Saturday, October 12, 2019

Mengolah Limbah Cucian Beras Menjadi Nata



Agrotekno Lab
087875885444 (Whatsapp)
Jual Bibit Bakteri Acetobacter xylinum


Leri adalah limbah cairan pencucian beras yang seringkali dibuang begitu saja. Leri masih memiliki kandungan nutrisi yang masih cukup tinggi yaitu; gula, karbohidrat, vitamin B1. Alangkah sayangnya jika leri yang masih memiliki kandungan nutrisi cukup baik ini tidak termanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomis. Salah satu upaya untuk mengubah leri menjadi produk bernilai ekonomis adalah dengan mengolahnya menjadi produk nata, nata berbahan baku leri ini dikenal dengan nata de leri.
Nata de leri memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan nata dari bahan baku lainnya. Nata de leri memiliki kadar serat yang cukup tinggi, warna putih, dan kenyal. Proses pembuatan nata de leri secara umum sama dengan proses pembuatan nata dari bahan lainnya yaitu dengan memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum. Proses fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada bahan leri mengubah kandungan karbohidrat menjadi serat selulosa yang bersifat kenyal (nata). Proses pembuatan nata de leri membutuhkan bahan tambahan ammonium sulfat (ZA) bisa dibeli di toko kimia, dan gula pasir.
Proses pembuatan nata de leri adalah sebagai berikut:

Bahan baku dan bahan pembantu:
1.       Air cucian beras sebanyak 5 liter.
2.       Amonium sulfat (ZA) 50 gram sebagai sumber nutrisi unsur Nitrogen (N)
3.       Gula pasir 50 gram sebagai sumber nutrisi unsur Carbon (C)
4.       Asam asetat atau cuku secukupnya untuk menurunkan keasaman (pH 3-4).
5.       Bakteri Acetobacter Xylinum


Bibit Bakteri Acetobacter xylinum


Cara membuat:
1.          Saring air leri yang sudah asam (dibiarkan 3-4 hari) dengan menggunakan saringan secara manual.
2.          Rebus hingga mendidih dengan menggunakan tungku kayu bakar atau kompor. Tambahkan ZA dan gula pasir. Proses perebusan berfungsi untuk sterilisasi yaitu membutunuh mikroba kontaminan. 
3.          Masukan larutan leri ke dalam nampan plastik. Tutup dengan kertas, dan ikat dengan tali karet. Proses ini dilakukan di atas meja atau rak, nampan dapat disusun bertingkat saling bersilangan 5-7 nampan.
4.          Setelah dingin kurang lebih 7 jam, tambahkan bibit bakteri Acetobacter xylinum 10% dari larutan. Cara melakukannya buka salah satu sudut nampan, dan tuangkan, ikat kembali. Lakukan dengan hati-hati dan cepat. Jangan lupa menutupnya dengan segera agar tidak terkominasi mikroba lain melalui kontak udara luar.
5.          Inkubasi 8-9 hari pada suhu ruang 28 – 32 C.
6.          Lakukan pemanenan nata de leri yang masih dalam bentuk lembaran
7.          Cuci bersih, lakukan pemotongan menjadi bentuk dadu dengan menggunakan gunting, kemudian bisa diolah menjadi sirup atau cocktail.

