Thursday, January 22, 2015

BAKTERI ACETOBACTER XYLINUM







Acetobacter xylinum adalah bakteri yang mampu memfermentasi bahan menghasilkan nata (bahan selulosa berupa jeli). Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, mempunyai panjang kurang lebih 2 mikron dan permukaan dindingnya berlendir. Acetobacter xylinum mampu mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan asam organik lain pada waktu yang sama, dan mempolimerisasi glukosa sehingga terbentuk selulosa. Bakteri ini biasa digunakan untuk membuat nata de coco/nata de soya/nata de cassava. Bakteri ini merupakan bakteri yang menguntungkan dan tidak berbahaya. 
Acetobacter xylinum memiliki ciri-ciri antara lain merupakan gram negatif pada kultur yang masih muda, sedangkan pada kultur yang sudah tua merupakan gram positif, bersifat obligat aerobic artinya membutuhkan oksigen untuk bernafas, membentuk batang dalam medium asam, sedangkan dalam medium alkali berbentuk oval, bersifat non mortal dan tidak membentuk spora, tidak mampu mencairkan gelatin, tidak memproduksi H2S, tidak mereduksi nitrat dan termal death point pada suhu 65-70°C.
Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel secara teratur, mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian. Acetobacter xylinum akan mengalami fase adaptasi terlebih dahulu jika dipindahkan ke dalam media baru. Pada fase ini terjadi aktivitas metabolisme dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraseluler polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa. Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang, terdapat metabolit yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fase ini pertumbuhan tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak dibanding jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis. Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian, sel dengan cepat mengalami kematian tidak baik untuk dijadikan strain nata.
Pertumbuhan Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah kandungan nutrisi meliputi jumlah karbon dan nitrogen, tingkat keasaman media, pH, temperatur, dan udara (oksigen). Suhu optimal pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada 28–31˚C, pH optimal 3-4, memerlukan oksigen sehingga dalam fermentasi tidak ditutup dengan bahan kedap udara sehingga tidak memungkinkan udara masuk sama sekali, tutup untuk mencegah kotoran masuk ke dalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi.
Bibit Acetobacter xilynum berasal dari kultur murni yang sudah ada dapat dikembangbiakan dengan menggunakan media air kelapa atau substrat nanas. Bibit Acetobacter xilynum  yang dikembangkan dipilih dari bibit yang memiliki kualitas baik tidak terkontaminasi mikroorganisme lain, umur 4-10 hari.
Jual Bakteri Acetobacter xylinum, Acetobacter aceti, Lactobacillus sp., Bacillus sp. Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, Saccharomyces sp.
Enzym alfa amylase, gluco amylase, beta amylase, Asam asetat.

berminat bisa menghubungi
085695884057
085741862879

Jual Aneka Mikroba Untuk Industri Makanan, Pertanian dan Keperluan Riset


Kami menawarkan berbagai macam produk mikroba untuk keperluan industri makanan, pertanian dan juga untuk keperluan riset. Jika berminat silahkan hubungi 085695884057
Berikut List produk kami :

Potensi Pasar Produk Tahu


Tahu merupakan produk makanan berbahan baku kedelai yang sudah dikenal sejak lama di Indonesia. Berbeda dengan tempe yang merupakan makanan asli Indonesia, tahu merupakan produk makanan asal China. Sebagaimana produk tempe, tahu juga banyak digemari oleh masyarakat Indonesia karena memiliki cita rasa yang nikmat, bergizi tinggi dan harganya juga terjangkau. Di Indonesia, tahu sudah menjadi makanan yang sangat familier dikonsumsi oleh masyaratkat kelas bawah maupun kelas atas. Tahu sudah menjadi masakan yang sangat familier banyak dijumpai di warung-warung sekelas warteg hingga restoran papan atas. Selain sebagai menu masakan lauk pauk, tahu telah diolah menjadi berbagai aneka produk makanan khas seperti; tahu bakso, siomay, tahu goreng, tahu gejrot, gado-gado dan aneka camilan seperti keripik tahu dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa tahu memiliki pangsa pasar  yang luas.
Tahu merupakan produk makanan yang mudah rusak karena memiliki kadar air dan protein tinggi merupakan media tumbuh yang potensial bagi mikroorganisme pembusuk. Produk tahu memiliki umur simpan yang singkat 2-3 hari, hal ini menjadi faktor kendala untuk mencapai pasar yang lebih luas. Umumnya para pengrajin tahu berproduksi dalam skala home industri dengan kapasitas produksi sesuai kemampuan memasarkan hasil produksinya.
Untuk meningkatkan daya tahan tahu, umumnya para pengrajin tahu mencampurkan bahan pengawet. Namun, untuk mengawetkan tahu sebaiknya dilakukan dengan bahan-bahan yang aman tidak menimbulkan penyakit atau kematian terhadap konsumen. Penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti formalin harus dihindari. Tahu yang telah direndam dengan formalin teksturnya menjadi kompak dan keras dan kadar airnya lebih sedikit. Tahu yang memiliki kualitas baik adalah memiliki warna cerah dan bersih, tidak keras, tidak berbau, menggunakan pewarna alami seperti kunyit. Pengawetan tahu yang aman dan murah dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kalium sorbat. Tahu yang direndam dalam larutan air mendidih yang dicampur kalium sorbat 0,3%, memiliki  umur simpan seminggu dalam suhu kamar. Cara lain yang umumnya digunakan oleh para pengrajin tahu adalah dengan merendam dalam larutan kunyit yang telah disaring dan ditambahkan air jeruk nipis yang dipanaskan hingga mendidih. Cara ini dapat mengawetkan tahu selama 3 hari.
Industri tahu umumnya merupakan industri skala rumahan dengan jumlah tenaga kerja sedikit kurang lebih 2-6 orang dan investasi yang diperlukan tidak terlalu besar. Teknologi proses pada industri tahu sederhana dan mudah dipelajari sehingga industri tahu dapat dijalankan oleh siapa saja. Industri tahu juga tidak memerlukan tempat produksi yang luas dan dapat dijalankan di area perkampungan maupun perkotaan asalkan limbahnya dapat tertangani dengan baik dan tidak mengganggu lingkungan. Industri tahu menghasilkan limbah ampas tahu dan limbah cair tidak berbahaya, namun jika pengelolaannya tidak baik dibuang begitu saja ke lingkungan dapat mengganggu kenyamanan lingkungan.

