya yang maksimal sebaiknya pohon gaharu ditanam pada tanah yang memiliki kandungan hara yang cukup. Secara umum, tanaman gaharu dapat tumbuh beradaptasi pada jenis tanah apa pun.  
Langkah awal dalam persiapan lahan adalah buatlah lubang tanam dengan ukuran kurang lebih 30 x 30 x 30 dan jarak antar lubang sekitar 3 x 3 m. Jika kondisi tanah asam atau memiliki PH <5 1="" 3-5kg="" atau="" berikan="" berilah="" dengan="" diamkan="" dolomit.="" dosis="" kandang="" kapur="" kemudian="" lubang="" minggu.="" o:p="" pada="" pertanian="" pupuk="" sekitar="" selama="" tanam.="" tanam="">
3. Penanaman
Setelah persiapan lahan selesai, langkah selanjutnya adalah penanaman pohon gaharu. Pohon Gaharu merupakan pohon yang kurang tahan terhadap panas, sebaiknya tanam bibit gaharu pada waktu pertengahan musim hujan. Setelah penanaman selesai pasanglah sebuah bilah kayu tepat di samping bibit gaharu yang berfungsi sebagai penyangga dan ikat pohon gaharu dengan bilah tersebut agar pohon gaharu tumbuh lurus dan tidak roboh terkena angin.
4. Pemberian Naungan
Pohon gaharu kurang tahan terhadap cahaya matahari terlalu banyak. Untuk menjaga agar pohon gaharu tidak terkena sinar matahari langsung serta mengurangi penguapan sebaiknya pohon diberi naungan yang dibuat dari jerami atau daun yang lebar.
5. Perawatan Tanaman
Perawatan tanaman gaharu meliputi penyiangan dan pengendalian penyakit. Kendalikan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan penyiangan secara rutin kurang lebih 3 bulan sekali. Hama yang sering menyerang tanaman gaharu adalah ulat (Lepidoptera sp) yang memakan daun gaharu. Untuk pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida.

6. Inokulasi
Inokulasi adalah tahapan terpenting dari budidaya gaharu, karena pada tahapan ini proses terbentuk nya gubal gaharu. Inokulasi adalah proses penyuntikan bibit cendawan / fungi pada batang gaharu. Jenis fungi yang telah umum digunakan adalah Fusirium solani dan Fusarium moniliforme. Cara melakukan inokulasi adalah dengan mengebor batang gaharu kemudian menyuntikan bibit cendawan ke dalam lubang bor tersebut. Untuk menyuntikan cendawan kita bisa memanggil ahli penyuntikan dengan bayaran tergantung kesepakatan. Inokulasi dapat dilakukan ketika gaharu telah berumur 5-6 tahun.

Tahapan-tahapan dalam penginokulasian gaharu, bahan dan alat yang dibutuhkan adalah:
1)      Bor kayu dengan ukuran minimal 10 mm, sesuai dengan diameter batang semakin besar diameternya maka ukuran bor semakin besar, ukuran bor yang biasa digunakan berukuran 13 mm.
2)      Genset kapasitas 450 watt atau 900 watt dan alat bor listrik.
3)      Spidol permanent sebagai penanda titik bor.
4)      Alat ukur meteran untuk mengukur keliling batang dan jarak titik bor satu dengan lainnya.
5)      Pinset dan suntikan sesuai ukuran bor.
6)      Alkohol 70 % untuk sterilkan alat dan lubang hasil bor kayu.
7)      Masker, gunting serta kapas.
8)      Lilin lunak, plester atau lakban, untuk menutup lubang bor.
9)      Sarung tangan karet dan Inokulan Gaharu.