Potensi Industri Udang Nusantara




Agrotekno Lab
087875885444 (Whatsapp)
Jual Aneka Mikroba Probiotik

Budidaya udang merupakan sector perikanan yang sangat potensial untuk dikembangankan di Indonesia. Indonesia memiliki lahan yang luas dan iklim yang cocok untuk budidaya udang. Selain itu tersedia pakan alami yang cukup melimpah seperti rumput laut dan lain-lain. Potensi pasar udang sangat besar, hal ini ditunjukan adanya permintaan pasar baik domestik maupun manca negara yang berkembang terus. Di Indonesia budidaya udang semakin berkembang, di beberapa daerah di tepi pantai seperti Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, dan lain-lain telah menjamur tambak-tambak udang. Beberapa jenis udang yang banyak dibudidayakan adalah udang vannamei, lobster, galah, windu. Prospek bisnis budidaya udang layak kita sambut dengan antusias, karena dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta memanfaatkan potensi sumber daya alam kita.
   Beberapa kendala yang seringkali dihadapi oleh para pembudidaya udang adalah faktor risiko kematian yang cukup tinggi akibat cuaca buruk seperti hujan yang terus menurus, suhu terlalu ekstri, dan penyakit. Faktor cuaca merupakan faktor alam yang sulit dikendalikan. Sedangkan faktor kematian yang disebabkan oleh penyakit perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian secara efektif dan efesien. Salah satu upaya untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit pada udang adalah dengan memanfaatkan mikroba yang bersifat probiotik. Probiotik mempunyai kemampuan menekan perkembangan bakteri patogen pada lingkungan perairan terutama tambak ikan dan udang. Pemanfaatan bakteri antagonis sebagai agen pengendalian hayati akan semakin penting bagi ekosistem akuakultur, karena dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan antibiotik sehingga tercipta sistem budidaya ramah lingkungan dan menciptakan sistem keamanan hayati untuk mengurangi risiko kontaminasi penyakit pada produksi budidaya udang.
            Bakteri probiotik merupakan bakteri yang bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen. Bakteri antagonis dalam perannya sebagai agen pengendalian hayati dengan menghasilkan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen, kompetisi pemanfaatan senyawa (sumber nutrisi) atau kompetisi tempat menempel (lingkungan hidup), meningkatkan respon imun inang, memperbaiki kualitas air dan dapat memacu perkembangbiakan fitoplankton. Bakteri antagonis yang digunakan sebagai agen pengendalian hayati dimasukkan dalam istilah probiotik. Berikut ini adalah beberapa jenis bakteri probiotik untuk tambak udang:
A.      Nitrosomonas dan Nitrobacter
Ada beberapa jenis bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter dan strain banyak di antara spesies-spesies. Sebagian besar informasi ini dapat diterapkan untuk  jenis Nitrosomonas dan Nitrobacter pada umumnya, bagaimanapun, strain masing-masing memiliki toleransi tertentu terhadap faktor lingkungan dan preferensi nutrisi yang tidak dimiliki oleh lainnya, sangat terkait erat, strain.
Faktor Fisika-Kimia yang mempengaruhi proses nitrifikasi :
1.        DO (Dissolved Oxygen)
·          Oksigen merupakan gaster larut yang memiliki peranan penting dalam nitrifikasi (min. 1 mg/L)
·          Untuk respirasi organisme akuatik dan mikroorganisme aerobik
·          Mendegradasi zat sisa organik
·          Membantu menyelesaikan jalur metabolisme
·          Tinggi rendahnya DO dipengaruhi oleh kelarutan gas, tekanan udara, suhu, konsentrasi materi tersuspensi, kerapatan biomassa, salinitas.
·          Kelarutan oksigen berkolerasi terbalik dengan suhu dan salinitas. Semakin tinggi suhu atau salinitas semakin rendah konsentrasi oksigen terlarutnya.
2.        Suhu
·          Suhu optimum untuk aktivitas bakteri 25 -35 oC
·          Proses nitrifikasi terhenti pada saat suhu meningkat hingga 50 oC.
·          Bakteri produksi metan akan inaktif bila suhu turun menjadi15 oC; Bakteri autotrof nitrifikasi berhenti berfungsi pada suhu 5 oC; Bakteri kemoheterotrof yang merombak materi berkarbon menjadi dorman apabila suhu air 2 oC.
·          Suhu optimum bagi proses nitrifikasi adalah 28 oC
3.        pH
·          Indikator yang menyatakan konsentrasi hidrogen di dalam medium.
·          pH rendah menghambat pertumbuhan organisme nitrifikasi dan mendorong pertumbuhan organisme berfilamen.
·          pH optimum bagi bakteri nitrifikasi 7.2-9.0; 7.5-8,6
4.        Konsentrasi Substrat (Amonia, nitrit, alkali)
·          Besarnya jumlah substrat penghasil energi yang tersedia merupakan salah satu faktor pembatas yang menentukan kinerja biofilter secara umum.
·          Semakin besar amonia, nitrit, dan alkali semakin tinggi pula laju nitrifikasi dan semakin tebal pula biofilm yang terbentuk.
5.    Nutriment
Semua jenis Nitrosomonas menggunakan amonia (NH3) sebagai sumber energi selama konversi kepada nitrit (NO2). Amonia pertama-tama diubah (terhidrolisis) untuk amina (NH2) senyawa kemudian dioksidasi menjadi nitrit. Proses konversi memungkinkan Nitrosomonas untuk memanfaatkan senyawa amina beberapa sederhana seperti yang dibentuk oleh konversi amonia dengan Penghilang amonia kimia.
6.    Warna dan Bau
Sel-sel bakteri nitrifikasi memiliki warna kemerahan (Nitrosomonas) sampai kecoklatan (Nitrobacter).
 B.   Bacillus sp
Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi karbohidrat. Bacillus spp mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC dan suhu kurang dari 5 oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3) mampu tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10%), (4) mampu menghasilkan spora dan (5) mempunyai daya proteolitik (degradasi protein) yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya. Bacillus merupakan bakteri aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.
Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu pencernaan dalam tubuh hewan  Jenis Bacillus (Bacillus cereus, Bacillus clausii, Bacillus pumilus) termasuk dalam lima produk  probiotik komersil terdiri dari spora bakteri yang berpotensi untuk immunostimulan dan aktivitas antimikroba phatogen.
Senyawa antimikrob lain yang dihasilkan oleh Bacillus sp adalah basitrasin, pumulin, laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan bakteri Gram positif serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri Gram negatif. Sedangkan difficidin memiliki pektrum lebar, mikobacilin dan zwittermicin bersifat antijamur.
1. Bacillus subtilis
Bakteri Bacillus subtilis adalah jenis bakteri yang umum ditemukan di tanah, air, udara dan materi tumbuhan yang terdekomposisi. Termasuk kelompok bakteri gram positif, aerobik, mampu membentuk endospora. B. subtilis memiliki kemampuan memproduksi antibiotik dalam bentuk lipopeptida, salah satunya adalah iturin. Iturin membantu B. subtilis berkompetisi dengan mikroorganisme lain dengan cara membunuh mikroorganisme lain atau menurunkan tingkat pertumbuhannya. Iturin juga memiliki aktivitas fungisida terhadap pathogen. Serta menghasilkan subtilin sebagai antibiotik yang digunakan untuk menekan populasi abkeri pathogen.
Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa penambahan B. subtilis perairan dapat meningkatkan kualitas perairan dengan mengurangi konsentrasi CO2 perairan. Penggunaan B. subtilis pada tambak udang menunjukkan bahwa B. subtilis mampu meningkatkan kesintasan larva udang windu dan mencegah dari penyakit vibriosis akibat Vibrio harveyi. Selain itu B. subtilis secara alami bersimbiosis pada saluran pencernaan udang windu.
B. subtilis memerlukan kondisi optimum untuk tumbuh. Berikut adalah kondisi fisika kimia air optimum bagi bakteri ini :
DO : bakteri ini adalah jenis aerob obligat, makin tinggi DO maka makin baik untuk pertumbuhan optimalnya. Minimal ialah pada kisaran 2 mg/L. Suhu : suhu optimal untuk tumbuh bagi B. subtilis adalah antara 25 – 35oC. pH : pH optimal antara 7 – 8.
2. Bacillus licheniformis
Bacillus licheniformis merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang dengan panjang berbentuk batang silindris atau elips dan terdapat pada sentral atau parasentral. Suhu maksimum pertumbuhannya adalah 50-55 oC dan suhu minimumnya 15 OC.  B. licheniformis merupakan species bakteri yang mampu menghasilkan protease dalam jumlah yang relatif tinggi. Jenis protease yang dihasilkan oleh bakteri ini adalah enzim ekstraselular yang tergolong proteinase serin karena mengandung serin pada sisi aktifnya.
3. Bacillus megaterium

