Wednesday, November 2, 2016

JUAL ANEKA MIKROBA UNTUK INDUSTRI DAN PRAKTIKUM

087875885444


No
Jenis Mikrobia
Keterangan

1Aspergillus niger
Fungi, memiliki spora,

2Aspergillus oryzae
Fungi, memiliki spora,

3Aspergillus sojae
Fungi, berspora

4Aspergillus oligosporus
Fungi, berspora

5Acetobacter aceti
Bakteri

6Acetobacter xylinum
Bakteri

7Bacillus substilis
Bakteri

8Bacillus cereus
Bakteri

9Brevibacterium flavum
Bakteri

10Candida albicans
Yeast

11Candida tropicalis
Yeast

12Corynebacterium glutanicum
Bakteri

13Enterococcus faecium
Bakteri

14Lactobacillus acidophilus
Bakteri

15Lactobacillus bifidus
Bakteri

16Lactobacillus confuses
Bakteri

17Lactobacillus curvatus
Bakteri

18Lactobacillus fermentum
Bakteri

19Lactobacillus murineus
Bakteri

20Lactobacillus plantarum
Bakteri

21Lactobacillus bulgaricus
Bakteri

22Lactobacillus casei
Bakteri

23Lactobacillus lactis
Bakteri

24Lactobacillus delbrucki
Bakteri

25Micrococcus luteus
Bakteri

26Psudomonas flourescens
Bakteri

27Rhodotorula glutinis
Yeast

28Rhyzopus oryzae
Fungi

29Rhyzopus olygosporus
Fungi

30Saccharomyces cereviceae
Yeast, berspora

31Saccharomyces fibulegera
Yeast, berpsora

32Saccharomyces lypolitica
Yeast, berpsora

33Streptococcus thermophilus
Bakteri

34Trychoderma viridae
Fungi



Dan lain-lain....

Mengenal Hama Dan Penyakit Tanaman Cabe Serta Cara Mengatasinya


Agrotekno Sarana Industri
087875885444
Jual Mikroba Pseudomonas fluorescens, Bacillus thuringensis, dll

A. Hama
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat merupakan jenis hama yang akan menjadi kupu-kupu yang biasanya meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup berkelompok dan kemudian menyebar. Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabe. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabe. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabe menurun.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara : mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh. Secara kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman. Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis.
2. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabe. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabe menurun.
3. Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Hama ini menyebabkan buah cabe mengalami kebusukan. Buah cabe yang diserang lalat buah akan menjadi bercak-bercak bulat, berlubang kecil dan kemudian membusuk. Buah cabe yang terserang akan dihuni larva yang menyebabkan semua bagian buah cabe rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Serangga dewasa panjangnya kurang lebih 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabe. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabe. Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara:  kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah; secara mekanis yaitu dengan memusnahkan buah cabe yang terserang lalat buah, secara kimiawi yaitu dengan pemasangan perangkap beracun "metil eugenol" atau protein hydrolisat.
4. Thrips (Thrips sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh thrips adalah awalnya timbul noda-noda keperakan pada daun-daun muda, akibat adanya luka bekas serangan thrips. Noda-noda keperakan tersebut berubah menjadi coklat. Serangan berat dapat menyebabkan daun-daun mengeriting ke atas. Serangga ini mempunyai tipe mulut pemarut dan pengisap. Ia memarut jaringan daun atau bunga dan mengisap cairan yang keluar dari bagian itu. Serangan pada bunga sudah mekar akan timbul bercak cokelat. Sedangkan pada bunga masih kuncup, thrips menyebabkan bunga gagal mekar. 
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau mengatur rotasi tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu tanam yang tepat, menggunakan mulsa plastik hitam perak pada lahan tanam. Pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida berbahan aktif asetat, dimetoat, endosulfat, formothion, karbaril, merkaptodimetur, dan metomil.

5. Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabe tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida.