Peranan Bioteknologi Dalam Teknologi Pangan



Mikroba adalah organisme yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya seperti mikroskop, lup, atau alat canggih lainnya. Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer. Beberapa mikroorganisme yang dikenal meliputi jenis bakteri, jamur (kapang) dan khamir. Mikroba ada yang menguntungkan ada yang merugikan dan banyak kita jumpai di sekeliling kita. Mikroba banyak terdapat di udara yang kita hirup, makanan atau minuman yang tercemar (terkontaminasi), di permukaan kulit, mulut, hidung dan setiap lubang pada tubuh, serta pada saluran pernafasan dan pencernaan.
Sebagian mikroba dari jenis jenis bakteri dan jamur memiliki peran penting dalam proses pengolahan bahan pangan. Mikroba ini mempunyai peranan dalam proses fermentasi sehingga menghasilkan produk olahan makanan dan minuman. Beberapa peranan mikroba pada pangan yang menguntungkan terdapat pada proses pembuatan tempe, oncom, ragi roti, tape, terasi, yoghurt, tauco, kecap, dan keju. Mikroba perusak makanan adalah mikroba yang mengakibatkan kerusakan pangan seperti menimbulkan bau busuk, lendir, asam, perubahan warna, pembentukan gas dan perubahan lain yang tidak diinginkan. Bakteri dan jamur (kapang dan khamir) merupakan jenis mikroba pangan yang bermanfaat dalam proses pembuatan makanan dan minuman, terbukti dengan adanya produk olahan pangan yang sangat diminati.
Ada dua jenis mikroba dilihat dari manfaatnya, yaitu mikroba baik dan mikroba yang merugikan bagi kehidupan manusia. Berikut diuraikan mikroba yang menguntungkan dan merugikan.
A. Mikroba yang menguntungkan
Mikroba yang baik bagi manusia diantaranya adalah mikroba pangan yang membantu manusia pada proses pembuatan makanan dan minuman. Peranan mikroba dalam pembuatan berbagai makanan fermentasi sebagai pengawet sumber makanan tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. Di beberapa kawasan Indonesia, tanpa disadari makanan hasil fermentasi laktat telah lama menjadi bagian di dalam menu makanan sehari-hari. Yang paling terkenal adalah asinan sayuran dan buah-buahan. Selama pembuatan kecap, tauco, serta terasi, bakteri laktat banyak dilibatkan. Bekasam atau bekacem dari Sumatera bagian Selatan, yaitu ikan awetan yang difermentasi dengan bantuan bakteri laktat, bukan saja merupakan makanan tradisional yang digemari, tetapi juga menjadi contoh pengawetan secara biologis yang luas penggunaannya. Fermentasi dengan menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH pangan turun di bawah 5,0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkan muntah-muntah, diare, atau muntaber.
Berikut ini adalah beberapa jenis mikroba yang dimanfaatkan dalam teknologi pangan antara lain adalah:
a. Bakteri
Bakteri dimanfaatkan pada pembuatan makanan dan minuman melalui proses fermentasi/pemeraman. Jenis-jenis bakteri fermentasi adalah:
a.1. Lactobacillus
Bakteri ini dikenal juga dengan nama bakteri laktat terdiri dari delapan jenis yang mempunyai manfaat berbeda-beda. Diantara jenis bakteri lactobacillus yang paling dikenal adalah Lactobacillus bulgaricus dan Lactobacillus sp. Lactobacillus bulgaricus merupakan salah satu bakteri yang berperan penting dalam pembuatan yoghurt. Yoghurt merupakan hasil olahan fermentasi dari susu. Bakteri ini hidup di dalam susu dan mengeluarkan asam laktat yang dapat mengawetkan susu dan mengurai gula susu sehingga orang yang tidak tahan dengan susu murni dapat mengonsumsi yoghurt tanpa khawatir akan menimbulkan masalah kesehatan.
Sedangkan Lactobacillus sp. biasanya digunakan untuk pembuatan terasi. Terasi biasanya terbuat dari udang kecil (rebon), ikan kecil ataupun teri. Proses pembuatan terasi dilakukan secara fermentasi. Rebon yang telah kering ditumbuk dan dicampur dengan bahan lain kemudian diperam selama 3-4 minggu. Selama fermentasi, protein diekstrak menjadi turunan-turunanya seperti pepton, peptida dan asam amino. Fermentasi juga menghasilkan amonia yang menyebabkan terasi berbau merangsang.
Ada beberapa jenis lactobacillus yang juga berperan dalam pembuatan kefir. Bakteri yang berperan antara lain: Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus kefir, Lactobacillus kefirgranum, Lactobacillus parakefir. Semua bakteri tadi merupakan bibit kefir dan berfungsi sebagai penghasil asam laktat dari laktosa. Sedangkan Lactobacillus kefiranofaciens berperan sebagai pembentuk lendir (matriks butiran kefir).
a.2. Streptococcus
Jenis bakteri streptococcus yang biasanya digunakan dalam makanan adalah Streptococcus lactis. Bakteri ini berperan dalam pembuatan mentega, keju dan yoghurt. Pada pembuatan yoghurt, bakteri streptococcus bekerjasama dengan bakteri lactobacillus. Bakteri lactobacillus berperan dalam pembentukan aroma yoghurt, sedangkan bakteri Streptococcus lactis berperan dalam pembentukan rasa yoghurt.
Pada pembuatan mentega dan keju, bakteri Streptococcus lactis diperlukan untuk menghasilkan asam laktat. Pada pembuatan keju, asam laktat dapat menghasilkan gumpalan susu berbentuk seperti tahu. Gumpalan ini kemudian dipadatkan dan diberi garam. Garam berfungsi untuk mempercepat proses pengeringan, penambah rasa dan pengawet. keju diperam untuk dimatangkan selama sekitar 4 minggu. Selama proses pemeraman inilah, citarasa dan tekstur dari keju terbentuk. a.3. Pediococcus cerevisiae
Bakteri Pediococcus sp. digunakan dalam pembuatan sosis. Tidak semua sosis dibuat melalui proses fermentasi. Sosis fermentasi dikenal dengan istilah dry sausage atau semi dry sausage. Contoh sosis jenis ini antara lain adalah Salami Sausage, Papperson Sausage, Genoa Sausage, Thurringer Sausage, Cervelat SausageChauzer Sausage. dan
a.4. Acetobacter
Jenis acetobacter yang terkenal perannya dalam pengolahan makanan adalah Acetobacter xylinum yang berperan dalam pembuatan nata de coco. Bakteri ini disebut juga dengan bibit nata. Bakteri akan membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah asam. Dalam kondisi tersebut, bakteri akan menghasilkan enzim yang dapat membentuk zat gula menjadi serat atau selulosa. Dari jutaan bakteri yang tumbuh pada air kelapa tersebut akan dihasilkan jutaan benang-benang selulosa yang akan memadat dan menjadi lembaran-lembaran putih yang disebut nata.
b. Mikroba jenis fungi
b.1. Jamur Rhyzopus oryzae
Jamur ini sangat berperan dalam pembuatan tempe. Tempe sendiri dapat dibuat dari kacang kedelai maupun bahan nabati lain yang berprotein. Pada tempe berbahan kedelai, jamur selain berfungsi untuk mengikat atau menyatukan biji kedelai juga menghasilkan berbagai enzim yang dapat meningkatkan nilai cerna saat dikonsumsi.
b.2. Neurospora sitophila
Jamur ini berperan dalam pembuatan oncom. Oncom dapat dibuat dari kacang tanah yang ditambahkan dengan bahan makanan lain seperti bungkil tahu. Bahan-bahan tersebut dapat menjadi oncom dengan bantuan jamur oncom. Proses yang terjadi dalam pembuatan oncom hampir sama dengan pembuatan tempe.
b.3. Aspergillus wentii dan Aspergillus oryzae
Jamur-jamur ini berperan dalam pembuatan kecap dan tauco. Kecap atau tauco dibuat dari kacang kedelai. Proses pembuatannya mengalami dua tahap fermentasi. Proses fermentasi pertama, yaitu adanya peran jamur Aspergillus wentii dan Aspergillus oryzae. Protein akan diubah menjadi bentuk protein terlarut, peptida, pepton dan asam-asam amino, sedangkan karbohidrat diubah oleh aktivitas enzim amilolitik menjadi gula reduksi. Proses fermentasi kedua menghasilkan kecap atau tauco yang merupakan aktivitas bateri Lactobacillus sp. Gula yang dihasilkan pada Kecap proses fermentasi diubah menjadi komponen asam amino yang menghasilkan rasa dan aroma khas kecap.
b.4. Saccharomyces cerevisiae
Jamur ini dimanfaatkan untuk pembuatan tape, roti dan minuman beralkohol dengan cara fermentasi. Tape dibuat dari singkong atau beras ketan. Dalam pembuatan tape, mikroba berperan untuk mengubah pati menjadi gula sehingga pada awal fermentasi tape berasa manis. Selain Saccharomyces cerivisiae, dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. Kedua mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi Tape gula sederhana (glukosa). Adanya gula menyebabkan mikroba yang menggunakan sumber karbon gula mampu tumbuh dan menghasilkan alkohol. Keberadaan alkohol juga memacu tumbuhnya bakteri pengoksidasi alkohol yaitu Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebabkan rasa masam pada tape yang dihasilkan.
Pada pembuatan roti, fermentasi berfungsi menambah cita rasa, mengembangkan adonan roti dan membuat roti berpori. Hal ini disebabkan oleh gas CO2 yang merupakan hasil fermentasi. Roti yang dibuat menggunakan ragi memerlukan waktu fermentasi sebelum dilakukan pemanggangan. Pembuat roti harus menyimpan adonan di tempat yang hangat dan agak lembab. Keadaan lingkungan tersebut dapat memungkinkan ragi untuk berkembang biak, memproduksi karbon dioksida secara terus menerus selama proses fermentasi.
B. Mikroba yang merugikan
Mikroba perusak pangan adalah mikroba yang mengakibatkan kerusakan pada pangan seperti menimbulkan bau busuk, lendir, asam, perubahan warna, pembentukan gas dan perubahan lain yang tidak diinginkan. Ciri makanan biasanya basi atau rusak yang tampak pada kenampakan/tekstur bahan makanan dan minuman. Berikut adalah bakteri perusak makanan yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan:
• Clostridium botulinin, penyebab racun botulinin yang terdapat pada makanan kaleng
• Pseudomonas cocovenenans, asam bongkrek pada tempe dan oncom
• Leuconostoc mesenteroides, terdapat pada makanan yang sudah berlendir