Bacillus megaterium masuk ke dalam bakteri gram positif penghasil spora dan memiliki sifat aerob obligasi serta memiliki ukuran sel 2 x 4-5 µ (berbentuk batang). Bakteri ini merupakan penghasil utama untuk vitamin B12 dan penicillin. Selain itu, juga dapat memproduksi enzim yang berfungsi untuk sintetik steroid dan stabilitas yang baik. Penicillin merupakan antibioti alami yang dapat berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri phatogen seperti bakteri Vibrio.

Meningkatkan Kadar Protein Onggok Singkong Dengan Aspergillus niger Sebagai Pakan Alternatif Hewan Ruminansia Dan Unggas






Agrotekno
Jual Aspergillus niger
Telp. 087875885444 (Whatsapp)

Onggok atau ampas singkong adalah merupakan produk samping dari industri pengolahan singkong seperti tepung tapioka/kanji, dan lain-lain. Di Indonesia, industri tapioka cukup besar yang banyak tersebar di daerah Jawa, Sumetara, Sulawesi, Kalimantan dan lain-lain. Industri Tapioka menghasilkan limbah padatan berupa ampas yang masih memiliki nutrisi cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti sapi, kampibing, unggas, bahkan dapat diolah sebagai campuran industri makanan. Onggok menjadi pakan alternatif yang cukup murah bagi para peternak ruminansia dan unggas. Namun, kandungan protein pada onggok relatif rendah berkisar 2,2 %, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar seratnya. Dengan memanfaatkan bioteknologi menggunakan Aspergillus niger onggok singkong dapat meningkat kandungan proteinnya menjadi kurang lebih 18%.
Aspergillus niger merupakan mikroorganisme jenis fungi yang mampu memfermentasi media memecah bahan menjadi molekul-molekul lebih sederhana. Aspergillus niger merupakan mikroba yang telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri. Aspergillus niger membentuk miselia-miselia berwarna putih, dan menghasilkan spora berwarna hitam. Proses fermentasi berlangsung optimal 4-6 hari.

Proses fermentasi onggok dengan menggunakan Aspergillus niger relatif mudah. Untuk mengolah 100 kg onggok dibutuhkan 100 g kapang Aspergillus niger. Langkah awal yang dilakukan adalah onggok dikukus, setelah tanak, lalu tiriskan dengan menggunakan tampah, atau terpal. Lalu taburi Aspergillus niger dan tutup dengan kain atau kertas Koran. Setelah 4-6 hari, lakukan pemanenan, kemudian bisa langsung dicampurkan konsentrat atau dikeringkan digiling. Untuk membantu proses fermentasi dapat ditambahkan urea atau ZA kurang lebih 2%. Menurut Hartadi et  all, 1980, kandungan protein onggok terfermentasi lebih baik dari jagung, dedak padi atau polard yang masing-masing mengandung protein sekitar 8,5; 12 dan 15%. Kandungan protein onggok terfermentasi setara dengan bungkil kelapa (18%), namun masih lebih rendah dari bungkil kedelai yang kandungan proteinnya antara 42-49%.

Selain onggok, kulit singong juga dapat difermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger untuk meningkatkan kadar proteinnya.  DARMA et al. (1991) menjelaskan teknik fermentasi kulit singkong adalah sebagai berikut; kulit singkong dicuci dengan air bersih untuk dihilangkan kotorannya yang menempel, setelah bersih ditiriskan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC selama 24 jam. Kulit singkong yang telah kering tersebut digiling berbentuk butiran kecil yang bertujuan untuk memperluas permukaan fermentasi. Kemudian dikukus dengan penambahan lebih dahulu air bersih pada kulit singkong giling dengan perbandingan 1,2 : 1. Pengukusan dilakukan selama 30 menit dihitung pada saat uap air mulai keluar dari permukaan atas kulit singkong yang dikukus. Setelah terjadi gelatinisasi dan matang, diangkat lalu didinginkan. Substrat yang telah dingin tadi diberi urea dan garam mineral dengan perbandingan untuk satu kg kulit singkong matang ditambah 31.25 g (NH4)2SO4, 16,7 g urea, 7,19 g NaPO4.2H2O, 2,08 g MgSO4, 0,63 KCl, 0,31 g ferrosulphat, dan 0,28 g CaCl2. Setelah urea dan mineral bercampur merata, lalu diinokulasikanlah spora jamur Aspergillus niger pada substrat sebanyak 1 g dengan konsentrasi spora 1012/g.