B. Penyakit 
1. Patek
Penyakit patek atau antraks sering kali dijumpai tanaman cabe. Penyakit patek cukup berbahaya dan cepat menjalar, sehingga mampu menurunkan produktifitas yang signifikan. Penyakit patek disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercakbercak pada buah, buah kehitaman dan busuk kering pada buah, dan akhirnya rontok. Penyakit busuk buah kering yang disebabkan cendawan untuk mengatasinya dapat menggunakan fungisida. 

2. Keriting Daun  
Penyakit kuning keriting sangat sulit diberantas, apalagi dihilangkan sampai 0%. Upaya yang dilakukan hanya sebatas pengendalian risiko, untuk mencapai ambang toleransi penyakit agar tidak merugikan atau memperkecil kerugian produksi cabe. Gejala penyakit tanaman cabe pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan hijau keriting sering pula ditemukan secara bersamaan dalam satu varietas pada lahan yang sama. Penyakit ini diketahui pada beberapa varietas cabe cukup merugikan, hasil panen berkurang sampai terjadi puso, terutama pada tanaman yang terinfeksi sejak masa tanaman masih sangat muda. Bercak daun ialah bercakbercak kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman diberikan fungisida atau dicabut dan dibakar, karena pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.  

3. Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Tanaman yang terserang Layu Bakteri akan menunjukan gejala layu pada batang dan daun tanaman, mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok dan akhirnya mati. Penyakit layu bakteri dapat menyerang tanaman cabe pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah. Pengendalian dapat dilakukan dengan perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabe tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae.
4. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber-pH rendah (masam). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Penyiraman larutan fungisida sistemik di sekitar batang tanaman cabe yang diduga sumber atau terkena cendawan. Selain itu dapat diberikan bakterisida jenis Pseudomonas fluorescens.
5. Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dan pada bagian tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.
6. Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.
7. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabe. Gejala serangan tampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabe juga dapat terserang penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah cabe yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabe yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.


8. Virus
Penyakit virus pada tanaman cabe di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV). Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabe yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah. Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara : Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif. Tanaman cabe yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.
9. Penyakit Fisiologis
Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabe yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabe akibat sengatan sinar matahari. Tanaman cabe yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabe menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabe sedang masa berbuah tetapi menunjukan gejala kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca.