Proses pengerjaannya dengan mengikuti prosedur dibawah ini:
1)      Ukur titik pengeboran awal 1 meter dari permukaan tanah. Beri tanda dengan spidol. Kemudian buat lagi titik pengeboran diatasnya dengan mengeser kearah horizontal sejauh 15 cm dan vertical 15 cm. dengan cara yang sama buatlah titik berikutnya hingga setelah dihubungkan membentuk garis spiral.
2)      Ukur lingkaran batang untuk mendapatkan diameter batang. Misalkan lingkaran batang 60 cm, hitung diameternya dengan rumus : Keliling Lingkaran = diameter x 3,14. contoh 60 cm = diameter x 3,14 berarti diameter batang = 60 cm : 3,14 = 19,11 cm.
3)      Buat lubang sedalam 1/3 diameter batang pada titik pengeboran yang sudah ditanda dengan spidol. Contoh : Kedalaman lubang bor = diameter batang x 1/3 = 19,11 x 1/3 = 6,4 cm.
4)      Bersihkan lubang bor dengan kapas yang sudah dibilas dengan alcohol.
5)      Masukkan inokulan dengan pinset kedalam suntikan yang ujungnya sudah dipotong, kemudian masukkan inokulan kedalam lubang sampai penuh.
6)      Tutup lubang yang telah terisi penuh inokulan dengan lilin agar tak ada kontaminan dari mikroba yang lain. Untuk mencegah air merembes permukaan lilin ditutup kembali dengan plester atau lakban.
7)      Cek keberhasilan penyuntikan setelah 3 bulan, caranya buka plester dan lilin kemudian kupas sedikit kulit batang, jika batang tampak berwarna coklat kehitam hitaman berarti penyuntikan berhasil. Tutup kembali lubang dengan lilin dan plester.

Setelah kurang lebih 7 bulan dari penyuntikan ambil sample dengan mengebor lubang baru 5 cm diatas lubang sebelumnya, jika serbuk hasil bor sudah hitam atau wangi atau sesuai dengan ciri-ciri yang diinginkan maka pohon sudah dapat dipanen jika belum sesuai tutup kembali lubang dengan lilin. Tanda hasil mulai maksimal jika daun gaharu sudah mengering 50 % hal ini biasanya terjadi pada 1,5 tahun sampai 2 tahun setelah penyuntikan tergantung dari besarnya diameter batang, semakin besar diameter batang maka proses mengeringnya daun semakin lama.
Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm.
Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.
a. Inokulasi Dengan Inokulan Padat
1)      Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor.
2)      Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 13 mm. Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor sekitar 20 cm.
3)      Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
4)      Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter lubang.
5)      Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lilin malam”
b. Inokulasi Dengan Inokulan Cair
1)      Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
2)      Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.
3)      Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
4)      Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.
5)      Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang setiap 1–2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.
6)      Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan fisiologis.

7. Pemeliharaan dan Pemupukan
Pemupukan perlu dilakukan terutama di lahan yang kesuburannya rendah. Pemberian pupuk dapat dilakukan dua kali dalam setahun, dengan ukuran 5 kg pupuk per-pohon. Pembersihan areal penanaman juga perlu dilakukan guna menghindari tumbuhnya gulma (tumbuhan pengganggu) khususnya pada musim hujan atau 4 kali dalam setahun.

8. Panen dan Pasca Panen
Produksi gubal gaharu akan terbentuk setelah perlakuan berjalan 3 bulan. Hal ini dimulai dengan berubahnya warna kayu sekitar penyuntikan menjadi cokelat dan bertekstur keras serta berbau wangi. Pemanenan dapat dilakukan mulai dari 1 tahun setelah penginokulasian dengan cara menebang pohon. Kualitas gubal gaharu yang dihasilkan berbanding lurus dengan tingkat kesuburan pohon dan lamanya penginokulasian. Semakin lama penginokulasian maka semakin tinggi kualitas gubal gaharu yang dihasilkan. Potongan-potongan gubal gaharu dibersihkan dari bagian kayu yang tidak terbentuk menjadi gubal. Pembersihan kayu putih dari gubal memerlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus, sehingga tidak menurunkan kelas gubal akibat kurang terampilnya tenaga kerja. Kemudian dilakukan penyortiran berdasarkan kelasnya (Super, AB, BC, C1 dan C2). Untuk mengurangi kadar air, potongan gubal gaharu dikeringkan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari. Untuk gaharu kelas kemedangan selain dapat dipasarkan langsung dapat pula di distilasi untuk diambil minyaknya.

No comments:

Post a Comment