 Kemudian substrat yang telah diberi spora tersebut diletakkan pada wadah persegi empat dari plastik yang berlubang terutama pada bagian dasarnya untuk membuang uap air yang terbentuk selama fermentasi. Fermentasi dilakukan pada ruangan bersuhu 32 – 33ºC dengan kelembaban 90% selama 3 – 4 hari dimana miselium dari jamur A. niger telah menyebar merata dan berwarna putih. Setelah selesai proses fermentasi, produk dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven yang bersuhu 60ºC selama 48 jam. Produk yang telah kering tadi, lalu digiling sehingga hasil akhirnya berupa tepung.  Hasil proses fermentasi kulit singkong meningkat sampai 28% (bertambah sekitar 23% dibanding kandungan protein kulit singkong yang tidak difermentasi), kandungan serat kasar juga mengalami penurunan dengan proses fermentasi, dimana bila tidak difermentasi kandungan serat kasarnya adalah 21,2% dan setelah difermentasi kandungan serat kasarnya 14,96%. Hasil analisis juga menunjukan bahwa kandungan singkong hasil fermentasi tidak mengandung HCN lagi (0,00%). Artinya produk fermentasi  singkong tidak lagi memiliki zat anti nutrisi yang beracun bagi ternak.

Teknik Produksi Nata De Coco





Agrotekno Lab

Jual Bibit Bakteri Acetobacter xylinum
Telp 087875885444 (Whatsapp)


A. Prospek Pasar Industri Nata     
            Nata de coco adalah produk hasil fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum.Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai diperkenalkan pada tahun 1973 dan  mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981. Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata dalam bahasa Latin  'natare'  berarti terapung. Nata dapat dibuat dari berbagai macam media antara lain air kelapa (nata de coco), singkong atau limbah pengolahan singkong (nata de cassava), limbah pengolahan nanas (nata de pina), dan lain-lain. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari kelapa.
            Nata de coco pada mulanya adalah produk yang diorientasikan untuk menangani limbah air kelapa sehingga dianggap hanya sebagai produk sampingan saja. Saat ini telah beredar di pasaran produk nata de coco dalam berbagai bentuk kemasan dan cita rasa yang  beragam, baik produk yang diproduksi industri  kecil atau industri besar dengan harga yang cukup lumayan. Meskipun bersaing cukup ketat, akan tetapi pangsa pasar yang tersedia cukup besar. Namun saat ini permintaan nata de coco oleh industri  minuman yang begitu besar maka produk nata de coco bukan lagi sekedar produk sampingan. Bahkan mampu menjadi produk unggulan karena memiliki prospek pasar yang cerah ke depannya. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan industri nata de coco karena memiliki pangsa pasar yang besar dan bahan baku yang melimpah  tersebar hampir di seluruh pelosok negeri serta SDM yang murah.
            Di Indonesia terdapat beberapa perusahaan besar yang memproduksi nata de coco menjadi produk minuman siap saji antara lain wong coco, inaco, garuda food, serta beberapa industri kecil lainya yang sudah tersebar di seluruh pelosok tanah air. Untuk memenuhi kontinuitas kebutuhan bahan baku nata yang cukup besar, industri besar bermitra dengan para petani-petani nata de coco yang menghasilkan bahan nata setengah jadi dalam bentuk lembaran-lembaran.
Selain nata de coco, Indonesia juga sangat potensial mengembangkan nata de cassava karena bahan bakunya melimpah yaitu singkong atau berasal dari limbah industri pengolahan singkong seperti industri tapioca atau mocaf.Nata de cassava memiliki karateristik tidak jauh berbeda dengan nata de coco yaitu warnanya putih, kenyal, dan kandungan seratnya tinggi.Selain itu, nata de cassava juga memiliki tekstur yang halus rata pada bagian permukaannya dan memiliki aroma tidak menyengat.Nata de cassava memiliki potensi yang besar menjadi pesaing produk nata de coco, karena memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan nata de coco.Saat ini, produk minuman kemasan nata de cassava sudah mulai populer.
            Disamping sebagai produk bahan minuman, nata saat ini sudah semakin familier digunakan untuk berbagai makanan kecil antara lain kue puding, manisan, es campur, dan lain-lain. Di pasar domestik, permintaan nata de coco dan nata de cassava biasanya meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Lebaran, Tahun Baru, natal dan acara-acara  penting lainnya. Tingginya permintaan produk nata de coco atau nata dari bahan lainnya oleh industri minuman merupakan bisnis yang menarik untuk dikembangkan.Usaha produksi nata de coco atau nata de cassava mudah dijalankan meskipun dalam skala home industri. Selain itu, proses produksi nata de coco atau nata de cassava sederhana dan alat-alatnya tidak bermodal besar sehingga dapat dilakukan siapa saja yang memiliki tekad yang kuat dan tekun.

Proses Produksi Nata De Coco
1.      Langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan nampan yang akan digunakan. Kemudian nampan tersebut ditutup koran dan di ikat dengan tali karet ban.
2.      Air kelapa yang akan digunakan disaring dengan menggunakan saringan untuk memisahkan kontaminan berupa material fisik.
3.      Masukan  air kelapa sebanyak 50 lt ke dalam panci.
4.      Rebus air kelapa sampai mendidih. Buanglah busa yang terbentuk selama pemanasan.
5.      Setelah mendidih tambahkan bahan-bahan pembantu gula pasir, ZA, dan  terakhir asam cuka/asam asetat.
6.      Selanjutnya larutan tersebut dalam keadaan panas dituangkan dalam nampan yang telah ditutup korandan diikat tali karet ban dengan cara membuka salah satu bagian ujung nampan.
7.      Setelah media air kelapa dingin (suhu kamar) kira-kira 7 jam, ditambahkan stater Acetobacter xylinum sebanyak 100-120 ml untuk tiap 1.2 liter media dan wadah ditutup kembali dengan koran. Inkubasi dilakukan selama 8 hari dalam ruangan yang telah dikondisikan suhu, kelembaban dan kebersihan lingkungannya. Ruang fermentasi diusahakan tertutup, kering dan tidak ada aktivitas orang yang lalu lalang.
8.      Setelah proses inkubasi selama 8 hari,dilakukan pemanenan. Ketebalan nata dapat mencapai 1- 1.5 cm. Dalam kondisi normal fermentasi selama 8 hari sudah mencapai ketebalan yang dimaksud. Nata lempeng dipisahkan dari nampan ditampung sementara dengan menggunakan ember. Media yang tidak jadi atau atau berjamur dipisahkan langsung dengan menggunakan wadah yang berbeda.
9.      Sortasi atau pemisahan nata berdasarkan kualitas. Sortasi dilakukan sebelum lembaran nata tersebut dimasukan dalam wadah penampungan. Jangan mencampurkan lempengan nata yang bagus dengan yang jelek. Nata yang terkontaminsasi dengan jamur, berlubang, tipis dipisahkan sendiri.
10.  Penyimpanan nata dalam bak atau drum plastik dengan menambahkan air kurang lebih 20% volume bak atau drum plastik tersebut.  Selama penyimpanan hindari terkena cahaya matahari secara langsung, terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya, kekurangan air. Dan harus sering melakukan penggantian air agar nata tetap baik.