Industri Tahu: Bisnis Modal Kecil Dan Tahan Banting



A. Potensi Pasar Produk Tahu
Tahu merupakan produk makanan berbahan baku kedelai yang sudah dikenal sejak lama di Indonesia. Berbeda dengan tempe yang merupakan makanan asli Indonesia, tahu merupakan produk makanan asal China. Sebagaimana produk tempe, tahu juga banyak digemari oleh masyarakat Indonesia karena memiliki cita rasa yang nikmat, bergizi tinggi dan harganya juga terjangkau. Di Indonesia, tahu sudah menjadi makanan yang sangat familier dikonsumsi oleh masyaratkat kelas bawah maupun kelas atas. Tahu sudah menjadi masakan yang sangat familier banyak dijumpai di warung-warung sekelas warteg hingga restoran papan atas. Selain sebagai menu masakan lauk pauk, tahu telah diolah menjadi berbagai aneka produk makanan khas seperti; tahu bakso, siomay, tahu goreng, tahu gejrot, gado-gado dan aneka camilan seperti keripik tahu dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa tahu memiliki pangsa pasar  yang luas.
Tahu merupakan produk makanan yang mudah rusak karena memiliki kadar air dan protein tinggi merupakan media tumbuh yang potensial bagi mikroorganisme pembusuk. Produk tahu memiliki umur simpan yang singkat 2-3 hari, hal ini menjadi faktor kendala untuk mencapai pasar yang lebih luas. Umumnya para pengrajin tahu berproduksi dalam skala home industri dengan kapasitas produksi sesuai kemampuan memasarkan hasil produksinya.
Untuk meningkatkan daya tahan tahu, umumnya para pengrajin tahu mencampurkan bahan pengawet. Namun, untuk mengawetkan tahu sebaiknya dilakukan dengan bahan-bahan yang aman tidak menimbulkan penyakit atau kematian terhadap konsumen. Penggunaan bahan-bahan berbahaya seperti formalin harus dihindari. Tahu yang telah direndam dengan formalin teksturnya menjadi kompak dan keras dan kadar airnya lebih sedikit. Tahu yang memiliki kualitas baik adalah memiliki warna cerah dan bersih, tidak keras, tidak berbau, menggunakan pewarna alami seperti kunyit. Pengawetan tahu yang aman dan murah dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kalium sorbat. Tahu yang direndam dalam larutan air mendidih yang dicampur kalium sorbat 0,3%, memiliki  umur simpan seminggu dalam suhu kamar. Cara lain yang umumnya digunakan oleh para pengrajin tahu adalah dengan merendam dalam larutan kunyit yang telah disaring dan ditambahkan air jeruk nipis yang dipanaskan hingga mendidih. Cara ini dapat mengawetkan tahu selama 3 hari.
Industri tahu umumnya merupakan industri skala rumahan dengan jumlah tenaga kerja sedikit kurang lebih 2-6 orang dan investasi yang diperlukan tidak terlalu besar. Teknologi proses pada industri tahu sederhana dan mudah dipelajari sehingga industri tahu dapat dijalankan oleh siapa saja. Industri tahu juga tidak memerlukan tempat produksi yang luas dan dapat dijalankan di area perkampungan maupun perkotaan asalkan limbahnya dapat tertangani dengan baik dan tidak mengganggu lingkungan. Industri tahu menghasilkan limbah ampas tahu dan limbah cair tidak berbahaya, namun jika pengelolaannya tidak baik dibuang begitu saja ke lingkungan dapat mengganggu kenyamanan lingkungan.

B. Teknik Produksi
            Proses produksi tahu relatif mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan investasi yang tinggi. Secara umum proses produksi tahu hampir sama, hanya saja ada yang menggunakan bahan kimia untuk penggumpal dan ada yang alami. Prinsip dasar pembuatan tahu adalah; sortasi, perendaman, penggilingan dan pengenceran, perebusan, penyaringan, penggumpalan, pencetakan, pengirisan, pengemasan.
a. Bahan
1) Kedelai 50 kg per hari
2) Air
b. Alat
1) Ember besar
2) Tampah (nyiru)
3) Kain Saring
4) Kayu pengaduk
5) Cetakan Terbuat dari papan kayu
6) Keranjang
7) Tungku perebusan dari semen yang dilapisi stainless
8). Mesin gilingan

