085695884057
Jual Inokulan Fusarium
Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi karena harganya sangat
mahal di pasaran internasional. Gaharu merupakan bahan dasar
dalam industri parfum, dupa, kosmetik, dan obat-obatan. Dalam perdagangan
internasional, gaharu dikenal sebagai agarwood, aloeswood,atau
oudh. Tanaman penghasil gaharu yang banyak dibudidayakan adalah genus
Aquilaria sp., Gyrynops sp., Gonystylus sp.,
dan Aetoxylonsympetallu. Di Indonesia, tanaman gaharu banyak
dibudidayakan di daerah Papua, Kalimantan, Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara,
Jawa, Sulawesi. Aquilaria malaccensis adalah
salah satu jenis tanaman hutan yang memiliki mutu sangat baik dengan nilai
ekonomi tinggi karena kayunya mengandung resin yang harum. Bagian tanaman
penghasil gaharu yang digunakan adalah bagian kayu yang membentuk gubal resin,
sebagai produk metabolit sekunder.
Gaharu adalah sejenis resin yang terbentuk
karena adanya infeksi pada pohon jenis Aquilaria sp., Gyrynops sp., Gonystylus sp., dan Aetoxylonsympetallu.
Infeksi ini mengakibatkan sumbatan pada pengaturan makanan, sehingga menghasilkan
suatu zat phytalyosin sebagai reaksi
dari infeksi tersebut. Infeksi didapat dari hasil perlukaan yang sebabkan oleh
alam (serangan hama dan penyakit seperti serangga, jamur, bakteri) atau karena
sengaja diinfeksi dengan jenis mikroba tertentu yang bersifat pathogen. Zat phytalyosin
merupakan resin gubal gaharu di dalam pohon karas dari jenis Aquilaria spp. Zat
yang berbau wangi jika dibakar ini tidak keluar dari batang gubalnya, tetapi
mengendap menjadi satu dalam batang. Hal ini terjadi pada tanaman yang sakit
dan tidak pada pohon yang sehat. Proses inilah yang menyebabkan terbentuknya
gaharu dalam batang. Gubal gaharu adalah bagian gubal gaharu yangmengandung
damar wangi dengan konsentrasi yang lebih rendah (Wulandari, 2000).
Aquilaria malaccensis merupakan family Thymeleaceae, tanaman ini memiliki
morfologi atau ciri-ciri fisiologi dimana tinggi pohon ini mencapai 40 meter
dengan diameter 60 cm. Pohon ini memiliki permukaan batang licin, warna
keputihan, kadang beralur dan kayunya agak keras. Tanaman ini memiliki bentuk
daun lonjong agak memanjang, panjang 6-8 cm,lebar 3-4 cm, bagian ujung
meruncing.Daun yang kering berwarna abu-abu kehijaun,agak bergelombang,
melengkung, permukaan daun atas-bawah licin dan mengkilap,tulang daun sekunder
12-16 pasang.Tanaman ini memiliki bunga yang terdapatdiujung ranting, ketiak
daun, kadang-kadang di bawah ketiak daun.Berbentuk lancip,panjang sampai 5 mm.
Dan buahnya berbentuk bulat telor, tertutup rapat oleh rambut-rambut yang
berwarna merah. Biasanya memiliki panjang hingga 4 cm lebar 2,5 cm(Tarigan,
2004).
Aquilaria malaccensis tumbuh dengan baik pada dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan laut
dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun. Suhu yang sesuai adalah antara
27°C - 32°C dengan kadar cahaya matahari
sebanyak 70%. Jenis tanah yang sesuai adalah
jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0 (Sumarna,
2005).
Gaharu terbentuk karena adanya produksi dan akumulasi
senyawa resin di dalam jaringan batang tanaman penghasil gaharu. Produksi resin
ini merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tanaman terhadap serangan hama
dan fungi patogen. Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon tanaman terhadap adanya
cendawan yang masuk kedalam jaringan tanaman yang luka. Luka dapat disebabkan
secara alami maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian.
Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing
sehingga sel tanaman akan menghasilkan senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap infeksi pathogen. Senyawa
fitoaleksin dapat berupa resin aromatik yang pada gaharu didominasi oleh
seskuiterpen dan kromon yang berwarna coklat atau hitam serta merupakan senyawa
harum penentu kualitas gubal gaharu. Gubal gaharu adalah bagian dari pohon yang
terinfeksi cendawan, berwarna coklat kehitaman dan harum baunya bila dibakar. Serangan
patogen menyebabkan terbentuknya resin yang terdeposit pada jaringan kayu,
akibatnya jaringan kayu mengeras, berwarna kehitaman dan berbau wangi.
Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter
batang poho kurang lebih 1/3 diameter batang.Diameter
infeksi merupakan tahapan cendawan yang berada pada kondisi stabil dan menetap
di dalam sel atau jaringan inang dan
memperoleh nutrisi dari inangnya.Cendawan membentuk hifa infeksi setelah
cendawan masuk ke dalam sel inang.Hifa infeksi merupakan perpanjangan hifa
penetrasi. Pada beberapa cendawan setelah terbentuk hifa penetrasi terbentuk
vesikel dan selanjutnya membentuk hifa infeksi. Terakhir cendawan akan
menghasilkan haustorium agar dapat memanfaatkan nutrisi sel inang (Mendgen
& Deising 1993). Secara umum Fusarium sp. membentuk struktur seperti haustorium (Kikot et al. 2009). Setelah
proses infeksi, cendawan melakukan kolonisasi
dengan berkembang atau memperbanyak diri, atau dua-duanya dalam jaringan
tanama.
Reaksi pohon penghasil gaharu tidak sama baik waktu maupun jenis gubal gaharu yang akan
dihasilkannya. Pembentukan kayu gaharu atau gubal disebabkan oleh Fusarium
lateritium dan Fusarium popularia tetapi badan penelitian dan pengembangan
kehutanan menemukan bahwa semua jenis Fusarium dapat menginfeksi tanaman gaharu
dan menghasilkan gubal gaharu. Fusarium sp. termasuk ke dalam kelompok cendawan
bermitospora.Bentuk spora aseksual
(konidia) merupakan ciri utama dari cendawan ini.Fusarium sp. memiliki 2 jenis
konidia yaitu mikrokonidia memiliki 0-1 septat sederhana yang terdiri atas satu
atau dua sel atau makrokonidia yang terdiri atas beberapa sel (2-10 sel) yang
berbentuk seperti bulan sabit.Konidia dibentuk di atas monopialid.Selain membentuk
makro dan mikro konidia, Fusarium sp. juga membentuk klamidospora ketika
kondisi lingkungan dan bahan makan kurang menguntungkan.Selain dapat
menginduksi terbentuknya gaharu, Fusarium sp.merupakan cendawan patogen tanaman
yang sering menyebabkan berbagai penyakit
pada tanaman seperti busuk pangkal batang, tumor akar (root crown), dan
penyakit pembuluh xylem (Groenewald, 2005).
Inokulasi adalah kontak awal patogen pada suatu
tanaman yang mungkin terinfeksi.Inokulum adalah bagian dari patogen yang dapat
memulai infeksi.Tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi pada tanaman,
hanya inokulum patogen berpotensi untuk menginfeksi tumbuhan. Gejala umum yang
ditimbulkan akibat infeksi cendawan diantaranya terjadi perubahan warna pada
daerah yang diinfeksi dan klorosis daun. Gejala yang terjadi bisa teramati
beberapa hari setelah tanaman diinokulasi cendawan.Namun, pada pohon gaharu
alam yang terbentuk secara alami dan terinfeksi selama bertahun-tahun perubahan
warna kayu terbentuk hampir pada semua bagian kayu tapi terjadinya klorosis
daun tidak terlihat lagi, sehingga ketika dilihat secara visual tanaman
terlihat sehat.
Cendawan kadang menghasilkan senyawa toksin
yang disekresikan saat penetrasi jaringan inang untuk merubah fisiologi tanaman
dan mengganggu permeabilitas dinding sel tanaman.Terganggunya permeabilitas sel tanaman akibat ikatan toksin pada membran sel
menyebabkan kerusakan struktur membran (Bushnell 1995).Kebanyakan toksin
merupakan senyawa sekunder berbobot
molekul rendah yang dikeluarkan secara ekstraseluler oleh cendawan (Prins et
al. 2000). Beberapa jenis toksin yang dihasilkan Fusarium spp. Diantaranya enniatin,
fumonisin, sambutoksin, dan trikotesen (Kim et al. 1995).
Keberhasilan cendawan dalam interaksi dengan
inangnya bergantung pada strategi cendawan dalam melakukan penetrasi tanaman inangnya). Interaksi cendawan patogen
akan menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada tanaman yang berdampak terhadap
terjadinya perubahan visual pada sel, jaringan, atau organ tanaman. Diantara ketiga
perubahan visual yang terjadi, perubahan pada tingkat sel memberikan informasi
yang lebih akurat tentang terjadinya perubahan fisiologi saat terjadi interaksi
cendawan dengan inangnya. Senyawa terpenoid merupakan salah satu metabolit sekunder
yang diproduksi oleh tumbuhan sebagai respon terhadap luka dan infeksi cendawa.
Terpenoid terdiri atas beberapa senyawa , mulai dari komponen miyak atsiri,
yaitu monoterpenoid dan sesquiterpenoid yang mudah menguap, diterpen yang lebih
sukar menguap, dan senyawa yang tidak menguap yaitu tripernoid daan sterol
(Harbone, 1987). Tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi pada tanaman,
hanya inokulum patogen berpotensi untuk menginfeksi tumbuhan.Inokulum memiliki mekanisme
bertahan, misalnya dorman pada kondisi inang dan atau lingkungan yang kurang
sesuai.
No comments:
Post a Comment