Teknik Produksi Pembuatan Tepung Mocaf






Agrotekno
087875885444 (Whatsapp)
Jual Formula Tepung Mocaf (Bio-Mocaf)

Mocaf (Modified Cassava Flour) adalah produk olahan singkong menjadi tepung yang difermentasi sehingga memiliki tekstur yang baik, warna putih, dan aroma tidak berbau singkong. Tepung mocaf kini kian popular, karena tepung mocaf memiliki karakteristik yang bagus mampu menyubstitusi terigu. Saat ini kebutuhan tepung terigu nasional sangat tinggi, sedangkan pasokan masih harus didatangkan dari luar negeri, karena Indonesia tidak mampu memproduksi gandum yang merupakan bahan dasar terigu. Sebagaimana kita tahu bahwasanya harga komoditas impor akan sangat terpengaruh dengan harga mata uang asing. Sebagian besar produk terigu di Indonesia adalah impor dari Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, sehingga ketika dolar tinggi maka harga terigu pun akan meroket, dan ini menjadi ancaman bagi industri berbasis dolar.   

Kini saatnya Indonesia mencari solusi menuju swasembada tepung nasional. Potensi singkong di Indonesia sangat besar yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk tepung mocaf dengan kualitas cukup baik menggantikan terigu. Meskipun kita tidak mampu menggeser terigu 100%, paling tidak kita mampu mengurangi ketergantungan impor terigu. Indonesia memiliki potensi lahan yang luas yang belum teroptimalkan secara baik, tenaga kerja yang melimpah jika industri tepung mocaf berkembang di Indonesia maka mampu menyerap tenaga kerja yang banyak dan mungkin kita tidak perlu mengirim TKI ke luar negeri. Selain itu, Indonesia memiliki varietas singkong yang sangat beragam yang merupakan aset kekayaan bangsa yang sangat mahal. Beberapa jenis singkong yang memiliki kualitas dan produktifitas tinggi antara lain singkong gajah, singkong darul hidayah, singkong meni, singkong adira, singkong cassesat, singkong cimanggu, singkong gatotkoco, singkong marekan, dan lain-lain. Beberapa negara lain mengincar varietas-varietas singkong yang ada di Indonesia. Alangkah sayangnya kalau produksi singkong di Indonesia kalau tidak dioptimalkan.

Beberapa kendala dalam industri tepung mocaf antara lain adalah; harga singkong yang seringkali fluktuatif dipengaruhi masa panen yang tidak kontinue. Beberapa daerah di Indonesia memang bisa produksi singkong secara kontinue sehingga harganya bisa stabil dan terjangkau untuk industri. Saat ini harga singkong agak naik seiring berkembangnya industri berbasis singkong seperti; tapioka, mocaf, bioetanol, sorbitol, gula cair, pakan ternak, industri makanan camilan, dan lain-lain. Berkembangnya industri berbasis singkong hendaknya ditopang pertanian singkong yang optimal. Saat ini para petani masih banyak yang enggan bertanam singkong karena dirasa panennya lama dan harganya murah dibandingkan komoditas yang lain. Dan untuk beberapa daerah tertentu pemasarannya dalam jumlah besar tidak mudah karena  belum ada industri pengolahannya. Jika masing-masing daerah membangun industri pengolahan singkong maka produksi singkong dapat ditingkatkan dan petani tidak kesulitan untuk memasarankannya. Agar petani mendapat produksi yang maksimal, maka sebaiknya menggunakan bibit singkong yang unggul dan teknik budidaya yang baik pula dengan pemupukan dan pengairan yang cukup. Seringkali petani singkong di Indonesia menganggap bahwasanya singkong adalah tanaman yang tahan banting sehingga tidak memerlukan perawatan yang intensif. Hal ini yang seringkali menyebabkan panen yang kurang maksimal dan kurang menguntungkan, jika petani memperhatikan hal ini tentu akan mendapatkan laba yang optimal. Petani dan produsen perlu membuat kesepakatan harga yang sama-sama menguntungkan, petani menjual singkong tidak terlalu tinggi, dan produsen tidak membeli dengan harga terlalu murah.