            Setelah alat dan bahan disiapkan, maka proses produksi dapat dilakukan. Langkah-langkah proses produksi tahu adalah sebagai berikut:
1. Penyortiran
            Penyortiran kedelai dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti batuan-batuan kecil, daun-daun atau batang tanaman yang terbawa pada kedelai, atau kedelai yang cacat, sehingga hanya kedelai yang memiliki kualitas bagus saja yang digunakan untuk proses pembuatan tahu.
2. Perendaman
Setelah didapatkan kedelai disortasi, kemudian direndam dengan menggunakan air bersih selama kurang lebih 8 jam. Pada saat perendaman hindaran terkena oleh bahan kimia seperti sabun, air yang mengandung kaporit, terkena garam, atau minyak.
3. Pencucian
            Setelah direndam, kedelai yang sudah mengembang dan lunak kemudian dicuci bersih dengan menggunakan air sumur, sebaiknya dicuci pada air yang mengalir agar lendirnya terbawa sehingga kedelai lebih bersih. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan lendir dan sifat asam. 4.Penggilingan.
Kedelai yang telah dicuci kemudian digiling dengan menggunakan mesin dan sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga dihasilkan bubur kedelai yang berwarna putih. Bubur kedelai ini siap untuk direbus. Dengan menggunakan ember, bubur kedelai tersebut dituangkan ke dalam bak perebusan.
5. Perebusan
            Perebusan dilakukan dengan menggunakan bak terbuat dari semen yang di dalamnya dilapisi bahan stainless dengan diameter 1 m dan tinggi kurang lebih 1,2 m. Bak perebusan menggunakan bahan bakar kayu, sekam, atau sisa-sisa gergajian. Penggunakan bahan bakar tersebut lebih efesien dan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gas. Perebusan dilakukan selama kurang lebih 1 jam, selama perebusan lakukan pengadukan terus menerus.
6. Penyaringan
Setelah mendidih, larutan bubur kedelai  tersebut disaring dengan menggunakan kain kasa yang sangat halus, hasil endapannya ditampung dalam sebuah bak semen yang bagian dalamnya dilapisi bahan stainless. Lakukan pemerasan atau pengepresan sehingga sari kedelai dapat terpisahkan dengan optimal, kemudian pisahkan ampasnya. Sari kedelai yang telah tertampung kemudian tambahkan air, larutkan 3 ml asam cuka untuk 1 liter sari kedelai, sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan-lahan. Asam cuka kadar 70 -90% berfungsi membantu dalam penggumpalan sari kedelai.
7. Pencetakan
Setelah sari kedelai mengalami pengendapan dan menggumpal, langkah selanjutnya adalah melakukan pencetakan. Pencetakan dapat dilakukan dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari kayu berukuran luasnya 40 x 40 cm2 tingginya kurang lebih 10 cm seperti pada gambar di bawah ini, pada tiap sisi cetakan dibuat lubang untuk pengeluaran air. Siapkan papan cetakan kosong dan bagian atas dilapisi kain halus dan tipis. Kemudian, sari kedelai dituangkan ke cetakan yang sudah dilapisi kain tipis tersebut, susun cetakan 2-5 unit, kemudian bagian atas nya ditutup dengan papan kayu, cetakan paling atas di beri pemberat dengan menggunakan ember yang diisi air.
8. Pemotongan
            Setelah sari kedelai dipres kurang lebih 15 menit, sehingga kadar airnya rendah maka dihasilkan tahu dalam bentuk lembaran sesuai dengan ukuran cetakannya. Tahu yang masih dalam lembaran tersebut pindahkan bersama papan cetakannya dan susun dengan rapi dalam ruang pemotongan. Pemotongan harus dilakukan segera, sehingga tahu tidak menjadi lembek dan basi. Tahu yang masih lembaran, berwarna putih tersebut dipotong-potong dengan menggunakan pisau stainlees yang tajam.
9. Pengukusan Tahu
Tahu yang telah dipotong-potong kemudian dikukus dengan menggunakan panci. Jika kita menghendaki tahu berwarna kuning, maka dapat dilakukan perebusan tahu yang sudah dipotong-potong dengan menambahkan bahan kunyit yang ditumbuk. Tahu tersebut akan berwarna kuning dan memiliki cita rasa khas lebih nikmat. Selain itu, tahu potongan yang masih mentah tersebut juga dapat digoreng dengan ditambahkan bumbu, kemudian direndam dalam air.
10. Pengemasan
            Tahu yang telah dikukus kurang lebih 15-20 menit kemudian dikemas dengan menggunakan plastik yang ditambah air agar tahu dapat bertahan kurang lebih 3-4 hari. Jika kita ingin memasarkan produk tahu ke supermarket dengan segmen pasar menengah ke atas, maka produk kita harus memiliki tampilan yang menarik selain cita rasanya enak.