Jual Aneka Mikroba Untuk Industri Dan Penelitian
silahkan hubungi nomor dibawah ini
085695884057
085741862879

Thursday, January 8, 2015

Produksi Gaharu Dengan Inokulasi Fusarium




085695884057
Jual Inokulan Fusarium

Gaharu merupakan salah satu komoditi hasil hutan yang  memiliki nilai ekonomis sangat tinggi karena harganya sangat mahal di pasaran internasional. Gaharu merupakan bahan dasar dalam industri parfum, dupa, kosmetik, dan obat-obatan. Dalam perdagangan internasional, gaharu dikenal sebagai agarwood, aloeswood,atau oudh. Tanaman penghasil gaharu yang banyak dibudidayakan adalah genus Aquilaria sp., Gyrynops sp., Gonystylus sp., dan Aetoxylonsympetallu. Di Indonesia, tanaman gaharu banyak dibudidayakan di daerah Papua, Kalimantan, Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara, Jawa, Sulawesi. Aquilaria malaccensis adalah salah satu jenis tanaman hutan yang memiliki mutu sangat baik dengan nilai ekonomi tinggi karena kayunya mengandung resin yang harum. Bagian tanaman penghasil gaharu yang digunakan adalah bagian kayu yang membentuk gubal resin, sebagai produk metabolit sekunder.

Gaharu adalah sejenis resin yang terbentuk karena adanya infeksi pada pohon jenis Aquilaria sp., Gyrynops sp., Gonystylus sp., dan Aetoxylonsympetallu. Infeksi ini mengakibatkan sumbatan pada pengaturan makanan, sehingga menghasilkan suatu zat phytalyosin sebagai reaksi dari infeksi tersebut. Infeksi didapat dari hasil perlukaan yang sebabkan oleh alam (serangan hama dan penyakit seperti serangga, jamur, bakteri) atau karena sengaja diinfeksi dengan jenis mikroba tertentu yang bersifat pathogen.  Zat phytalyosin merupakan resin gubal gaharu di dalam pohon karas dari jenis Aquilaria spp. Zat yang berbau wangi jika dibakar ini tidak keluar dari batang gubalnya, tetapi mengendap menjadi satu dalam batang. Hal ini terjadi pada tanaman yang sakit dan tidak pada pohon yang sehat. Proses inilah yang menyebabkan terbentuknya gaharu dalam batang. Gubal gaharu adalah bagian gubal gaharu yangmengandung damar wangi dengan konsentrasi yang lebih rendah (Wulandari, 2000).

Aquilaria malaccensis merupakan family Thymeleaceae, tanaman ini memiliki morfologi atau ciri-ciri fisiologi dimana tinggi pohon ini mencapai 40 meter dengan diameter 60 cm. Pohon ini memiliki permukaan batang licin, warna keputihan, kadang beralur dan kayunya agak keras. Tanaman ini memiliki bentuk daun lonjong agak memanjang, panjang 6-8 cm,lebar 3-4 cm, bagian ujung meruncing.Daun yang kering berwarna abu-abu kehijaun,agak bergelombang, melengkung, permukaan daun atas-bawah licin dan mengkilap,tulang daun sekunder 12-16 pasang.Tanaman ini memiliki bunga yang terdapatdiujung ranting, ketiak daun, kadang-kadang di bawah ketiak daun.Berbentuk lancip,panjang sampai 5 mm. Dan buahnya berbentuk bulat telor, tertutup rapat oleh rambut-rambut yang berwarna merah. Biasanya memiliki panjang hingga 4 cm lebar 2,5 cm(Tarigan, 2004).

Aquilaria malaccensis tumbuh dengan baik pada dataran rendah hingga pegunungan dengan  ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan laut dengan curah hujan kurang dari 2000 mm/tahun. Suhu yang sesuai adalah antara 27°C -  32°C dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%. Jenis tanah yang sesuai adalah jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0 (Sumarna, 2005).

Gaharu terbentuk karena adanya produksi dan akumulasi senyawa resin di dalam jaringan batang tanaman penghasil gaharu. Produksi resin ini merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tanaman terhadap serangan hama dan fungi patogen. Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon tanaman terhadap adanya cendawan yang masuk kedalam jaringan tanaman yang luka. Luka dapat disebabkan secara alami maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi pathogen. Senyawa  fitoaleksin dapat berupa resin aromatik yang pada gaharu didominasi oleh seskuiterpen dan kromon yang berwarna coklat atau hitam serta merupakan senyawa harum penentu kualitas gubal gaharu. Gubal gaharu adalah bagian dari pohon yang terinfeksi cendawan, berwarna coklat kehitaman dan harum baunya bila dibakar. Serangan patogen menyebabkan terbentuknya resin yang terdeposit pada jaringan kayu, akibatnya jaringan kayu mengeras, berwarna kehitaman dan berbau wangi.

Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang poho kurang lebih 1/3 diameter batang.Diameter infeksi merupakan tahapan cendawan yang berada pada kondisi stabil dan menetap di  dalam sel atau jaringan inang dan memperoleh nutrisi dari inangnya.Cendawan membentuk hifa infeksi setelah cendawan masuk ke dalam sel inang.Hifa infeksi merupakan perpanjangan hifa penetrasi. Pada beberapa cendawan setelah terbentuk hifa penetrasi terbentuk vesikel dan selanjutnya membentuk hifa infeksi. Terakhir cendawan akan menghasilkan haustorium agar dapat memanfaatkan nutrisi sel inang (Mendgen & Deising 1993). Secara umum Fusarium sp. membentuk struktur seperti  haustorium (Kikot et al. 2009). Setelah proses infeksi, cendawan melakukan  kolonisasi dengan berkembang atau memperbanyak diri, atau dua-duanya dalam jaringan tanama.

Reaksi pohon penghasil gaharu tidak sama baik  waktu maupun jenis gubal gaharu yang akan dihasilkannya. Pembentukan kayu gaharu atau gubal disebabkan oleh Fusarium lateritium dan Fusarium popularia tetapi badan penelitian dan pengembangan kehutanan menemukan bahwa semua jenis Fusarium dapat menginfeksi tanaman gaharu dan menghasilkan gubal gaharu. Fusarium sp. termasuk ke dalam kelompok cendawan bermitospora.Bentuk  spora aseksual (konidia) merupakan ciri utama dari cendawan ini.Fusarium sp. memiliki 2 jenis konidia yaitu mikrokonidia memiliki 0-1 septat sederhana yang terdiri atas satu atau dua sel atau makrokonidia yang terdiri atas beberapa sel (2-10 sel) yang berbentuk seperti bulan sabit.Konidia dibentuk di atas monopialid.Selain membentuk makro dan mikro konidia, Fusarium sp. juga membentuk klamidospora ketika kondisi lingkungan dan bahan makan kurang menguntungkan.Selain dapat menginduksi terbentuknya gaharu, Fusarium sp.merupakan cendawan patogen tanaman yang sering menyebabkan berbagai penyakit  pada tanaman seperti busuk pangkal batang, tumor akar (root crown), dan penyakit pembuluh xylem (Groenewald, 2005).

Inokulasi adalah kontak awal patogen pada suatu tanaman yang mungkin terinfeksi.Inokulum adalah bagian dari patogen yang dapat memulai infeksi.Tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi pada tanaman, hanya inokulum patogen berpotensi untuk menginfeksi tumbuhan. Gejala umum yang ditimbulkan akibat infeksi cendawan diantaranya terjadi perubahan warna pada daerah yang diinfeksi dan klorosis daun. Gejala yang terjadi bisa teramati beberapa hari setelah tanaman diinokulasi cendawan.Namun, pada pohon gaharu alam yang terbentuk secara alami dan terinfeksi selama bertahun-tahun perubahan warna kayu terbentuk hampir pada semua bagian kayu tapi terjadinya klorosis daun tidak terlihat lagi, sehingga ketika dilihat secara visual tanaman terlihat sehat.

Cendawan kadang menghasilkan senyawa toksin yang disekresikan saat penetrasi jaringan inang untuk merubah fisiologi tanaman dan mengganggu permeabilitas dinding sel tanaman.Terganggunya permeabilitas sel  tanaman akibat ikatan toksin pada membran sel menyebabkan kerusakan struktur membran (Bushnell 1995).Kebanyakan toksin merupakan senyawa sekunder  berbobot molekul rendah yang dikeluarkan secara ekstraseluler oleh cendawan (Prins et al. 2000). Beberapa jenis toksin yang dihasilkan Fusarium spp. Diantaranya enniatin, fumonisin, sambutoksin, dan trikotesen (Kim et al. 1995).

Keberhasilan cendawan dalam interaksi dengan inangnya bergantung pada strategi cendawan dalam melakukan penetrasi  tanaman inangnya). Interaksi cendawan patogen akan menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada tanaman yang berdampak terhadap terjadinya perubahan visual pada sel, jaringan, atau organ tanaman. Diantara ketiga perubahan visual yang terjadi, perubahan pada tingkat sel memberikan informasi yang lebih akurat tentang terjadinya perubahan fisiologi saat terjadi interaksi cendawan dengan inangnya. Senyawa terpenoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang diproduksi oleh tumbuhan sebagai respon terhadap luka dan infeksi cendawa. Terpenoid terdiri atas beberapa senyawa , mulai dari komponen miyak atsiri, yaitu monoterpenoid dan sesquiterpenoid yang mudah menguap, diterpen yang lebih sukar menguap, dan senyawa yang tidak menguap yaitu tripernoid daan sterol (Harbone, 1987). Tidak semua inokulum mampu melakukan infeksi pada tanaman, hanya inokulum patogen berpotensi untuk menginfeksi tumbuhan.Inokulum memiliki mekanisme bertahan, misalnya dorman pada kondisi inang dan atau lingkungan yang kurang sesuai.

JUAL ANEKA MIKROBA UNTUK INDUSTRI DAN PRAKTIKUM




berminat silahkan hubungi 085695884057
 
No
Jenis Mikrobia
Keterangan

1 Aspergillus niger
Fungi, memiliki spora,

2 Aspergillus oryzae
Fungi, memiliki spora,

3 Aspergillus sojae
Fungi, berspora

4 Aspergillus oligosporus
Fungi, berspora

5 Acetobacter aceti
Bakteri

6 Acetobacter xylinum
Bakteri

7 Bacillus substilis
Bakteri

8 Bacillus cereus
Bakteri

9 Brevibacterium flavum
Bakteri

10 Candida albicans
Yeast

11 Candida tropicalis
Yeast

12 Corynebacterium glutanicum
Bakteri

13 Enterococcus faecium
Bakteri

14 Lactobacillus acidophilus
Bakteri

15 Lactobacillus bifidus
Bakteri

16 Lactobacillus confuses
Bakteri

17 Lactobacillus curvatus
Bakteri

18 Lactobacillus fermentum
Bakteri

19 Lactobacillus murineus
Bakteri

20 Lactobacillus plantarum
Bakteri

21 Lactobacillus bulgaricus
Bakteri

22 Lactobacillus casei
Bakteri

23 Lactobacillus lactis
Bakteri

24 Lactobacillus delbrucki
Bakteri

25 Micrococcus luteus
Bakteri

26 Psudomonas flourescens
Bakteri

27 Rhodotorula glutinis
Yeast

28 Rhyzopus oryzae
Fungi

29 Rhyzopus olygosporus
Fungi

30 Saccharomyces cereviceae
Yeast, berspora

31 Saccharomyces fibulegera
Yeast, berpsora

32 Saccharomyces lypolitica
Yeast, berpsora

33 Streptococcus thermophilus
Bakteri

34 Trychoderma viridae
Fungi





Dan lain-lain....