Jika kita berharap bahwa mocaf mampu menggeser konsumsi terigu, tentuk produk tepung mocaf harus mampu bersaing dengan tepung terigu, baik harga maupun kualitas, maka harga tepung mocaf harus standar mampu mengikuti tepung terigu. Mahalnya harga singkong seringkali membuat harga tepung mocaf pun tinggi dan tidak mampu bersaing dengan terigu. Beberapa pabrik membeli harga tepung mocaf masih terlalu rendah berkisar 5500, hal ini di rasa masih terlalu berat karena biaya produksi untuk pembuatan tepung mocaf jika harga singkong menta per Kg 1000, maka untuk membuat 1 kg tepung mocaf membutuhkan 4 Kg singkong sehingga biaya bahan baku untuk membuat 1 Kg tepung mocaf 4000. Ditambah biaya lain-lain, maka BEP berkisar 5300. Harga yang terlalu rendah menyebabkan produsen tepung mocaf menjadi kurang tertarik, sehingga perlu adanya kesepakatan harga yang layak antara produsen mocaf dengan pabrik olahan makanan. Beberapa produsen tepung mocaf lebih memilih membuat membuat produk tepung mocaf kemasan kiloan atau 500gram dengan harga lebih menarik 8000 -12.000 per Kg. Namun, demikian harga tepung mocaf eceran yang terlalu tinggi akan menyebabkan daya serap tepung mocaf yang kurang maksimal. Jika antara petani, produsen mocaf, dan pabrik makanan berbasis tepung yang memiliki daya serap/permintaan tinggi disinergikan dengan harga yang layak saling menguntungkan maka industri tepung mocaf dapat berkembang secara maksimal.   

Bagi yang berminat untuk berwirausaha tepung mocaf, maka perlu mempelajari teknik produksi pembuatan tepung mocaf. Proses produksi tepung mocaf relatif mudah, sederhana,  dan tidak memerlukan teknologi yang tinggi. Sehingga, bagi para pemula yang ingin menerjuni bisnis ini tidak memerlukan proses belajar lama. Usaha produksi tepung mocaf juga dapat dimulai dari skala home industri dengan investasi yang tidak terlalu tinggi. Secara umum, alat yang dibutuhkan untuk memproduksi tepung mocaf adalah; alat pengupas dapat menggunakan pisau, mesin slicer/pemotong, mesin penepung, mesin ayakan, dan alat pengemas. Kita dapat memulai usaha ini hanya dapat bermodal mesin penepung, sedangkan alat yang lain dilakukan secara manual. Mesin pemotong dapat diganti dengan menggunakan pisau atau alat semi mekanis, mesin ayakan dapat diganti dengan menggunakan ayakan terbuat dari kain kelambu yang halus. Hal ini dilakukan jika memang kondisi keuangan kita sangat terbatas. Memang untuk memproduksi tepung mocaf dengan skala besar tentu membutuhkan infestasi yang besar.  

Prinsip pembuatan tepung mocaf adalah dengan memodifikasi sel singkong dengan cara fermentasi, sehingga menyebabkan perubahan karakteristik yang dihasilkan berupa naiknya viskositas (daya rekat), kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan solubility (kemampuan melarut) sehingga memiliki tekstur yang lebih baik dibandingkan dengan tepung tapioka atau tepung singkong biasa. Alur proses produksi tepung mocaf (modified cassava flour) adalah sebagai berikut:
  1. Sortasi Dan Penimbangan.
Sebelum singkong diproses, disortasi terlebih dahulu untuk memisahkan singkong yang rusak dan tidak memenuhi standar mutu, kemudian setelah itu dilakukan penimbangan agar dapat diketahui berat kotor dan berat bersih sehingga dapat dianalisis total produk jadi dan dapat dihitung tingkat kegagalan.
  1. Pengupasan.
Pengupasan kulit singkong dapat dengan menggunakan pisau. Singkong yang telah dikupas sebaiknya ditampung dalam bak atau ember yang berisi air sehingga tidak menyebabkan timbulnya warna kecoklatan dan sekaligus menghilangkan asam sianida (HCN).

  1. Pencucian
Setelah dikupas, kemudian singkong dicuci dengan menggunakan air bersih. Hindari penggunaan air yang mengandung kaporit atau terkontaminasi bahan kimia. Penggunaan air yang mengandung kaporit akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri fermentasi terhambat.

  1. Slicing / chiping (pemotongan).
Singkong yang telah dicuci bersih kemudian dipotong-potong tipis-tipis berbentu chip berukuran kurang lebih 0.2- 0.3 cm. Pemotongan bisa secara manual dengan menggunakan pisau atau dengan menggunakan mesin slicing.

  1. Fermentasi / Perendaman.
Proses fermenasi chips singkong dilakukan dengan menggunakan drum plastik yang diisi air kemudian dilarutkan starter Bio-Mocaf. Perendaman chip singkong diupayakan sedemikian hingga seluruh chip singkong tertutup air. Proses perendaman dilakukan 30-48 jam. 



  1. Pencucian.
Setelah proses fermentasi selesai, kemudian dilakukan pencucian kembali untuk menghilangkan sifat asam pada chips singkong hingga tidak berasa dan tidak berbau. lebih cepat kering.
  1. Pengeringan / Penjemuran.
Setelah chips dicuci bersih, kemudian tiriskan dengan menggunakan penjemuran terbuat dari anyaman bambu/tampah, plat seng dengan ukuran bisa 120 cm x 60 cm, atau dapat dengan menggunakan terpal. Pengeringan bisa dilakukan dengan menggunakan energi matahari. Penjemuran dengan menggunakan terpal lebih praktis penanganannya jika terjadi hujan. Penjemuran dengan mengunakan nampan dari plat lebih cepat kering. Jika panas matahari normal maka penjemuran dapat dilakukan minimal 3 hari.

  1. Penepungan.
Setelah chips singkong betul-betul kering hingga mencapai kadar air maksimal 13%, selanjutnya dapat dilakukan proses penggilingan dengan menggunakan mesin penepung.

  1. Pengayakan
Pengayakan dilakukan untuk mengasilkan tepung mocaf yang lembut. Pengayakan dapat dilakukan secara manual menggunakan saringan atau dengan menggunakan mesin sehingga kapasitasnya lebih besar dan waktu yang digunakan lebih singkat dengan mesh 100-200.