C. Analisis Ekonomi
            Analisis ekonomi industri tahu pada buku ini menggunakan asumsi skala rumah tangga dengan kapasitas produksi 50 Kg per hari. Harga bahan baku kedelai yang digunakan Rp.6.000 per Kg. Jumlah tenaga kerja 4 orang. Pemasaran sudah berjalan dengan harga jual Rp.5000 per Kg tahu.
1). Perhitungan Biaya Produksi Per Tahun
a.      Biaya Tetap (Fixed Cost)
No
Biaya Tetap (Fixed Cost)
Jumlah
1
Gaji karyawan 12 bulan ( 12 x Rp.2.800.000,-)
Rp. 36.000.000
2
Sewa tempat
Rp.   2.000.000
3
Penyusutan alat (12 %)
Rp.      345.000

Total biaya tetap
Rp. 38.345.000

b.      Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)                          
No
Biaya Tetap
Biaya Per Bulan
Biaya Per Tahun
1
Bahan baku kedelai 1300 Kg x Rp. 6000
Rp. 7.800.000
Rp. 93.600.000
2
Asam cuka @ Rp.12.500 x 20 liter
Rp.    250.000
Rp.   3.000.000
3
Bahan bakar kayu
Rp.    350.000
Rp.   4.250.000
4
Sarana Air
Rp.    100.000
Rp.    1.200.000
5
Sarana Listrik
Rp.    100.000
Rp.    1.200.000

Total Variable Cost
Rp.8.600.000
Rp.103.200.000
                                                                                               
Total Biaya Produksi per thn              = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap
                                                              = Rp.141.545.000

2). Perhitungan Rugi Laba Per Tahun

No
Uraian
Per Bulan
Per Tahun
1
Hasil Penjualan @ Rp. 5000 per Kg x 3250 Kg per bulan
Rp.16.250.000
Rp. 195.000.000
2
Biaya Produksi
Rp.11.795.000
Rp.141.545.000

Penghasilan kotor (tanpa memperhitungkan pajak)
Rp.  4.454.500
Rp.  53.455.000


4). Perhitungan Batas Rugi / BEP dalam quantity produk
            = 16.372 Kg per tahun
            = 1.364 Kg per bulan
            = 545,6 Kg bahan baku per bulan
= 21 Kg bahan baku per hari

5). Gross Benefit Cost Ratio
=  BenefitCost  
= 1,38

D. Kesimpulan
Dari hasil analisis tersebut di atas didapatkan informasi diantaranya B/C = 1,38 menunjukan bahwa B/C > 1, sehingga dapat  disimpulkan industri tahu layak untuk dijalankan.

Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Cabe




Agrotekno Lab
087875885444
Jual Aneka Mikrobia Untuk Industri Dan Riset



Saat ini, tanaman cabe menjadi tanaman primadona, karena harga jualnya terkadang melambung tinggi sehingga para petani dapat menangguk untung besar. Pada saat panen raya, harga cabe biasanya turun, namun pada saat produksi merosot tajam karena gagal panen, harga bisa melambung fantastis. Inilah yang seringkali diharapkan petani agar pada masa panennya bertepatan dengan harga tinggi.Oleh karena itu, banyak petani cabe yang mulai berhitung untuk menentukan kapan harus bertanam cabe yang tepat.Selain jenis cabe yang unggul dan pemupukan yang baik, penting pula untuk mengantisipasi hama dan penyakit tanaman cabe yang seringkali menurunkan produktifitas tanaman. Hama dan penyakit tanaman cabe cukup banyak, sehingga para petani cabe harus intensif merawat tanaman cabe.  

Di musim kemarau, tanaman diintai lalat buah serta kutu daun yang dapat merusak buah. Sedangkan di musim hujan, tanaman terancam oleh antraknose, jamur dan pseudomonas solanaceanum. Untuk mengatasi lalat buah dan kutu daun, semprotkan pestisida dua minggu sekali setelah tanaman pindah ke pot, dan untuk mengatasi penyakit akibat antraknose, jamur dan bakteri bisa dengan penyemprotan fungisida satu hingga dua minggu sekali. Untuk pemanenan, cabe yang sudah berwama merah sebagian berarti sudah dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja memanen cabenya pada saat masih muda (berwarna hijau). Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar percabangan/tangkai tanaman tidak patah.