Jual Aneka Mikroba Untuk Industri Makanan, Pertanian dan Keperluan Riset


Kami menawarkan berbagai macam produk mikroba untuk keperluan industri makanan, pertanian dan juga untuk keperluan riset. Jika berminat silahkan hubungi 085695884057
Berikut List produk kami :

:A
Absidia corymbifera FNCC
Aspergillus terreus FNCC
Acetobacter aceti FNCC
Atopobium vaginae ATCC BAA-55
Acetobacter xylinum FNCC
Aspergillus versicolor FNCC
Achomobachter xylosoxidans subsp. Xylosoxidans ATCC 27061
Aspergillus wentii FNCC
Acinetobacter baumanni ATCC 19606
Aureobasidium pullulans FNCC
Acinetobacter baumanni ATCC BAA-747
Acinetobacter sp. ATCC 49139
Acinetobacter Iwoffii ATCC 17925
Acinetobacter sp. ATCC 49137
Acinetobacter sp. ATCC 49466
Acinetobacter sp. ATCC 9957
Actinomyces odontolyticus ATCC 17929
Actinomyces viscosus ATCC 15987
Actinomyces viscosus ATCC 43146
Aerococcus viridans ATCC 11563
Aerococcus viridans ATCC 700406
Aeromonas caviae ATCC 15468
Aeromonas hydrophila ATCC 35654
Aeromonas hydrophila ATCC 49140
Aeromonas hydrophila ATCC 7965
Aeromonas hydrophila ATCC 7966
Aeromonas salmonicida ATCC 33658
Aeromonas veronii biogroup sobria ATCC 9071
Aggregatibacter aphrophilus ATCC 33389
Agrobacterium tumefaciens FNCC
Alcaligenes faecalis ATCC 35655
Alcaligenes faecalis subsp. Faecalis ATCC 8750
Alcaligenes xylosoxydans subsp. denitrificans FNCC
Alternaria alternata FNCC
Alternaria alternata TX 8025
Aneurinibacillus aneurinolyticus ATCC 11376
Arcanobacterium pyogenes ATCC 19411
Arcanobacterium pyogenes ATCC 49698
Aspergillus awamori FNCC
Aspergillus brasiliensis ATCC 16404
Aspergillus brasiliensis ATCC 9642
Aspergillus candidus FNCC
Aspergillus flavipes FNCC
Aspergillus flavipes FNCC
Aspergillus flavus FNCC
Aspergillus fumigatus FNCC
Aspergillus fumigatus KM 8001
Aspergillus japonicus FNCC
Aspergillus niger FNCC
Aspergillus niveus FNCC
Aspergillus ochraceus FNCC
Aspergillus orzaye ATCC 10124
Aspergillus oryzae FNCC
Aspergillus parasiticus FNCC
Aspergillus punicius FNCC
Aspergillus restrictus FNCC
Aspergillus sojae FNCC
Aspergillus tamarii FNCC

B
Bacillus amyloliquefaciens FNCC
Bacillus amylolyticus FNCC
Bacillus badius ATCC 14574
Bacillus cereus ATCC 11778
Bacillus cereus ATCC 14579
Bacillus cereus FNCC
Bacillus coagulans FNCC
Bacillus circulans ATCC 61
Bacillus licheniformis ATCC 12759
Bacillus macerans Schardinger FNCC
Bacillus megaterium ATCC 14581
Bacillus megaterium FNCC
Bacillus polymyxa FNCC
Bacillus pumilus ATCC BAA-1434
Bacillus stearothermophilus ATCC 10149
Bacillus stearothermophillus FNCC
Bacillus subtilis ATCC 6633
Bacillus subtilis FNCC
Bacteroides fragilis ATCC 23745
Bacteroides fragilis ATCC 25285
Bacteroides ovatus ATCC 8483
Bacteroides ovatus ATCC BAA-1296
Bacteroides ovatus ATCC BAA-1304
Bacteroides thetaiotaomicron ATCC 29741
Bacteroides uniformis ATCC 8492
Bacteroides ureolyticus ATCC 33387
Bacteroides vulgatus ATCC 8482
Bifidobacterium breve ATCC 15700
Bordetella brochiseptica ATCC 10580
Bordetella brochiseptica ATCC 4617
Bordetella pertussis ATCC 12742
Bordetella pertussis ATCC 9340
Brevibacterium flavum FNCC
Brevibacterium lipolyticum FNCC
Brevibscillus agri ATCC 51663
Brevibscillus laterosporus ATCC 64
Brevundimonas diminuta ATCC 11568
Brevundimonas diminuta ATCC 19146
Brochothrix thermosphacta ATCC 11509
Burkholderia cepacia ATCC 17765
Burkholderia cepacia ATCC 25416
Burkholderia cepacia ATCC 25608

C
Campylobacter coli ATCC 33559
Campylobacter coli ATCC 43478
Campylobacter jejuni ATCC 29428
Campylobacter jejuni subsp. Jejuni ATCC 33291
Clostridium histolyticum ATCC 19401
Campylobacter jejuni subsp. Jejuni ATCC 33292
Clostridium novyi ATCC 7659
Candida albicans ATCC 10231
Clostridium novyi Type A ATCC 19402
Candida albicans ATCC 14053
Clostridium septicum ATCC 12464
Candida albicans ATCC 2091
Clostridium sordellii ATCC 9714
Candida albicans ATCC 36232
Clostridium sporogenes ATCC 11437
Candida albicans ATCC 60193
Clostridium sporogenes ATCC 19404
Candida albicans ATCC 66027
Clostridium sporogenes ATCC 3584
Candida albicans ATCC 90028
Clostridium tertium ATCC 19405
Candida curvata FNCC
Corynebacterium diphtheriae ATCC 13812
Candida dubliniensis ATCC MYA-577
Corynebacterium glutanicum FNCC
Candida geochares ATCC 36852
Corynebacterium hoagii FNCC
Candida glabrata ATCC 15126
Corynebacterium jeikeium ATCC 43734
Candida glabrata ATCC 2001
Corynebacterium minutissimum ATCC 23348
Candida glabrata ATCC 66032
Corynebacterium pseudodiphhtheriticum ATCC 10700
Candida glabrata ATCC MYA-2950
Corynebacterium pseudodiphhtheriticum ATCC 10701
Candida guiliermondii ATCC 6260
Corynebacterium renale ATCC 19412
Candida kefyr ATCC 204093
Corynebacterium renale ATCC BAA-1785
Candida kefyr ATCC 2512
Corynebacterium striatum ATCC BAA-1293
Candida kefyr ATCC 66028
Corynebacterium urealyticum ATCC 43044
Candida kefyr FNCC
Corynebacterium xerosis ATCC 373
Candida krusei ATCC 14243
Cronobacter muytjensii ATCC 51329
Candida krusei ATCC 34135
Cryptococcus albidus ATCC 66030
Candida krusei FNCC
Cryptococcus albidus var. Albidus ATCC 10666
Candida lipolytica FNCC
Cryptococcus albidus var. Albidus ATCC 34140
Candida lusitaniae ATCC 34449
Cryptococcus curvatus FNCC
Candida lusitaniae ATCC 42720
Cryptococcus humicolus ATCC 9949
Candida lusitaniae ATCC 66035
Cryptococcus laurentii ATCC 18803
Candida norvegensis FNCC
Cryptococcus laurentii ATCC 66036
Candida parapsilosis ATCC 22019
Cryptococcus laurentii ATCC 76483
Candida parapsilosis ATCC 34136
Cryptococcus neoformans ATCC 14116
Candida parapsilosis ATCC 90018
Cryptococcus neoformans ATCC 204092
Candida tropicalis ATCC 1369
Cryptococcus neoformans ATCC 32045
Candida tropicalis ATCC 201380
Cryptococcus neoformans ATCC 34877
Candida tropicalis ATCC 66029
Cryptococcus neoformans ATCC 56991
Candida tropicalis ATCC 750
Cryptococcus neoformans ATCC 66031
Candida tropicalis FNCC
Cryptococcus neoformans ATCC 76484
Candida utilis ATCC 9950
Cryptococcus uniguttulatus ATCC 66033
Candida utilis FNCC
Curtobacterium pusillum ATCC 19096
Candida wicherhamii FNCC
Curvularia lunata FNCC
Cellulosimicrobium cellulans ATCC 27402
Curvularia sp. KM 8023
Chlamydomucor oryzae FNCC
Citrobacter braakii ATCC 10625
Citrobacter diversus KM 11012
Citrobacter freundii ATCC 8090
Cladosporium cladosporioides FNCC
Clostridium acetobutylicum FNCC
Clostridium barati ATCC 27638
Clostridium difficile ATCC 43255
Clostridium difficile ATCC 700057
Clostridium difficile ATCC 9689
Clostridium difficile ATCC BAA-1870