  1. Pengemasan.
Setelah menjadi produk tepung kemudian dikemasi sesuai ukuran yang kita kehendaki. Jenis kemasan sesuai dengan tujuan pasar, kemasan plastik umumnya digunakan untuk produk eceran, sedangkan kemasan karung umumnya pemasaran ke industri atau pedagang besar.

Peluang Bisnis Nata De Cassava





Agrotekno Lab
Jual Bakteri Acetobacter xylinum (bibit nata)
telp.087875885444 (Whatsapp)


Secara umum tahapan proses produksi nata de cassava adalah sebagai berikut: pengupasan singkong; pencucian, pemarutan, pengenceran, perendaman, perebusan I (sacarification), pendinginan (liquification), penyaringan, perebusan II, fermentasi, pemanenan, pengolahan. Untuk memproduksi nata de cassava dapat menggunakan formulasi  sebagai berikut: larutan singkong 50 liter, ZA 200 gr, Asam asetat, enzim alfa-amylase 5 ml, enzim  gluco-amylase 5 ml. Urutan proses pembutan nata de cassava adalah sebagai berikut:
1.      Pengupasan
Singkong yang telah ditimbang, kemudian dikupas dengan menggunakan pisau.Kemudian singkong yang telah dikupas ditampung dalam ember yang berisi air.
2.      Pencucian
Singkong yang telah dikupas, kemudian dicuci hingga bersih dengan menggunakan air yang mengalir.
3.      Pemarutan
Proses pemarutan dilakukan dengan menggunakan mesin pemarut. Proses pemarutan dengan menggunakan mesin pemarut lebih efesien dan lebih cepat.
4.      Pengenceran Dan Perendaman
Singkong yang telah diparut kemudian diencerkan dengan penambahan air bersih kurang lebih 10 liter per 1 Kg umbi singkong yang telah dikupas.
5.      Perebusan I
Larutan singkong selanjutnya direbus dengan menggunakan panci stainless 50 liter. Tambahkan enzim αlfa-amilasi sebanyak 5 ml. Kemudian lakukan pengadukan sampai merata. Setelah mendidih, larutan diangkat kemudian pada saat proses pendinginan mencapai suhu kurang lebih 60-65˚C ditambahkan enzim beta-amylase sebanyak 5 ml, biarkan sampai dingin kurang lebih 7-8 jam.
6.      Penyaringan
Setelah larutan menjadi dingin lakukan penyaringan dan pemerasan/pengepresan dengan menggunakan kain atau menggunakan alat pengepres mekanik.
7.      Perebusan II
Larutan sebanyak 50 liter yang telah disaring dan dipisahkan ampasnya, kemudian direbus lagi. Kemudian tambahkan asam asetat hingga pH 3-4. Setelah mendidih tambahkan ZA (ammonium sulfat) sebanyak 200 gram.
8.      Fermentasi
Setelah larutan mendidih, susun nampan yang telah ditutup koran pada rak. Kemudian buka bagian salah satu bagian ujung nampan, tuangkan larutan ke dalam nampan kemudian ditutup kembali dan diikat dengan tali karet ban, disusun di rak sebagaimana dalam proses produksi nata de coco seperti di atas, kemudian diinokulasi dengan penambahan bibit Acetobacter xylinum sebanyak 10 % atau kurang lebih 100-120 ml, kemudian tutup kembali dan biarkan selama kurang lebih 7-9 hari.Pada hari ke-8 atau ke 9 nata de cassava dapat dipanen. Kemudian ditampung dengan menggunakan drum plastik dan direndam dalam air. Lakukan perawatan dengan melakukan penggantian air setiap 4 hari sekali.

Peluang Bisnis Nata De Cassava





Agrotekno Lab
Jual Bakteri Acetobacter xylinum (bibit nata)
telp.087875885444 (Whatsapp)


Secara umum tahapan proses produksi nata de cassava adalah sebagai berikut: pengupasan singkong; pencucian, pemarutan, pengenceran, perendaman, perebusan I (sacarification), pendinginan (liquification), penyaringan, perebusan II, fermentasi, pemanenan, pengolahan. Untuk memproduksi nata de cassava dapat menggunakan formulasi  sebagai berikut: larutan singkong 50 liter, ZA 200 gr, Asam asetat, enzim alfa-amylase 5 ml, enzim  gluco-amylase 5 ml. Urutan proses pembutan nata de cassava adalah sebagai berikut:
1.      Pengupasan
Singkong yang telah ditimbang, kemudian dikupas dengan menggunakan pisau.Kemudian singkong yang telah dikupas ditampung dalam ember yang berisi air.
2.      Pencucian
Singkong yang telah dikupas, kemudian dicuci hingga bersih dengan menggunakan air yang mengalir.
3.      Pemarutan
Proses pemarutan dilakukan dengan menggunakan mesin pemarut. Proses pemarutan dengan menggunakan mesin pemarut lebih efesien dan lebih cepat.
4.      Pengenceran Dan Perendaman
Singkong yang telah diparut kemudian diencerkan dengan penambahan air bersih kurang lebih 10 liter per 1 Kg umbi singkong yang telah dikupas.
5.      Perebusan I
Larutan singkong selanjutnya direbus dengan menggunakan panci stainless 50 liter. Tambahkan enzim αlfa-amilasi sebanyak 5 ml. Kemudian lakukan pengadukan sampai merata. Setelah mendidih, larutan diangkat kemudian pada saat proses pendinginan mencapai suhu kurang lebih 60-65˚C ditambahkan enzim beta-amylase sebanyak 5 ml, biarkan sampai dingin kurang lebih 7-8 jam.
6.      Penyaringan
Setelah larutan menjadi dingin lakukan penyaringan dan pemerasan/pengepresan dengan menggunakan kain atau menggunakan alat pengepres mekanik.
7.      Perebusan II
Larutan sebanyak 50 liter yang telah disaring dan dipisahkan ampasnya, kemudian direbus lagi. Kemudian tambahkan asam asetat hingga pH 3-4. Setelah mendidih tambahkan ZA (ammonium sulfat) sebanyak 200 gram.
8.      Fermentasi
Setelah larutan mendidih, susun nampan yang telah ditutup koran pada rak. Kemudian buka bagian salah satu bagian ujung nampan, tuangkan larutan ke dalam nampan kemudian ditutup kembali dan diikat dengan tali karet ban, disusun di rak sebagaimana dalam proses produksi nata de coco seperti di atas, kemudian diinokulasi dengan penambahan bibit Acetobacter xylinum sebanyak 10 % atau kurang lebih 100-120 ml, kemudian tutup kembali dan biarkan selama kurang lebih 7-9 hari.Pada hari ke-8 atau ke 9 nata de cassava dapat dipanen. Kemudian ditampung dengan menggunakan drum plastik dan direndam dalam air. Lakukan perawatan dengan melakukan penggantian air setiap 4 hari sekali.