Hama dan penyakit menjadi faktor penyebab menurunnya produktifitas tanaman. Pada musim penghujan serangan hama dan penyakit tanaman cabe meningkat. Jika hama dan penyakit tersebut tidak dikendalikan secara baik, maka dapat menyebabkan petani mengalami kerugian. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabe dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Pengendalian Hama dan Penyakit secara terpadu antara lain meliputi; pengendalian kultur teknik, hayati (biologi), varietas tahan penyakit, fisik dan mekanik, dan cara kimiawi.


A. Hama
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Ulat merupakan jenis hama yang akan menjadi kupu-kupu yang biasanya meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup berkelompok dan kemudian menyebar. Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabe. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabe. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabe menurun.

Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara : mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh. Secara kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman. Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis. Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan aroma yang dikeluarkan serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan sexual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghampiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex pheromone dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama "Ugratas" atau Ulat Grayak Berantas Tuntas berwarna "merah" sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa ulat grayak. Cara pemasangan Ugratas merah ini adalah dimasukkan ke dalan botol bekas aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-kupu jantan. Untuk 1 hektar kebun cabe cukup dipasang 5-10 buah Ugratas merah, dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabe.

2. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabe. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabe menurun.
Kehadiran kutu daun di kebun cabe, tidak hanya menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai penular (penyebar) berbagai penyakit virus. Di samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis. Serangan kutu daun menghebat pada musim kemarau. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara : Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabe, misalnya jagung. Kimiawi, yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi 0,1 - 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%, Hostathion 40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.

3. Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Hama ini menyebabkan buah cabe mengalami kebusukan. Buah cabe yang diserang lalat buah akan menjadi bercak-bercak bulat, berlubang kecil dan kemudian membusuk. Buah cabe yang terserang akan dihuni larva yang menyebabkan semua bagian buah cabe rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Serangga dewasa panjangnya kurang lebih 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabe. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabe. Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara:  kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah; secara mekanis yaitu dengan memusnahkan buah cabe yang terserang lalat buah, secara kimiawi yaitu dengan pemasangan perangkap beracun "metil eugenol" atau protein hydrolisat yang efektif terhadap serangga jantan maupun betina. Atau, disemprot langsung dengan insektisida seperti Buldok, Lannate ataupun Tamaron.

4. Thrips (Thrips sp.)
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh thrips adalah awalnya timbul noda-noda keperakan pada daun-daun muda, akibat adanya luka bekas serangan thrips. Noda-noda keperakan tersebut berubah menjadi coklat. Serangan berat dapat menyebabkan daun-daun mengeriting ke atas. Serangga ini mempunyai tipe mulut pemarut dan pengisap. Ia memarut jaringan daun atau bunga dan mengisap cairan yang keluar dari bagian itu. Serangan pada bunga sudah mekar akan timbul bercak cokelat. Sedangkan pada bunga masih kuncup, thrips menyebabkan bunga gagal mekar. Thrips memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Serangga dewasa berukuran kecil, panjang 0,8 mm – 0,9 mm, berwarna kuning kecoklatan kehitam-hitaman. hama ini berkembang biak secara tak kawin (partenogenesis). Telur berbentuk oval, diletakkan di dalam jaringan daun. Nimfa berwarna putih dan sangat aktif, diikuti dengan periode pre pupa dan kemudian pupa. Pupa dibentuk dalam tanah, kemudian menjadi serangga dewasa. Daur hidup berkisar antara 7 – 12 hari di dataran rendah, dan berkembang pesat populasinya pada musim kering (kemarau). Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).

Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau mengatur rotasi tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu tanam yang tepat, menggunakan mulsa plastik hitam perak pada lahan tanam. Pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida berbahan aktif asetat, dimetoat, endosulfat, formothion, karbaril, merkaptodimetur, dan metomil. Dosis dan waktu pemberian yang tepat dapat menekan populasi thrips. Beberapa bahan insektida yang biasa digunakan oleh para petani antara lain adalah; Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40 EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25 EC 0,5-2,0 cc/lt, atau juga Decis 2,5 EC (0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%) maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%), Pegasus 500 SC atau Perfekthion 400 EC, pada waktu sore hari.

5. Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabe dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabe tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau Mitac 200 EC (0,2%).

B. Penyakit 
1. Patek
Penyakit patek atau antraks sering kali dijumpai tanaman cabe. Penyakit patek cukup berbahaya dan cepat menjalar, sehingga mampu menurunkan produktifitas yang signifikan. Penyakit patek disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora capsici). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercakbercak pada buah, buah kehitaman dan busuk kering pada buah, dan akhirnya rontok. Penyakit busuk buah kering yang disebabkan cendawan untuk mengatasinya dapat menggunakan fungisida seperti Antracol dan dilakukan sesuai dengan dosis sesuai petunjuk penggunaan pada produk. 

2. Keriting Daun  
Penyakit kuning keriting sangat sulit diberantas, apalagi dihilangkan sampai 0%. Upaya yang dilakukan hanya sebatas pengendalian risiko, untuk mencapai ambang toleransi penyakit agar tidak merugikan atau memperkecil kerugian produksi cabe.Gejala penyakit tanaman cabe pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. Kedua gejala penyakit di atas, kuning dan hijau keriting sering pula ditemukan secara bersamaan dalam satu varietas pada lahan yang sama. Di lapang gejala ditemukan dalam berbagai stadium dari mulai gejala awal seperti urat daun kekuningan pada pucuk sampai seluruh daun bergejala kuning. Penyakit ini diketahui pada beberapa varietas cabe cukup merugikan, hasil panen berkurang sampai terjadi puso, terutama pada tanaman yang terinfeksi sejak masa tanaman masih sangat muda. Pada tanaman cabe rawit yang terserang sampai 100% masih mampu menghasilkan buah walaupun sedikit, sedangkan pada cabe besar yang terserang penyakit ini menhasilkan buah yang sangat sedikit.

Bercak daun ialah bercakbercak kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar. Selain penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan penyemprotan fungisida Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan. Bila tanaman diserang penyakit keriting daun maka tanaman dicabut dan dibakar, karena pengendalian keriting daun secara kimia masih sangat sulit.  

Inti pengendalian penyakit kuning keriting pada tanaman cabe adalah upaya terpadu untuk menghalangi terjadinya infeksi terutama pada waktu tanaman masih muda. Pengendalikan penyakit kuning keriting adalah sebagai berikut: mengisolasi persemaian dengan kerodong yang kedap kutu kebul (+ 50 ), menggunakan mulsa plastik perak pada pertanaman di areal tanam, memantau tanaman muda sampai umur 30-35 hari, segera memusnahkan tanaman cabe yang terserang awal penyakit kuning keriting, tanaman yang dicabut segera disulam dengan semaian yang sehat, menggunakan insektisida selektif seperti imidaklorpid atau insektisida sejenis agar musuh alami predator tidak ikut termusnahkan, menyiangi gulma, pemeliharaan kebun dengan baik sesuai anjuran dan selalu memantau perkembangan serta mengendalian penyakit dan hama penting lainnya, gunakan varietas yang tahan terhadap keriting daun, dan lain-lain.


3. Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Tanaman yang terserang Layu Bakteri akan menunjukan gejala layu pada batang dan daun tanaman, mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok dan akhirnya mati. Penyakit layu bakteri dapat menyerang tanaman cabe pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabe di dataran rendah. Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu: Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit. Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabe tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae.

4. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber-pH rendah (masam). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.

Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit. Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabe yang diduga sumber atau terkena cendawan. Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby). Bercak daun dan buah cabe sering disebut penyakit Antraknose atau "patek". Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatumdan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung.

5. Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah + 0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dan pada bagian tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.
6. Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.

7. Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabe. Gejala serangan tampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabe juga dapat terserang penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah cabe yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabe yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.

8. Virus
Penyakit virus pada tanaman cabe di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV). Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabe yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.
Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara : Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif. Tanaman cabe yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.