D
Debaryomyces hansenii FNCC
Debaryomyces polymorphus FNCC

E
Edwardsiella tarda ATCC 15947
Eggerthella lenta ATCC 43055
Eikenella corrodens ATCC 23834
Eikenella corrodens ATCC BAA-1152
Elizabethkingia meningoseptica ATCC 13253
Enterobacter aerogenes ATCC 13048
Enterobacter aerogenes ATCC 35028
Enterobacter aerogenes ATCC 35029
Enterobacter aerogenes ATCC 49071
Enterobacter cloacae ATCC 13047
Enterobacter cloacae ATCC 23355
Enterobacter cloacae ATCC 35030
Enterobacter gergoviae ATCC 33028
Enterobacter hormaechei ATCC 700323
Enterococcus avium ATCC 14025
Enterococcus casseliflavus ATCC 700327
Enterococcus durans ATCC 11576
Enterococcus durans ATCC 49135
Enterococcus durans ATCC 49479
Enterococcus durans ATCC 6056
Enterococcus faecalis ATCC 19433
Enterococcus faecalis ATCC 29212
Enterococcus faecalis ATCC 49149
Enterococcus faecalis ATCC 49452
Enterococcus faecalis ATCC 51299
Enterococcus faecalis ATCC 7080
Enterococcus faecalis ATCC 35667
Enterococcus faecalis ATCC 51559
Enterococcus faecalis ATCC 700221
Enterococcus gallinarum ATCC 700425
Enterococcus hirae ATCC 8043
Enterococcus raffinosus ATCC 49464
Enterococcus saccharolyticus ATCC 43076
Epidermophyton floccosum ATCC 52066
Erysipelothrix rhusiopathiae ATCC 19414
Escherichia coli ATCC 10536
Escherichia coli ATCC 11229
Escherichia coli ATCC 11775
Escherichia coli ATCC 12014
Escherichia coli ATCC 13706
Escherichia coli ATCC 25992
Escherichia coli ATCC 29194
Escherichia coli ATCC 35218
Escherichia coli ATCC 35421
Escherichia coli ATCC 4157
Escherichia coli ATCC 51446
Escherichia coli ATCC 51755
Escherichia coli ATCC 8739
Esherichia coli FNCC
Eurotium amstelodami FNCC
Eurotium chevalieri FNCC
Eurotium rubrum FNCC
Exiguobacterium aurantiacum ATCC 49676
Exophiala jeanselmei ATCC 10224

F
Fusarium longipes FNCC
Fusarium moniliforme FNCC
Fusarium semitectum FNCC
Fusarium solani FNCC
Fusobacterium mortiferum ATCC 25557
Fusobacterium mortiferum ATCC 9817
Fusobacterium necrophorum ATCC 25286
Fusobacterium nucleatumum ATCC 10953
Fusobacterium nucleatumum subsp. Nucleatum ATCC 25586
Fusobacterium oxysporum ATCC 48112
Fluoribacter bozemanae ATCC 33217
Fluoribacter dumoffii ATCC 33279
Fonsecaesa pedrosoi ATCC 28174

G
Gardnerella vaginalis ATCC 14018
Gardnerella vaginalis ATCC 49145
Gemella morbillorum ATCC 27824
Geobacillus stearothermophilus ATCC 10149
Geobacillus stearothermophilus ATCC 12978
Geobacillus stearothermophilus ATCC 12980
Geobacillus stearothermophilus ATCC 7953
Geomyces pannorum FNCC
Geotrichum candidum ATCC 34614
Geotrichum candidum ATCC 10663
Geotrichum candidum ATCC 28576
Geotricum candidum FNCC
Gordona rubropertinctus FNCC
Gordona terrae FNCC

H
Haemophilus aphrophilus ATCC 19415
Haemophilus haemoglobinophilus ATCC 19416
Haemophilus haemolyticus ATCC 33390
Haemophilus influenzae ATCC 33930
Haemophilus influenzae ATCC 35056
Haemophilus influenzae ATCC 35540
Haemophilus influenzae ATCC 49144
Haemophilus influenzae ATCC 49247
Haemophilus influenzae ATCC 49766
Haemophilus influenzae ATCC 19418
Haemophilus influenzae NCTC 8468
Haemophilus influenzae Type a ATCC 9006
Haemophilus influenzae Type b ATCC 10211
Haemophilus influenzae Type b ATCC 33533
Haemophilus influenzae Type c ATCC 9007
Haemophilus parahaemolyticus ATCC 10014
Haemophilus parainfluenzae ATCC 7901
Haemophilus paraphrophilus ATCC 49146
Haemophilus paraphrophilus ATCC 49917

I
Issatchenkia orientalis ATCC 6258

K
Finegoldia magna ATCC 29328
Klebsiella pneumoniae C6
Klebsiella oxytoca ATCC 13182
Klebsiella oxytoca ATCC 43086
Klebsiella oxytoca ATCC 49131
Klebsiella oxytoca ATCC 700324
Klebsiella oxytoca ATCC 8724
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 10031
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 13882
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 13883
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 27736
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 33495
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 35657
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 700603
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC 9997
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC BAA 1705
Klebsiella pneumoniae subsp. Pneumoniae ATCC BAA 1706
Kloeckera apiculata var. Apis ATCC 32857
Kloeckera japonica ATCC 58370
Kluyveromyces lactis FNCC
Kluyveromyces marxianus FNCC
Kluyveromyces thermotolerans FNCC
Kockovaella thailandica FNCC
Kocuria kristiane ATCC BAA-752
Kocuria rhizophila ATCC 533
Kocuria rhizophila ATCC 9341
Kocuria rosea ATCC 186