Peluang Bisnis Tempe Dan Cara Produksinya






Agrotekno Lab
087875885444 (Whatsapp)
Jual Ragi Tempe, Ragi Kecap, Ragi Oncom, Bibit Nata 

Tempe adalah produk olahan kedelai yang difermentasi dengan menggunakan fungi/jamur/ragi Rhyzopus oryzae, sehingga memiliki nilai gizi dan cita rasa yang nikmat. Selain rasanya yang nikmat, harganya terjangkau. Selain digemari oleh masyarakat Indonesia, tempe juga semakin digemari oleh negara lain. Hal ini membuka peluang bisnis yang cukup menjajikan bagi para wirausahawan untuk berproduksi di negara lain. Saat ini beberapa pengusaha tempe telah bermunculan di beberapa negara seperti Arab, Taiwan, Korea, Jepang, dan lain-lain. Hal ini menunjukan animo masyarakat dunia terhadap produk tempe.
Tempe umumnya diolah menjadi masakan untuk sayur mayur, lauk-pauk, keripik, dan lain-lain. Rasa nya yang nikmat gurih dan bergizi tinggi sangat digemari banyak kalangan. Selain itu, tempe merupakan produk bergizi tinggi yang harganya terjangkau dibandingkan dengan harga daging yang jauh lebih mahal. Tempe seakan menjadi makanan yang merakyat namun juga berkelas karena rasanya nikmat dan gizinya tinggi. Di Indonesia, produsen tempe umumnya skala home industri dan hampir tersebar di semua daerah. Teknologi nya yang sederhana, dan investasi nya juga relatif rendah, sehingga industri tempe banyak digeluti oleh pengusaha bermodal pas-pasan. Namun, hasilnya cukup lumayan, karena pasarnya juga luas dan labanya juga menarik, sehingga industri tempe mampu eksis sepanjang jaman.
Industri tempe sangat layak untuk dilestarikan, karena menjadi peluang usaha bagi usaha kecil menengah, memberikan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Selain itu, pengembangan industri tempe juga merupakan upaya untuk memberikan pemenuhan gizi bagi masyarakat. Kesinambungan industri tempe sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku kedelai dan dukungan modal bagi UKM. Produk tempe dapat dikembangan menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi seperti keripik tempe yang sudah sangat populer. Keripik tempe memiliki daya simpan yang lama sehingga pasarnya lebih luas.
Untuk berwirausaha tempe tentu dibutuhkan keuletan dalam hal memasarkan dan teknik produksinya. Pemasaran tempe umumnya dijual di warung-warung makan, restoran, warung sayuran, supermarket, atau di pasar. Teknik produksi relatif mudah, dan membutuhkan alat yang sederhana seperti nyiru, ember, mesin pengupas, mesin kemasan, plastik, rak fermentasi. Bahan baku yang digunakan adalah kedelai murni atau ditambahkan dengan jagung, atau kacang-kacangan lainnya seperti koro, dan lain-lain. Untuk fermentasi tempe dapat menggunakan kapang Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus  stolonifer. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Proses fermentasi berlangsung kurang lebih 2 hari yang ditandai tumbuhnya miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Untuk memproduksi tempe dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:
a. Bahan Pembuatan Tempe:
1. Kedelai Putih 10 Kg
2. Bibit tempe/Ragi Tempe 10gr
3. Air bersih
b. Alat-alat Pembuatan Tempe:
1. Panci
2. Kompor
3. Tampah 2 buah
4. Ember Plastik
5. Plastik Pembungkus
6. Kertas dan daun pisang
c. Proses Pembuatan Tempe Kedelai :
1.       Sortasi kedelai dari bahan-bahan yang tidak berguna seperti daun, batang, pasir dan lain-lain.
2.       Rendam kedelai 5-8 jam, dan buang airnya.
3.       Rebus kedelai hingga mendidih, buang airnya.
4.       Cuci dengan air yang mengalir, sambil diremas-remas untuk menghilangkan kulitnya dan agar kedelai terbelah, namun tidak hancur. Proses ini dapat dilakuakan dengan menggunakan mesin atau secara manual.
1.       Kedelai yang telah dicuci bersih tersebut, kemudian dikukus hingga tanak.
2.       Tiriskan, setelah dingin lakukan inokulasi dengan ragi tempe (Rhyzopus oryzae), aduk hingga rata.
3.       Pengemasan dengan menggunakan plastik, atau daun pisang. Jika menggunakan kemasan plastik, berikan ronggan udara dengan mencoblosi  permukaan kemasan plastik secara merata dengan menggunakan batang bambu ukuran o, 1 cm yang diruncingkan
4.       Pemeraman dengan menggunakan rak selama kurang lebih 2 hari.
5.       Pemanenan