9. Penyakit Fisiologis
Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabe yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabe akibat sengatan sinar matahari. Tanaman cabe yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabe menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabe sedang masa berbuah tetapi menunjukan gejala kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca.

C. Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Secara Organik

Teknik pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida umum  digunakan oleh para petani. Penggunaan pestisida sangat efektif untuk membasmi hama dan penyakit tanaman cabe. Pestisida merupakan bahan kimia yang dapat membunuh hama dan penyakit tanaman cabe, namun disisi lain bahan kimia tersebut juga dapat mencemari buah cabe sebagai produk pangan. Pestisida merupakan racun yang berbahaya bagi manusia, hewan peliharaan, dan lingkungan bila salah dalam penggunaannya. Penggunaan bahan-bahan berbahaya yang tidak diorientasikan sebagai pestisida hendaklah tidak dilakukan seperti formalin dan lain-lain. Penggunaan pestisida harus sesuai dosis yang dianjurkan, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan tepat guna. 
Penggunaan pestisida secara kimia harus ditekan sedikit mungkin. Penggunaan pestisida kimia selain tidak baik bagi kesehatan konsumen, juga semakin lama hama dan penyakit menjadi resisten. Oleh karena itu, pertanian organic penting untuk digalakan. Kita dapat menggunakan agen mikrobia bahan bahan alami yang aman untuk mengendalikan hama dan penyakit. Beberapa jenis mikrobia yang sering digunakan sebagai agen pestisida pada sektor pertanian adalah antara lain;

No
Jenis Mikrobia
Jenis Pathogen
Jenis Tanaman
1
Bacillus thuringiensis
Lepidoptera ( Pluetella xylostella, Pieris rapae, Helicoverpa zea, Denddrolimus punctatus, Oristrina nubialis)
Sayuran, kapas, tanaman buah, padi, jagung, tanaman hias, tanaman hutan.
2
Beauveria bassiana
Coleoptera, Homoptera, Lepidoptera, Diptera
Tanaman kopi, bunga, sayuran, dll.
3
Beauveria brongniartii
Coleoptera, Homoptera, Lepidoptera, Diptera.
Tanaman bunga, kelapa sawit, tanaman budidaya lainnya.
4
Gliocladium virens
Layu semai ( Phytium, Rhizoctonia, Sclerotinia, Sclerotium, Fusarium spp)
Tanaman hias, sayuran, tanaman budidaya
5
Leginidium giganteum
Larva semua jenis nyamuk
Sawah, lahan basah, kolam, danau.
6
Metharizium anisopliae
Lepidoptera, Coleoptera, Homoptera, Orthoptera
Tanaman bunga, sayuran, kentang, lahan rumput, tanaman budidaya.
7
Myrothecium verrucaria
Cacing parasit
Tanaman hias, kubis, jeruk, turf
8
Trichoderma harzianum
Fusarium, Rhizoctonia, Alternaria, Rosellinia, Botrys, Sclerotium, Phytoptora sp.
Tanaman bunga, sayuran, buah, tanaman budidaya. 
Pseudomonas fluorescens
Erwinia amylovora
Fusarium 
Tanaman buah apel, ceri,pear, kentang, tomat,
10
Trichorderma coniingii
Jamur akar putih
Tanaman karet
11
Pseudomonas syringae
Organism pathogen lepas panen
Buah apel, pear, jeruk
12
Streptomyces griseoviridis
Jamur tular tanah (Fusarium sp, Alternaria, Rhizoctonia sp., Phomopsis sp. Phytium sp. Botrytis sp.)
Tanaman budidaya
13
Tricodherma viridae
Rhizotonia sp. Phytium sp. Fusarium sp.
Tanaman budidaya
14
Bacillus substillis
Rhizotonia sp. Phytium sp. Fusarium sp. Aspergillus sp. 
Tanaman budidaya
15
Talaromyces flavus
Rhizotonia solani, verticilium dahliae
Busuk akar tanaman buah-buahan, tomat, mentimun.