L
Listeria monocytogenes ATCC 7644
Listeria monocytogenes ATCC 7646
Lysinibacillus sphaericus ATCC 4525
Listeria monocytogenes ATCC BAA-751
Lactobacillus acidophilus ATCC 314
Lactobacillus acidophilus ATCC 4356
Lactobacillus acidophillus FNCC
Lactobacillus brevis ATCC 8287
Lactobacillus brevis FNCC
Lactobacillus bulgaricus FNCC
Lactobacillus casei ATCC 393
Lactobacillus casei FNCC
Lactobacillus delbrueckii subsp. lactis ATCC 12315
Lactobacillus delbrueckii subsp. delbrueckii FNCC
Lactobacillus fermentum FNCC
Lactobacillus gasseri ATCC 19992
Lactobacillus paracasei subsp. paracasei ATCC BAA-52
Lactobacillus plantarum ATCC 8014
Lactobacillus plantarum FNCC
Lactobacillus rhamnosus (Lactobacillus casei subsp. rhamnosus) FNCC
Lactobacillus murinus FNCC
Lactococcus lactis subsp. lactis FNCC
Leclercia adecarboxylata ATCC 23216
Leclercia adecarboxylata ATCC 700325
Legionella pneumophila ATCC 33823
Legionella pneumophila ATCC 33152
Leuconostoc mesenteroides ATCC 8293
Leuconostoc mesenteroides subsp. mesenteroides FNCC
Lipomyces starkeyi FNCC
Listeria grayi ATCC 25401
Listeria innocua ATCC 33090
Listeria innocua VC 32293

M
Malassezia furfur ATCC 14521
Malassezia furfur ST 8036
Microbacterium liquefaciens ATCC BAA-1819
Microbacterium paraoxydans ATCC BAA-1818
Microbacterium testaceum ATCC 15829
Micrococcus luteus ATCC 10240
Micrococcus luteus ATCC 4698
Micrococcus luteus ATCC 49732
Micrococcus lylae ATCC 27566
Micrococcus sp. ATCC 700405
Microsporum canis ATCC 11621
Monascus purpureus FNCC
Moraxella catarrhalis ATCC 23246
Moraxella catarrhalis ATCC 25238
Moraxella catarrhalis ATCC 25240
Moraxella catarrhalis ATCC 49143
Moraxella catarrhalis ATCC 8176



Moraxella osloensis ATCC 10973
Moraxella osloensis ATCC 19976
Morganella morganii FNCC
Morganella morganii subsp. morganii ATCC 25830
Mucor plumbeus FNCC
Mucor racemosus FNCC
Myroides odoratus ATCC 4651

N
Neisseria gonorrhoeae ATCC 19424
Neisseria gonorrhoeae ATCC 31426
Neisseria gonorrhoeae ATCC 35541
Neisseria gonorrhoeae ATCC 43070
Neisseria gonorrhoeae ATCC 49226
Neisseria gonorrhoeae ATCC 49926
Neisseria gonorrhoeae ATCC 49981
Neisseria gonorrhoeae ATCC 43069
Neisseria lactamica ATCC 23970
Neisseria lactamica ATCC 23971
Neisseria lactamica ATCC 49142
Neisseria meningtidis serogroup C ATCC 13102
Neisseria meningtidis serogroup A ATCC 13077
Neisseria meningtidis serogroup B ATCC 13090
Neisseria meningtidis serogroup Y ATCC 35561
Neisseria mucosa ATCC 19695
Neisseria perflava ATCC 14799
Neisseria sicca ATCC 29256
Neisseria sicca ATCC 9913
Neurospora sitophila FNCC
Nigrospora oryzae FNCC
Nitrobacter winogradskyi FNCC
Nitrosomonas europaea FNCC
Nocardia asteroides CL 11014
Nocardia asteroides FNCC
Nocardia brasiliensis ATCC 19296
Nocardia brasiliensis ATCC 19297
Nocardia erythropolis FNCC
Nocardia farcinica ATCC 3308
Nocardia farcinica FNCC

O
Ochrobactrum anthropi ATCC 49187
Ochrobactrum anthropi ATCC 49687
Ochrobactrum anthropi ATCC BAA-749
Oligella ureolytica ATCC 43534
Oligella urethralis ATCC 17960

P
Prototheca wickerhamii ATCC 16529
Paenibacillus gordonae ATCC 29948
Providencia alcalifaciens ATCC 51902
Paenibacillus macerans ATCC 8509
Providencia stuartii ATCC 33672
Paenibacillus polymyxa ATCC 43865
Providencia stuartii ATCC 49809
Paenibacillus polymyxa ATCC 7070
Provotella melaninogenica ATCC 25845
Paenibacillus polymyxa ATCC 842
Pseudomonas aeruginosa ATCC 10145
Parabacteroides distasonis ATCC 8503
Pseudomonas aeruginosa ATCC 15442
Parabacteroides distasonis ATCC BAA-1295
Pseudomonas aeruginosa ATCC 17934
Parvimonas micra ATCC 33270
Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
Pasteurella aerogenes ATCC 27883
Pseudomonas aeruginosa ATCC 35032
Pasteurella multocida subsp. multocida ATCC 43137
Pseudomonas aeruginosa ATCC 35422
Pediococcus acidilactici FNCC
Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027
Pediococcus halophilus FNCC
Pseudomonas aeruginosa ATCC 9721
Pediococcus pentosaceus ATCC 33314
Pseudomonas aeruginosa ATCC BAA-1744
Pediococcus pentosaceus FNCC
Pseudomonas aeruginosa FNCC
Penicillium brasilianum FNCC
Pseudomonas cepacia FNCC
Penicillium cammembertii FNCC
Pseudomonas fluorescens ATCC 13525
Penicillium candidum FNCC
Pseudomonas fluorescens FNCC
Penicillium chrysogenum ATCC 10106
Pseudomonas putida ATCC 49128
Penicillium citrinum FNCC
Penicillium glabrum FNCC
Penicillium oxalicum FNCC
Penicillium pinophilum FNCC
Penicillium purpurogenum FNCC
Penicillium roqueforti FNCC
Peptoniphilus asaccharolyticus ATCC 29743
Peptostreptococcus anaerobius ATCC 27337
Phialophora verrucosa ATCC 28181
Pichia burtonii FNCC
Pichia guilliermondii FNCC
Pichia ohmeri FNCC
Plesiomonas shigelloides ATCC 14029
Plesiomonas shigelloides ATCC 51903
Porphyromonas gingivalis ATCC 33277
Porphyromonas levii ATCC 29147
Pseudomonas putida FNCC
Penicillium crustosum FNCC
Pseudomonas stutzeri ATCC 17588
Penicillium funiculosum FNCC
Propionibacterium acidiproprionici ATCC 25562
Propionibacterium acnes ATCC 11827
Propionibacterium acnes ATCC 6919
Propionibacterium propionicus FNCC
Proteus hauseri ATCC 13315
Proteus mirabilis ATCC 12453
Proteus mirabilis ATCC 25933
Proteus mirabilis ATCC 29245
Proteus mirabilis ATCC 29906
Proteus mirabilis ATCC 35659
Proteus mirabilis ATCC 43071
Proteus mirabilis ATCC 7002
Proteus vulgaris ATCC 49132
Proteus vulgaris ATCC 6380
Proteus vulgaris ATCC 8427

R
Ralstonia pickettii ATCC 49129
Rhizomucor miehei FNCC
Rhizomucor pusillus FNCC
Rhizopus microsporus FNCC
Rhizopus oligosporus FNCC
Rhizopus oryzae FNCC
Rhizopus stolonifer ATCC 14037
Rhodococcus equi ATCC 6939
Rhodococcus equi FNCC
Rhodococcus erythropolis FNCC
Rhodococcus fascians FNCC
Rhodococcus rhodochrous FNCC
Rhodosporidium toruloides FNCC
Rhodotorula glutinis ATCC 32765
Rhodotorula glutinis FNCC

S
Sphingobacterium multivorum ATCC 35656
Saccharomyces bayanus FNCC
Sphingobacterium spiritivorum ATCC 33861
Saccharomyces caribergensis FNCC
Sphingomonas paucimobilis FNCC
Saccharomyces cerevisiae ATCC 4098
Sporidiobolus salmonicolor ATCC MYA-4550
Saccharomyces cerevisiae ATCC 9763
Sporothrix schenckii ATCC 10212
Saccharomyces cerevisiae FNCC
Staphylococcus aureus ATCC 29737
Saccharomyces diastaticus FNCC
Staphylococcus aureus ATCC 35548
Saccharomyces kluyvery FNCC
Staphylococcus aureus ATCC 9144
Saccharomyces pastorianus FNCC
Staphylococcus aureus ATCC BAA-1026
Saccharomyces uvarum FNCC
Staphylococcus aureus ATCC BAA-1708
Saccharomycopsis fibuligera FNCC
Staphylococcus aureus FNCC
Salmonella choleraesuis subsp. choleraesuis FNCC
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 35661
Salmonella enterica serovar Typhimurium ATCC 13311
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 12600
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Anatum ATCC 9270
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 25178
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Choleraesuis ATCC 10708
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 25904
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Enteritidis ATCC 13076
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 33592
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Montevideo ATCC 8387
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 49444
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Newport ATCC 6962
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 49476
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Paratyphi A ATCC 11511
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 51153
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Paratyphi B ATCC 8759
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 6538P
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhi ATCC 6539
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 6538
Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhimurium ATCC 14028
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC BAA-976
Salmonella enterica sv Poona NCTC 4840
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC BAA-977
Salmonella FNCC
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 25923
Salmonella sp. Not Typhi group D BF-SD
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 29213
Salmonella sp. Serovar Abony NCTC 6017
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 29247
Salmonella tranoroa NCTC 10252
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 33591
Salmonella typhimurium FNCC
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 33862
Schizosaccharomyces pombe FNCC
Staphylococcus aureus subsp. aureus ATCC 43300
Scopulariopsis acremonium ATCC 58636
Staphylococcus epidermis ATCC 12228
Serovar typhimurium FNCC
Staphylococcus epidermis ATCC 14990
Serratia liquefaciens ATCC 27592
Staphylococcus epidermis ATCC 29887
Serratia marcescens ATCC 13880
Staphylococcus epidermis ATCC 49134
Serratia marcescens ATCC 14756
Staphylococcus epidermis ATCC 49461
Serratia marcescens ATCC 8100
Staphylococcus epidermis ATCC 700296
Serratia odorifera ATCC 33077
Staphylococcus epidermis FNCC
Shewanella putrefaciens ATCC 49138
Staphylococcus haemolyticus ATCC 29970
Shewanella putrefaciens ATCC 8071
Staphylococcus hominis ATCC 27844
Shigella sonei group D ATCC 11060
Staphylococcus lentus ATCC 700403
Shigella sonei group D ATCC 25931
Staphylococcus lugdunensis ATCC 700328
Shigella sonei group D ATCC 9290
Staphylococcus rafinolactis FNCC
Shigella boydii serovar 1 group C ATCC 9207
Staphylococcus saprophyticus ATCC 15305
Shigella dysenteriae group A ATCC 13313
Staphylococcus saprophyticus ATCC 35552
Shigella flexneri serovar 2b group B ATCC 12022
Staphylococcus saprophyticus ATCC 43867
Staphylococcus saprophyticus ATCC 49453
Streptococcus pneumoniae ATCC 6303
Staphylococcus saprophyticus ATCC 49907
Streptococcus pneumoniae ATCC 6305
Staphylococcus saprophyticus ATCC BAA-750
Streptococcus pneumoniae CL 811
Staphylococcus sciuri subsp. sciuri ATCC 29060
Streptococcus pyogenes ATCC 19615
Staphylococcus sciuri subsp. sciuri ATCC 29061
Streptococcus pyogenes group A ATCC 12384
Staphylococcus simulans ATCC 27851
Streptococcus pyogenes group A ATCC 21547
Staphylococcus thermophillus FNCC
Streptococcus salivarius serotype II ATCC 13419
Staphylococcus xylosus ATCC 29967
Streptococcus sanguinis Type 1 ATCC 10556
Staphylococcus xylosus ATCC 29971
Streptococcus sp. Gp D ATCC 9854
Staphylococcus xylosus ATCC 35663
Streptococcus sp. group B ATCC 12401
Staphylococcus xylosus ATCC 49148
Streptococcus sp. group D ATCC 27284
Staphylococcus xylosus ATCC 700404
Streptococcus sp. Type 2 group F ATCC 12392
Stenotrophomonas maltophilia ATCC 13637
Streptococcus thermophilus ATCC 19258
Stenotrophomonas maltophilia ATCC 17666
Streptococcus uberis ATCC 700407
Stenotrophomonas maltophilia ATCC 49130
Streptococcus uberis ATCC 9927
Stenotrophomonas maltophilia ATCC 51331
Streptomyces albus ATCC 17900
Streptococcus agalactiae group B ATCC 12386
Streptomyces griseus subsp. griseus ATCC 10137
Streptococcus agalactiae group B ATCC 13813
Streptococcus agalactiae group B CL 810
Streptomyces ambofaciens FNCC
Streptococcus bovis ATCC 33317
Streptococcus criceti ATCC 19642
Streptococcus dysgalactiae subsp. equisimilis group G ATCC 12394
Streptococcus dysgalactiae subsp. equisimilis ATCC 35666
Streptococcus dysgalactiae subsp. equisimilis ATCC 9542
Streptococcus dysgalactiae subsp. equisimilis group C ATCC 43079
Streptococcus equi subsp. zooepidemicus group C ATCC 700400
Streptococcus gallolyticus ATCC 49147
Streptococcus gallolyticus ATCC 9809
Streptococcus gallolyticus subsp. gallolyticus ATCC 49475
Streptococcus mutans ATCC 25175
Streptococcus mutans ATCC 35668
Streptococcus oralis ATCC 35037
Streptococcus oralis ATCC 9811
Streptococcus pasteurianus ATCC 49133
Streptococcus pneumoniae ATCC 27336
Streptococcus pneumoniae ATCC 49136
Streptococcus pneumoniae ATCC 49150
Streptococcus pneumoniae ATCC 49619
Streptococcus pneumoniae ATCC 6301

T

Tatlockia micdadei ATCC 33204
Trichophyton equinum ATCC 12544
Trichophyton mentagrophytes ATCC 9533
Trichophyton robrum ATCC 28188
Trichophyton tonsurans ATCC 28942
Trichophyton verrucosum ATCC 42898
Trichophyton cultaneum ATCC 28592
Trichophyton mucoides ATCC 204094

V

Veillonella parvula ATCC 10790
Veillonella parvula ATCC 17745
Vibrio cholerae serotype Inaba ATCC 9459
Vibrio parahaemolyticus ATCC 17802
Vibrio vulnificus ATCC 27562
Virgibacillus pantothenticus ATCC 14576

Y
Yarrowia lipolytica ATCC 9773
Yersinia enterocolitica ATCC 23715
Yersinia enterocolitica subsp. enterocolitica ATCC 9610
Yersinia kristensenii ATCC 33639

Z
Zygosaccharomyces bailii ATCC MYA-4549